Umm Qais atau Qays (bahasa Arab: أم قيس, lit. "Ibu Qais") adalah sebuah kota di Yordania yang terletak di Departemen Bani Kinanah, Kegubernuran Irbid, ujung barat laut negara, dekat perbatasan Yordania dengan Palestin dan Suriah. Umm Qais berjarak 28 km utara Irbid di ketinggian 364 m menghadap Sungai Yordan, Dataran Tinggi Golan dan Danau Galilea. Umm Qais terletak di tempat yang strategis, ditambah juga banyaknya air menarik banyak penduduk untuk tinggal di tempat ini, dahulu Umm Qais bernama Gedara, yang memiliki arti "benteng-benteng" atau "kota benteng", adapun peninggalan bersejarah penting yang ada di Umm Qais: Teater romawi barat, Jalan Tiang dan Makam kuno.
Gadara
Dahulu Umm Qais dikenal dengan nama Gadara. Gadara merupakan salah satu dari 10 kota Decapolis Yunani-Romawi. Gadara terletak di tempat yang strategis yang dilalui para pedagang dan menghubungi antara Suriah dan Palestina. Pada tahun 218 SM, Ptolemaios IV Philopator (221-205 SM) Raja Mesir menguasai Palestina dan Yordania. Kemudian Antiokhos yang Agung (222-187 M) dengan pasukan militernya menyeberangi sungai Yordan, dan menguasai sebagian utara Yordania, hingga merebut Gadara, pada waktu inilah masuk peradaban Yunani ke Gadara. Pada tahun 63 SM, Kaisar Romawi Pompeius merebut Gadara dari Romawi dan menggabungkannya ke koalisi Decapolis yang terbentuk pada masa Yunani-Romawi, penggabungan sepuluh kota di wilayah yang terletak di pertemuan antara Yordania, Suriah dan Palestina, diantaranya: Gerasa (Jerash), Pella di Wadi Yordan, dan Umm el-Jimal di Timur Yordania.
Pada tahun-tahun pertama di masa pemerintahan Romawi, bangsa Nabatean yang beribu kota di Petra mengontrol jalur perdagangan sampai dengan Damaskus di utara. Jenderal Markus Antonius tidak rela atas situasi ini (persaingan dengan Romawi). Herodes yang Agung mengirim pasukan untuk memerangi bangsa Nabatean. Pada akhirnya, Nabatean melepaskan jalur perdagangan di utara pada tahun 31 SM. Atas jasa Herodes yang Agung, Kaisar romawi memberikan kepadanya Gadara. Gadara semakin berkembang dan sampai pada puncaknya pada abad ke-2 M, ditandai dengan semaraknya pembangunan jalan, kuil, teater dan pemandian. Milagros menyamakan antara kota Gadara dengan Athena, dengan adanya pengakuan ini Gadara bisa disebut sebagai pusat peradaban Yunani di Timur bawah kuno. Agama kristen menyebar secara lambat di antara penduduk Gadara. Sejak abad ke-4 M, berdirilah gereja-gereja di Gadara.
Penduduk Gadara terus hidup dalam tenang dan stabil hingga tahun 162, ketika bangsa Persia masuk ke sungai Eufrat, dan menyapu Suriah hingga menguasai kota-kota disana. jenderal Markus Antonius mempersiapkan pasukan untuk melawan bangsa Persia. Ditemukan di Umm Qais, makam salah satu tentara dari batalyon 14, yang menunjukkan bahwa pasukan tersebut sudah sampai di Umm Qais. Pada tahun 614 tentara Persia merebut kembali Gadara dan menghancurkan gereja-gereja yang ada disana, juga membunuh penduduk-penduduknya, hingga pada tahun 635 Pasukan Islam yang dipimpin oleh Syarhabil bin Hasanah pada zaman Umar bin Khattab membebaskan Gadara dari kekuasaan Romawi.
Tokoh terkenal
Gadara disebut sebagai 'Kota para filusuf'[1] Selain itu, Gadara juga merupakan tempat tinggal: