Prof. Tjut Nyak Deviana Daudsjah, A.Mus.D., D.Th. (lahir di Jakarta pada tanggal 13 Februari 1958), adalah seorang Musisi Indonesia multi genre dan Akademisi (profesor musik, musikolog) merupakan wanita Asia pertama yang pernah memimpin sebuah perguruan tinggi Musik di Jerman dan Profesor Musik di Jazzschule Basel, Akademi Musik Basel, Swiss.
Pendidikan
Pindah bersama orang tua yang berdarah Aceh dan Minahasa ke Osaka dan Kobe, Jepang pada tahun 1959 dan bermukim di sana selama 3 tahun, kemudian pindah ke Bangkok Thailand dan bermukim di sana selama 8 tahun di mana ia menamatkan sekolah dasarnya di Sekolah Indonesia Bangkok (SIB) di Kedutaan Besar Republik Indonesia, Thailand.
Setelah menamatkan SMA di Jakarta, ia mengenyam pendidikan tinggi musik di Hochschule für Musik Freiburg (Perguruan Tinggi Musik Freiburg), Jerman pada tahun 1977, jurusan Piano Klasik dan Komposisi, tahun 1990 Vocal Jazz dan Doktor di bidang Pendidikan Musik (A.Mus.D.), pada tahun 1999 di Swiss.
Kemudian Deviana memutuskan untuk kuliah lagi dan mengambil jurusan Teologi dengan konsentrasi Sejarah Musik Gereja dan pada November 2018 dikarenakan keprihatinannya terhadap perkembangan Musik Gerejawi di Indonesia. Ia lulus dengan predikat Cum Laude di Sekolah Tinggi Teologi Sunergeo, Banten dan meraih gelar Magister Teologi (M.Th.) dengan Thesis Evolusi Musik Gerejawi dari Abad ke 40 Sebelum Masehi Hingga Abad ke 21 Setelah Masehi dan Kontribusinya Bagi Perkembangan Musik Masa Kini.
Kemudian ia melanjutkan kuliahnya ke Strata 3 dengan dengan Disertasi yang berjudul "Kurikulum Pendidikan Tinggi Musik Liturgi Katolik dan Evangelium". Ia lulus dan mendapatkan gelar Doktor (D.Th.).
Eropa
Tjut Nyak Deviana Daudsjah merupakan rektor sebuah perguruan tinggi Musik International Music College (Jazz & Rockschulen Freiburg) di Jerman dari tahun 1990 hingga 1995. Salah satu proyek terbesarnya adalah, merancang kurikulum pendidikan tinggi Musik yang diakui dan diakreditasi oleh pemerintah Federal Jerman. Dan merancang kurikulum jurusan Vocal Jazz untuk Musikakademie Basel-Jazz Department pada tahun 1990 yang diakui oleh Asosiasi Pedagogi Musik Swiss (Schweizerischer Musikpädagogischer Verband) dan pemerintah Swiss.
Ia mewakili Jerman dalam berbagai konferensi di berbagai Negara di Eropa dalam rangka pendirian Music School Network Uni Eropa, di antara lain, Perancis, Itali, Spanyol, Belgia, Belanda dan Luxembourg.
Pada tahun 1994 ia mewakili Jerman dalam menghadiri International Association of Schools of Jazz Conference, Concerts & Workshops di New York.
Selama di Eropa, Deviana meraih beberapa penghargaan, di antara lain 5 kali juara 1 Jazz & Soul Ensemble di Jerman, 2 kali juara 1 sebagai Vocalist di ajang lomba Nasional Swiss di St. Gallen, Pianis terbaik Swiss, pendidik Musik terbaik Jerman dan juara 1 untuk the best Jazz & R&B Trio. Pada tahun 1983 Deviana ditawari rekaman album oleh perusahaan rekaman dunia BMG Ariola dan Polygram, namun ia menolak oleh karena tidak ingin terikat pada kontrak selama 7 tahun.
Selain aktif sebagai Pianis, Komposer, Vokalis dan Rektor, Deviana juga aktif sebagai “freelance” Music Director, Composer dan Actress antara tahun 1990 dan 1998 di beberapa Produksi Drama Musikal di Teater Nasional Basel-Swiss, diantara lain “Little Shop of Horrors” karya Howard Ashman & Alan Menken, “My God, My God, What Have You Done Lately” drama compilation karya Woody Allen dan “Battle of The Negroes and The Dogs” dari Novelnya Bernard-Marie Koltes.
Sebagai Professor, Deviana juga mengajar beberapa mata kuliah, seperti Ear Training, Choir, Piano, Vokal, dan Ensemble di Akademi Musik Basel-Jazz Department, Swiss dari tahun 1990 sampai tahun 1998.
Pada tahun 1992 Deviana dianugerahi penghargaan sebagai Hervorragende Paedagogin (Pendidik yang luar biasa dalam bahasa Jerman) dan “Outstanding Pianist” oleh Walikota Freiburg, Jerman dengan medali yang bertulisan "Die Leichtigkeit Des Seins" (The Lightness Of Being). Dan menerima penghargaan sebagai Pianis terbaik di Zurich,-Uerlikon, Swiss.
