Unijo nemena
|
|
|
|
Klasifikasi ilmiah
|
Kerajaan:
|
|
Filum:
|
|
Kelas:
|
|
Subkelas:
|
|
Ordo:
|
|
Famili:
|
|
Genus:
|
|
Spesies:
|
D. ursinus
|
Nama binomial
|
Dendrolagus ursinus
|
|
Sebaran geografis
|
Unijo nemena[2][3][4] adalah sejenis hewan berkantung dalam keluarga Macropodidae. Hewan ini merupakan hewan endemik di wilayah Semenanjung Doberai dan mungkin juga di semenanjung Fakfak di Papua Barat, Indonesia. Nama umum lainnya untuk hewan ini adalah unijo hitam, Unijo vogelkop (Vogelkop adalah nama Belanda untuk wilayah Doberai), dan Unijo leher-putih.[1] Hewan ini terancam oleh pengrusakan habitat dan terdaftar sebagai hewan rentan oleh IUCN.
Ciri-ciri fisik
Unijo ini memiliki panjang tubuh 50–80 cm (20-32 inci) dengan ekor sepanjang 40–94 cm (16-37 inci), dan memiliki berat sampai 8 kg. Bagian tubuh atas hewan ini berwarna hitam mengkilap sementara bagian bawah tubuhnya coklat kekuningan. Leher hewan ini berwarna keputihan, sedangkan wajahnya coklat dengan pipi putih atau merah. Daun telinganya panjang dan berumbai. Terdapat rambut panjang yang melingkar di bagian bahu, dimana pola ini dianggap membantu untuk mengalirkan air hujan turun dari kepala. Badan hewan ini pendek jika dibandingkan dengan kanguru tanah, sedangkan kakinya besar dengan tapak yang kasar, dan cakarnya berbentuk juih yang digunakan untuk memanjat pohon. Ekor hewan ini panjang dan ujungnya berwarna putih, dimana ekor ini digunakan sebagai penyeimbang.[5]
Sebaran dan habitat
Hewan ini endemik di Papua, terutama Semenanjung Doberai dan kemungkinan bisa ditemukan di wilayah Fakfak, Papua Barat. Hewan ini menghuni hutan tropis di ketinggian antara 1.000-2.500 m (3.300-8.200 kaki).[1]
Perilaku
Unijo nemena adalah hewan nokturnal (aktif di malam hari), hidup menyendiri, dan sering berada di atas pohon. Namun hewan ini bisa turun ke tanah dan berjalan menggunakan dua kaki, dimana hewan ini melompat-lompat dengan lamban menggunakan kedua kaki belakangnya. Hewan ini lebih lincah jika bergerak diantara cabang-cabang pohon untuk memakan buah-buahan. Hewan ini dianggap berkembang-biak setiap waktu sepanjang tahun. Sebagai hewan berkantung, hewan ini melahirkan bayi mungil sekitar 30 hari setelah pembuahan, dimana bayi ini bergeliang diantara rambut perut dan kantung ibunya. Di bagian tubuh ini terdapat puting susu dimana bayi tersebut menempel dan tumbuh untuk sekitar tiga ratus hari ke depan[5]
Status konservasi
Hewan ini memiliki sebaran yang sangat terbatas dan jumlahnya menurun; dimana populasi hewan ini diperkirakan telah berkurang setidaknya 30% selama tiga generasi (tiga puluh tahun). Ancaman utama yang dihadapi hewan ini adalah pengrusakan habitat untuk pembukaan lahan pertanian, dan penduduk asli yang memburu hewan ini sebagai makanan.[1] Dahulunya hewan ini bisa ditemukan di hutan dataran rendah, tetapi sekarang hewan ini hanya ada di hutan pegunungan. Uni Internasional untuk Konservasi Alam telah menetapkan status konservasi hewan ini sebagai hewan rentan.[1]
Rujukan
- ^ a b c d e
Leary, T.; Seri, L.; Wright, D.; Hamilton, S.; Helgen, K.; Singadan, R.; Menzies, J.; Allison, A.; James, R.; Dickman, C.; Aplin, K.; Salas, L.; Flannery, T. ; Bonaccorso, F. (2016). "Dendrolagus ursinus". IUCN Red List of Threatened Species. IUCN. 2016: e.T6434A21956516. doi:10.2305/IUCN.UK.2016-2.RLTS.T6434A21956516.en. Diakses tanggal 3 May 2018.
- ^ SWARA, PUSPA; Risa, Icha (2012-07-16). HANYA ADA DI INDONESIA: 1100+KEAJAIBAN DAN PRESTASI YANG MENDUNIA. Puspa Swara. ISBN 9786028454414.
- ^ Nusantara, Tim Smart (2016-09-29). Top No.1 Sukses Pendalaman Materi SMP/MTs Kelas VIII. Gramedia Widiasarana. ISBN 9786023756643.
- ^ Hananto, Akhyari. "Tak Hanya Ada di Australia, Inilah Berbagai Jenis Kanguru di Hutan Papua | Good News from Indonesia". Good News From Indonesia. Diakses tanggal 2018-05-03.
- ^ a b "Black tree kangaroo (Dendrolagus ursinus)". ARKive. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-04-03. Diakses tanggal 2 April 2018.