Tentara Perlawanan Rahaweyn atau RRA (bahasa Inggris: Rahaweyn Resistance Army), yang juga dikenal sebagai Tentara Perlawanan Reewin, adalah sebuah kelompok militan otonom yang beroperasi di dua wilayah selatan barat Somalia, yaitu di Bay dan Bakool. RRA adalah faksi bersenjata pertama dari Reewin yang muncul selama Perang Saudara Somalia. Tujuan lain dari RRA adalah penciptaan dan pengakuan negara independen Somalia Barat Daya, yang saat ini dipimpin oleh Hasan Muhammad Nur Shatigadud. RRA saat ini berada di bawah wewenang Pemerintah Transisi Federal.
RRA dibentuk di sebuah majelis shir di Jhaffey, yang terletak di sebelah barat Baidoa, pada tanggal 13 Oktober 1995. Kolonel Hassan Mohamed Nur, "Shaargaduud" (Kaos Merah) terpilih sebagai ketua, dan sebuah komite eksekutif yang terdiri dari petugas, tokoh adat dan tokoh agama, serta kaum intelektual dibentuk. Pembentukan RRA dipicu oleh serbuan Baidoa oleh milisi Hussein Mohamed Farrah pada tanggal 17 September 1995, yang menggulingkan pemerintah daerah, Dewan Pemerintahan Tertinggi Digil-Mirifle, yang didirikan pada bulan Maret 1995. Aidid menyelesaikan ekspansi wilayah di Reewin dengan menguasai Huddur di Wilayah Bakool.
Tugas utama RRA adalah merekrut, melatih, dan mempersenjatai para pemuda dan pemudi Reewin. Mantan perwira mengawasi pelatihan dan semua klan yang ada di Reewin memberikan bantuan berupa pemuda yang siap perang, senjata, dan uang. Pada awal tahun 1996, RRA menyerang sebuah instalasi penting yang dikuasai oleh Aidid di Huddur dan Baidoa. Saat usaha rekonsiliasi, khususnya Deklarasi Sodere dan Persetujuan Kairo, gagal setelah kematian Aidid dalam pertempuran jalanan dan suksesi anaknya, yang dijuluki "Aidid Junior," RRA bersikeras bahwa mereka tidak akan bernegosiasi dengan orang-orang yang menduduki tanah Reewin.
Pada bulan Oktober 1998, RRA membebaskan wilayah Huddur dan pada awal bulan November, milisi Aidid mundur ke Baidoa. Kemenangan ini mengkonsolidasikan status militer dan politik RRA secara lokal dan internasional. Pada tanggal 6 Juni 1999, RRA membebaskan wilayah Baidoa dan terus berperang melawan pasukan Aidid di wilayah Shabelle Rendah. Namun, Konferensi Rekonsiliasi Arta yang berlangsung pada bulan Mei hingga Agustus 2000, yang dalam prosesnya membentuk pemerintahan nasional sementara, menangguhkan tindakan dan aksi militer RRA. Hanya dalam waktu beberapa bulan, RRA mengundurkan diri dari kesepakatan Arta dan mulai berupaya menuju pembentukan sebuah negara otonom.
Di bawah kepemimpinan Shatigadud, RRA menanam ranjau darat di banyak wilayah yang berada di bawah kendalinya selama masa perang, sama seperti yang dilakukan oleh banyak faksi dalam perang saudara ini.[1] RRA juga merupakan salah satu peserta, bersama dengan lima belas faksi lain yang terlibat perang sipil, dalam Akta Komitmen tanggal 11 November 2002 untuk melarang pemasangan ranjau darat.[2]
Perselisihan internal di tubuh RRA meletus pada tahun 2002 antara Shatigadud, yang ingin mendukung Dewan Rekonsiliasi dan Restorasi Somalia yang baru (SRRC) dan dua wakilnya, Syekh Aden Madobe dan Muhammad Ibrahim Habsade, yang ingin terus mendukung Pemerintah Transisi Nasional (TNG). Konflik ini mengakibatkan banyak kematian dan seruan agar Shatigadud turun sebagai Presiden.[3] Habsade terus bertemu dengan para pemimpin TNG seolah-olah dengan harapan untuk menjadi bagian dari pemerintah nasional yang baru lahir.[4] Para pemimpin RRA yang berseteru pada akhirnya berdamai, dan meskipun konflik secara berkala terus terjadi setelahnya, semuanya bergabung dengan Pemerintah Transisi Federal pada akhirnya.
Pada bulan Juni 2006, milisi Botan Ise Alin yang bersekutu dengan Aliansi untuk Pemulihan Perdamaian dan Anti-Terorisme telah menyerahkan diri kepada RRA setelah kekalahan mereka dalam Pertempuran Kedua Mogadishu dari pasukan Uni Pengadilan Islam.
Referensi