Hidroelektrisitas atau tenaga hidroelektrik adalah listrik yang dibangkitkan oleh tenaga air. Tenaga air menyuplai seperenam pasokan listrik dunia, atau sekitar 4,500 TWh pada 2020, lebih banyak daripada energi terbarukan lainnya digabungkan, dan juga lebih banyak daripada tenaga nuklir. Tenaga air dapat memberi sejumlah besar listrik rendah-karbon sesuai permintaan, membuatnya sebuah elemen penting dalam menghasilkan sistem suplai listrik yang bersih dan aman. Sebuah PLTA dengan bendungan dan waduk adalah sebuah sumber yang fleksibel, karena jumlah listrik yang dihasilkan dapat ditingkatkan atau dikurangkan dalam hitungan detik atau menit sesuai permintaan. Saat PTLA dikontruksi, ia tidak menghasilkan limbah secara langsung, dan hampir selalu menghasilkan jauh lebih sedikit gas rumah kaca daripada pembangkit listrik yang ditenagai oleh bahan bakar fosil.[1] Namun saat didirikan di daerah hutan hujan dataran rendah dimana sebagian hutan disana terendam, sejumlah gas rumah kaca yang signifikan dapat dihasilkan.[2]
Konstruksi kompleks PTLA dapat memiliki dampak lingkungan yang signifikan, terkhususnya pada kehilangan tanah subur dan perpindahan populasi.[3][4] PTLA juga mengganggu ekologi alami sungai yang terlibat, mempengaruhi habitat dan ekosistem, beserta dengan pola siltasi dan erosi. Meski dapat menghindari banjir, kebobolan bendungan dapat sangat merusak.
Pada 2021, Kapasitas listik PTLA di seluruh dunia mencapai hampir 1400 GW, menjadikannya yang paling tinggi diantara semua sumber energi terbarukan.[5] Tenaga hidroelektrik memainkan peran utama di negara seperti Brasil, Norwegia dan Tiongkok,[6] namun terdapat batasan geografis dan lingkungan.[7]Tenaga air pasang dapat digunakan di daerah-daerah pesisir.