Deviana juga tampil Solo sebagai Classical Concert Pianist di berbagai ajang seperti Teater Nasional Basel Swiss, bersama Quartet Women In Jazz dengan Sylvie Guenthert-Kontrabass, Doris Hermann-Altosax dan Beatrice Graf-Drums, di berbagai International Jazz Festival seperti Grand Lancy International Jazz Festival Geneva, Blues to Bop Lugano, International Jazz Open Stuttgart, dan Deviana Trio bersama Karoline Hoefler-Kontrabass dan Beatrice Graf-Drums, diantara lain di Montreux Jazz Festival dan masih banyak lagi.
Jakarta — Indonesia, Internasional
Walaupun sebagai Rektor Pendidikan Musik di Jerman telah meluluskan sekian banyak Mahasiswa mancanegara dan hidup mapan di Swiss, Deviana memutuskan untuk pulang ke Indonesia pada tahun 2000, karena keprihatinannya terhadap pendidikan Musik di Indonesia dan mendirikan Institut Musik Daya Indonesia pada tahun 2001 yang kemudian diubah namanya menjadi DAYA Indonesia Performing Arts Academy pada tahun 2017, dikarenakan penambahan jurusan, yaitu Tari dan Drama.
Berbagai acara telah diselenggarakan oleh Deviana dan Tim (para Mahasiswa DAYA) di antaranya, Annual Indonesia Open Jazz Festival, Drama Musikal pertama yang berjudul Malin Kundang di Gedung Kesenian Jakarta dan Musikal-musikal lain dengan tema cerita legenda Nusantara, seperti Legenda Sungai Landak, Batu Badaong, Fatmawati, Legenda Komodo, Lenong Rumpi dan masih banyak lagi.
Pada tahun 2002 Deviana mendirikan DAYA Bigband yang telah pentas di berbagai acara, diantara lain di Istana Negara dan Museum Nasional. DAYA Bigband kemudian berkembang menjadi DAYA Orchestra.
Pada tahun 2004 Deviana bersama beberapa Mahasiswa menghadiri International Association of Schools of Jazz Conference and Workshops di Jazz & Rockschulen Freiburg, Jerman, dimana ia pernah menjadi pimpinan perguruan tinggi tersebut.
Pada tahun 2005 Deviana dianugerahi Citra Kartini Award yang diberikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan untuk kontribusinya kepada Pendidikan Musik di Indonesia. Dan pada tahun yang sama, sebagai anggota dari International Association of Schools of Jazz, DAYA kembali menghadiri Conference dan Workshops di Krakow, Polandia.
Pada tahun 2007 Deviana diangkat oleh Direktur Jenderal PAUDNi Kementerian dan Kebudayaan sebagai Ketua Konsorsium Musik Nasional dalam rangka perancangan Standarisasi Kompetensi Kerja Nasional untuk Profesi Musik.
Beberapa anggota Konsorsium Musik dengan Deviana sebagai ketua, menyusun Standarisasi Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) Musik dengan difasilitasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pada tahun 2009 bersama beberapa tokoh-tokoh ternama ia mendirikan Asosiasi Pendidik dan Praktisi Seni Pertunjukan Indonesia (PRASASTI) dan Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK) Musik yang diakui oleh Kementerian Pendidikan & Kebudayaan dengan SK DIRJEN Pendidikan Non Formal Informal No.292/E/KK/2010. Dan selama 6 tahun Deviana menjabat sebagai Ketua. Bendahara LSK Musik adalah Dian Natalina, M.Mus.The, yang juga aktif sebagai Terapis Musik.
Kampus DAYA menjadi Tempat Uji Kompetensi (TUK) Sertifikasi Musik dan Kisi-kisi soal ujian disusun oleh para Dosen pengajar yang juga merupakan lulusan DAYA, yaitu Metta Legita, S.H., M.Mus., Ganggeng Yudana, M.Mus., Yusuf Shandy Satya, B.Mus. dan Deviana.
Kemudian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Musik disusun setara Strata 1 dengan standar Internasional, sebagai Kurikulum yang digunakan untuk Sertifikasi Kompetensi Musik (LSK Musik) untuk seluruh Indonesia.
Pada tahun 2010, Standarisasi Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) Musik yang telah dirancang oleh Deviana dan anggota Konsorsium Musik, disahkan serta ditetapkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Musik resmi diakui sebagai profesi oleh pemerintah Indonesia.
Antara tahun 2010 - 2016 Deviana diundang oleh Universitas Satya Wacana di Salatiga, Universitas Kristen Maranatha Bandung, Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan Universitas Indonesia, sebagai Fasilitator Workshop Terapi Musik, Musik dan Psikologi dan Pendidikan Formal Musik.
Disamping itu sebagai Ketua Juri pada Lomba Pesta Paduan Suara Gerejawi (PESPARAWI) di Universitas Parahyangan Bandung, Salatiga dan Purwodadi.
Pada tahun 2013 Deviana bekerja sama dengan Cornelia Agatha dalam pagelaran Korla Urban Species, sebuah Drama oleh Cornelia Agatha, naskah Tommy Awuy, yang dipentas di Atrium Sampoerna Strategic Square pada tanggal 21 April.
