Tari tortor sawan adalah tari yang berasal dari seorang raja Batak yang memiliki keturunan dari silsilah Tarombo Guru Tatea Bulan. Sang Raja bermimpi melihat Kasawan Pusuk Buhit (Puccuk Buhit) mengalami keruntuhan .Sang rajapun memanggil panglima Ulubalang untuk menafsirkan mimpinya. Namun panglima sendiri tidak mengetahui arti mimpi Raja Batak tersebut. Sang Panglima meminta sang raja untuk mengartikan mimpinya tersebut saat Bulan Purnama, namun Raja resah karena itu akan menghabiskan waktu yang cukup lama. Lalu sang panglima memberikan saran kepada sang Raja agar menghadirkan dukun wanita yang disebut SIbaso Balon.[1] Sibaso Na Bolon Panurirang Pangarittari, dukun perempuan yang masih perawan, bersama enam orang perempuan melakukan ritual untuk menangkal hal-hal buruk, dengan membawa cawan atau sawan (mangkuk) di atas kepala disertai alunan gondang Batak. Percikan air dari ketujuh gadis mengitari sepanjang sisi desa sambil menari untuk mengusir roh-roh jahat. Dalam budaya masyarakat Batak, tarian ini tergolong sakral sehingga sejak dulu hanya ditampilkan pada acara-acara tertentu seperti pengukuhan raja atau acara sakral lainnya, dan sampai saat ini aturan tersebut masih ditaati oleh masyarakat Batak.[2]
Referensi
- ^ Pariwisata, Sumut (02-04-2015). "Tari Tradisional Batak Tortor Sawan". PariwisataSUMUT.Net. Diakses tanggal 29 September 2019.
- ^ Kebudayaan DKI Jakarta, Dinas Pariwisata (25-02-2019). "Tortor Cawan atau tortor sawan ,seni Tari". Wnsiklopedia Jakarta. Diakses tanggal 29 September 2019.