Tari Rapa'i BubeeTari Rapa'i Bubee adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Aceh, yaitu berkembang ditengah-tengah masyarakat Kabupaten Pidie Jaya.[1] Rapa-i Bubèe diangkat menjadi sebuah pertunjukan oleh salah satu tokoh masyarakat Pidie jaya bernama Abu Mukim yang berasal dari Gampong Paru Cot, dengan mengangkat sebuah legenda atau cerita rakyat yang dialami oleh masyarakat Pidie Jaya khususnya kecamatan Trienggadeng, dimana masyarakat mengalami penyakit hilangnya bayi dalam kandungan yang disebabkan oleh makhluk halus. Abu Mukim mengangkat cerita tersebut agar dapat memberi pengetahuan bagi masyarakat bahwa Rapa-i pernah digunakan sebagai pengobatan. SejarahRapa'i bubee pertama kali hadir di Gampong Mee pangwa, Kecamatan trienggadeng, Kabupaten Pidie Jaya Sekitar seratus lima puluh (150) tahun yang lalu.[2] Dahulu kala, Rapai Bubee ini bernama Rapai Kaoy, yang dimainkan oleh dua belas (12) seniman Aceh, mereka menamakan dirinya “Tgk. Syiah”. Dimulai dengan 1 buah Rapa-i karena kurang semarak maka ditambahkanlah 7 buah rapa-i lagi untuk menciptakan suasana lebih semarak ketika di pukul. Disamping itu mereka menciptakan 7 jenis irama yang akan mengiringi saat mereka tampil dengan syair ayat Al-Qur'an dan shalawat kepada nabi Muhammad SAW. Rapa-i Kaoy ini berfungsi untuk mengusir makhluk halus dan dimanfaatkan untuk peunawa (obat) bagi orang sakit. Dalam penampilan rapa-i kaoy tidak terdapat gerakan tari menari mereka hanya menabuh Rapa-i.[3] Namun Rapa-i Kaoy tidak boleh dijadikan seni pertunjukan karena dianggap sakral dan tidak boleh dimainkan disembarang tempat dan hanya bisa dimainkan saat pelepasan nazar dan juga digunakan untuk pengobatan tertentu seperti penyakit gangguan jin, maka oleh Abu Mukim diciptakanlah rapa-i bube yang berkembang menjadi salah satu seni pertunjukan untuk menghibur masyarakat setempat. Kemudian pada tahun 1870 Abu Mukmin mengangkat cerita ini menjadi petunjukan dengan iringan musik rapa-i sebagai hiburan. Pertunjukan ini memiliki unsur mistis yaitu Bubee' tersebut digerakan oleh makhluk halus (jin pari). Pada saat itu kesenian ini hanya ditampilkan dipekarangan rumah dan tempat terbuka saja dengan tujuan untuk menarik perhatian masyarakat sebagai hiburan semata. Perkembangan Rapa-i Bubee sebagai seni pertunjukan ini semakin meluas pada tahun 2007 bersamaan dengan pemekaran wilayah kabupaten Pidie sebelah timur menjadi Kabupaten Pidie Jaya ditambah lagi dengan Rapai Bube mendapatkan Juara 1 Tari tradisional pada saat Pekan Kebudayaan Aceh ke 5 tahun 2009.[3] Referensi
|