Pada tahun yang sama Deviana juga mengeluarkan album Solo Piano, yaitu Tales of Indonesia dengan berbagai lagu daerah, Tales of Indonesia II dengan lagu anak-anak serta Symphonic Tales of Indonesia dengan lagu daerah yang diproduksi di Ludwigsburg, Jerman bersama Orchester der Kulturen yang terdiri dari Musisi mancanegara, pimpinan Adrian Werum yang merupakan teman baik Deviana. Saat itu Deviana juga melakukan Reunion Concert Tour dengan format Deviana Trio bersama Karoline Hoefler-Kontrabass dan Beatrice Graf-Drums di Swiss dan Jerman, tepatnya di Thalwil-Zuerich, Stuttgart, Freiburg dan Loerrach.
Pada tahun 2014, Deviana bersama rekan Dosen, yaitu Dian Nathalina, S.T., M.Mus.The., diundang oleh Kementerian Kesehatan untuk menulis buku Terapi Musik untuk anak-anak berkebutuhan khusus dan pengaruh suara pada janin dalam kandungan ibu. Disamping itu ia menyelenggarakan International Jazz Festival “Torang Pe Jazz by The Sea” pada bulan Mei di kota Manado, Sulawesi Utara.
Pada tahun 2016, disamping berbagai kegiatan mengajar, aransemen dan orkestrasi, serta terapi Musik, Deviana Quartet tampil di Sydney Conservatory of Music NSW Australia dan memfasilitasi berbagai workshops, atas undangan Beverly Hills School dan Indonesian Community Council NSW. Selain itu Deviana juga mengadakan pelatihan “Creative Music Teaching” untuk sejumlah guru-guru Musik di Sydney, Australia.
Suhandi Kosasih merupakan sahabat Deviana semasa kuliah di Jerman dan rekan Musisi yang bersama Deviana meraih 5 kali juara 1 Jazz & Soul Group di Jerman, yang kemudian pindah ke Australia pada tahun 1988 dan bermukim di sana. Suhandi merupakan wakil ketua Indonesian Community Council New South Wales (NSW), Australia.
Antara tahun 2015-2018 Deviana sering diundang untuk memberikan Music Workshops dan Concerts di The Piano Man Jazz Club New Delhi India, milik teman baiknya, Arjun Sagar Gupta. Ia juga sempat memfasilitasi Workshops mengenai Musik Gereja di beberapa Gereja, diantara lain Gereja Bethel Indonesia di Jakarta dan Gereja Bandung.
Rancangan Undang Undang Permusikan menuai protes oleh para Musisi Indonesia pada awal 2019.
Deviana kemudian diundang oleh Badan Perancangan Undang Undang Dewan Perwakilan Rakyat untuk membantu dalam merevisi RUU tersebut sebagai pakar Akademisi Musik yang akhirnya RUU tersebut ditunda.
Disamping memimpin dan mengajar di kampus DAYA, Deviana juga aktif dalam menulis komposisi dan aransemen Musik Orkestra serta Musik Pop diantara lain String Orchestra untuk rekaman Singlenya Ariel Tatum "Sampai Mati", album "Dr & The Professor", album DAYA Swara "You Make Me See The Light", Single Rohani "Kuberbahagia" & "Puji Hai Jiwaku Puji Tuhan", Single "Rinduku" dan memproduksi Drama Musikal “Legenda Penculikan Dewi Shinta” di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki.
Pada bulan Oktober 2019, bersama Forum Alumni Jerman dan Forum Alumni Nusantara, ia mengadakan pementasan konser “Indonesia Keren” dengan menampilkan Mahasiswa DAYA, Nona Ria, Tompi dan Glenn dan dibuka oleh Ibu Puti Guntur Soekarno. Konser Indonesia Keren diadakan untuk menunjukkan kepada media Internasional bahwa, di Indonesia banyak rakyat yang berbudaya dan berseni serta intelektual, bukan hanya yang suka berdemo dan anarkis seperti yang sudah sering diberitakan di media-media Internasional.
Deviana merupakan sosok dibalik sejumlah Musisi dan Aktor ternama di Indonesia.
Sebagai Ketua Bidang Pendidikan, Kesenian dan Kebudayaan Perhimpunan Alumni Jerman (PAJ), 2021 - 2022.
Pada Juli 2022 Deviana bersama Suhandi Kosasih, bekerja dengan Indonesia Community Council NSW, Australia dan Aborigines mengadakan pementasan cross-culture "Centuries of Friendship" di Sydney Conservatory of Music bersamaan dengan NAIDOC week Australia, dihadiri oleh Menteri Linda Burney, perwakilan dari KBRI Australia, Konsulat Jenderal NSW dan berbagai pejabat dari Makassar dan Australia.
Juli 2024 menyelenggarakan DAYA Music Festival of Indonesia
Merupakan sebuah Perguruan Tinggi Seni Pertunjukan dengan Kurikulum Jerman yang dirancang oleh Deviana semasa ia masih menjabat sebagai Rektor di Jerman.