Turah adalah film drama Indonesia berbahasa Jawa Tegal produksi Fourcolours Films tahun 2016. Film berdurasi 83 menit ini disutradarai oleh Wicaksono Wisnu Legowo, diproduseri oleh Ifa Isfansyah (sutradara Pendekar Tongkat Emas), dengan menampilkan para aktor/aktris antara lain Ubaidillah, Slamet Ambari, Yono Daryono, Rudi Iteng, Firman Hadi, Bontot Sukandar, Narti Diono, dan lain-lain. Turah menceritakan tentang kehidupan masyarakat Kampung Tirang di Kota Tegal yang mengalami isolasi selama bertahun-tahun yang kemudian memunculkan berbagai problema. Tahun 2016, film ini memenangi 3 kategori sekaligus; Geber Award dan Netpac Award dalam Jogja-Netpac Asian Film Festival. Sedangkan kategori Asian Feature Film Special Mention diraih dalam Singapore International Film Festival. 10 April 2019, film ini diputar di ACMI Cinema Federation Square Melbourne, Australia.[1][2][3][4][5][6][7][8][9][10][11][12][13][14]
Latar belakang
Di pesisir pantai utara, dekat dengan Pelabuhan Tegalsari Kota Tegal, ada sebuah perkampungan yang berdiri di atas tanah timbul. Kampung tersebut dikelilingi oleh air laut dan termasuk wilayah kategori miskin serta terpencil. Listrik menyala hanya pada malam hari serta tidak ada air bersih. Oleh masyarakat sekitar, kampung itu dikenal sebagai Kampung Tirang. Kondisi tersebut menginspirasi sineas muda Tegal, Wicaksono Wisnu Legowo, untuk mengangkat kisah hidup para warga di Kampung Tirang melalui film layar lebar dengan lakon Turah. Proses produksi film itu dilaksanakan di Kampung Tirang, dengan menggandeng para aktor teater, wartawan, dan masyarakat sekitar. Film ini menggambarkan problema sosial masyarakat setempat.
Tahun 2017, film Turah akan mewakili Indonesia dalam ajang Academy Awards atau Oscar ke-90 setelah Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) mengadakan seleksi yang terdiri dari 13 orang, dengan Christine Hakim sebagai ketuanya. Christine, dalam siaran persnya, mengatakan bahwa Turah (produksi Empat Warna Media) dikirim mewakili Indonesia melalui Kategori Film Berbahasa Asing (Foreign Language Film). "13 juri termasuk saya tidak memilih berdasar laiknya Festival Film tapi lebih daripada itu semua," papar Christine Hakim. Sedangkan Mathias Muchus memaparkan, "Kalau kita bicara soal film, secara teknis 'Turah' sangat apik dan sangat konseptual. Bisa kita penggal dari awal gambar muncul ending. Itu ada semacam circle dan pergulatan yang terus berulang ulang. Itu jelas sekali".[15][16]
Sinopsis
Kerasnya persaingan hidup menyisakan orang-orang kalah di Kampung Tirang. Mereka dijangkiti pesimisme dan diliputi perasaan takut. Terutama kepada Darso, juragan kaya yang telah memberi mereka ‘kehidupan’. Pakel, sarjana penjilat di lingkaran Darso dengan pintar membuat kampung makin bermental kerdil. Situasi tersebut memudahkannya untuk terus mengeruk keuntungan. Setitik optimisme dan harapan untuk lepas dari kehidupan tanpa daya hadir pada diri Turah dan Jadag. Peristiwa-peristiwa terjadi, mendorong Turah dan Jadag untuk melawan rasa takut yang sudah akut dan meloloskan diri dari narasi penuh kelicikan. Ini adalah usaha sekuat daya dari mereka, orang-orang di Kampung Tirang, agar mereka tidak lagi menjadi manusia kalah, manusia sisa-sisa.
Para pemain
Lihat pula
Penghargaan dan Nominasi
Pranala luar
Referensi