TngriDi dalam panteon syamanisme Mongol, tngri (juga dieja sebagai tengri dan tegri) merupakan kelas tertinggi dari para dewa, seperti tercatat di sumber-sumber tertulis sejak abad ke-13. Berbagai dokumen memberikan nama yang berbeda bagi dewa pemimpin utama mereka. Tngri dibagi dalam sejumlah kelompok yang berbeda—termasuk kelompok hitam (yang menakutkan) dan putih (yang baik), juga kelompok timur dan barat. Setidaknya ada sekitar 99 tngri, namun beberapa dokumen menambahkan tiga dewa lain (dari utara). Meski tngri umumnya dianggap sebagai kelas dewa tertinggi, beberapa teks liturgi menambahkan 33 dewa utama lain beserta tngri. Dewa-dewa ini hanya dapat dipanggil oleh dukun atau pemimpin tertinggi dalam situasi khusus, mereka dihormati terutama di kalangan pengguna ilmu hitam. Pemimpin di antara para tngri ialah Qormusata Tngri dan (Khan) Möngke Tngri. Kata tngri seasal dengan istilah Turk tengri yang berarti "langit", serta istilah Mongol taŋɣaraɣ yang berarti "sumpah".[1] Panteon MongolDalam dunia syamanisme Mongol, tngri merupakan kelas dewa tertinggi;[2] pembahasan mengenai mereka tercatat dalam sumber tertulis tertua dalam bahasa Mongol, Sejarah Rahasia Bangsa Mongol.[3] Dewa tertinggi, Tngri, adalah "dewa utama surga" dan berasal dari Tengri, pemimpin para dewa dalam agama awal masyarakat Turk dan Mongol, juga dikenal dengan gelar Möngke Tngri ("Surga Abadi") atau Erketü Tngri ("Surga Agung"); ia memerintah 99 tngri sebagai Köke Möngke Tngri ("Surga Biru yang Kekal").[4] Satu nama yang sering dikaitkan dengannya, Qormusata Tngri, menurut seorang peneliti, adalah sosok yang lebih aktif dibandingkan dengan dewa Indra, raja kahyangan dalam agama Hindu.[5] Selain 99 tngri, ada juga "tujuh puluh tujuh tingkat dari Ibu Bumi" dan 33 dewa-dewa lain. Dewa yang 33 ini, seperti halnya tngri, diperintah oleh Qormusata Tngri.[3] Asal-usul tngriBeberapa tngri tercipta sendiri, meskipun di beberapa naskah yang lebih muda dikatakan bahwa para tngri telah diciptakan oleh Buddha, contoh pengaruh dari ajaran Buddha dalam kepercayaan bangsa Mongol. Salah satu dari dewa-dewa yang tercipta sendiri adalah Möngke Khan Tngri, yang juga menciptakan Yesu Hei (ayah dari Genghis Khan) serta "Ibu dari Api".[6] Para tngri dan pembagiannyaKlaus Hesse menjelaskan hierarki spiritual yang rumit dalam masyarakat Mongol yang berbasis klan berdasarkan sumber-sumber tertulis sejak abad ke-13. Menurutnya, kelompok tertinggi dalam panteon terdiri dari 99 tngri (55 yang baik atau "putih" dan 44 yang menakutkan atau "hitam"), 77 natigai atau "ibu-bumi", serta dewa-dewa lainnya. Para tngri, yang susunannya kurang lebih sama di seluruh klan, hanya dapat dipanggil oleh para pemimpin dan dukun besar.[7] Tngri hitam dapat dipanggil oleh dukun ilmu hitam dengan tujuan "melawan kejahatan dari luar dan untuk mengamankan kemenangan dalam perang".[8] Rumitnya lagi, ada pembagian lebih lanjut di antara 99 tngri: 44 berasal dari "sisi timur", 55 dari "sisi barat", dan ada tiga dari "utara", yang menjadikan jumlah totalnya 102. Dan di dalam kelompok timur dan barat, ada perbedaan cara memanggil tngri: ada 40 tngri di timur dan 50 di barat yang dapat dipanggil melalui doa, sisanya (4 di timur, 5 di barat) hanya bisa dipanggil dengan melakukan pengorbanan.[9] Walther Heissig mendaftar sejumlah pembagian lanjutan— tngri terdiri dari kelompok-kelompok seperti dewa-dewa dari empat penjuru, lima dewa angin, lima dewa gerbang dan lima dewa pintu, dan seterusnya. Dia menyatakan bahwa para peneliti telah melakukan pencacahan lengkap atas tngri, dan bahwa jumlah 99 tidaklah mungkin. Daftar lengkap dari nama-nama yang ditemukan berjumlah lebih dari 99. Ada pula perbedaan panteon tempatan karena dewa-dewa yang diterima berbeda di setiap tempat. Ditambah lagi sumber-sumber yang lebih baru memasukkan dewa-dewa Buddha di antara para tngri.[10] Selalu ada sembilan tngri utama dalam semua panteon, tetapi nama-nama mereka tidak mesti sama, dengan pengecualiann Qormusata Tngri dan Möngke Tngri, yang selalu termasuk di antara "Sembilan Tingri Agung".[11] PeranPeran utama tngri adalah sebagai pelindung. Bayatur Tngri, misalnya, adalah pelindung pahlawan dalam peperangan, Kisaya Tngri (dewa penunggang kuda, yang dikenal sebagai Kisant Tngri Merah oleh orang Buryati) melindungi kekayaan dan jiwa orang-orang, sementara Ataya Tngri adalah pelindung kuda-kuda.[12] Banyak peran dari tngri yang berkaitan dengan gaya hidup bangsa Mongol, terutama penggembalaan ternak; berbagai tngri memiliki peran yang sangat spesifik untuk hal yang berkaitan dengan hewan tertentu dan pengembangbiakannya. Ada juga tngri yang dipanggil untuk melindungi perburuan serta penanaman buah-buahan dan biji-bijian.[13] ReferensiCatatan
Bibliografi
|