Taman Nasional Nino Konis Santana
Taman Nasional Nino Konis Santana adalah taman nasional pertama di Timor Leste. Taman ini dibentuk pada 3 Agustus 2007, mencakup area seluas 1.236 km².[1][2] Taman ini menghubungkan beberapa area penting bagi konservasi burung seperti Lore, Gunung Paitchau, Danau Ira Lalaro, dan Pulau Jaco.[3] Taman ini juga mencakup 556 km² dari Segitiga Terumbu Karang, area bawah laut yang konon berisi keanekaragaman terbesar di dunia. Burung langka yang dilindungi oleh taman ini di antaranya adalah kakatua-kecil jambul-kuning, merpati-hijau timor, merpati-kaisar timor, dan gelatik timor.[1] Taman ini dinamai untuk menghormati Nino Konis Santana, mantan komandan Fretilin, yang lahir di Tutuala, sebuah desa yang terletak di dalam taman nasional.[1][2] SejarahBagian dari taman ini pertama kali menjadi cagar pelestarian alam ketika masih menjadi bagian dari Indonesia. Ketika negara ini berada di bawah pemerintahan transisi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, daerah ini dinyatakan sebagai "kawasan liar dilindungi" (tetapi digabungkan dengan pantai Tutuala dan hutan yang berdekatan) pada tahun 2000 berdasarkan Peraturan Nomor 2000/19. Warisan budaya dari lima desa dan 15.000 orang dengan warisan leluhur kuno dibuat menjadi bagian integral dari kawasan perlindungan ini. Ini ditetapkan sebagai Kategori V Landscape / Sea Scape di bawah IUCN, yang menganggap baik alam dan budaya daerah sebagai satu kesatuan untuk konservasi dan pelestarian, mirip dengan kriteria Cultural Landscape yang diadopsi oleh Situs Warisan Dunia UNESCO. Setelah kemerdekaan Timor Leste pada tahun 2002, bersama dengan penilaian ilmiah Important Bire Area di negara itu, tindakan untuk identifikasi dan deklarasi taman nasional pertama juga dilakukan oleh BirdLife International bekerjasama dengan Departemen Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim, New South Wales, dan Australian Volunteers International, dengan bantuan keuangan yang diberikan oleh Program Warisan Alam Regional dari Pemerintah Australia, Dana Konservasi Alam Keidanren (Jepang), dan Inisiatif Darwin dari Pemerintah Inggris.[1] GeografiTerletak di ujung timur pulau Timor, taman ini mencakup 125.600 hektar, terdiri dari daerah daratan seluas 68.000 hektar berupa dataran rendah dan hutan tropis; dan daerah lautan seluas 55.600 hektar, bagian dari kawasan Segitiga Terumbu Karang. Taman nasional ini juga menghubungkan area-area yang penting bagi konservasi burung yaitu Loré, Gunung Paitchau, Danau Ira Lalaro, dan Pulau Jaco, diidentifikasi melalui survei biologis dilakukan oleh BirdLife International setelah Timor Leste merdeka pada tahun 2002, yang meliputi 25.000 hektar dari keseluruhan taman.[1][4] Terdapat enam desa di dalam taman nasional ini, termasuk Com, Tutuala, Mehara dan Muapitine, sedangkan Malahara adalah sebuah dusun. Ditemukan beberapa bekas permukiman yaitu Mua Mimiraka, Lo Chami, dan Lori Lata. Pemukiman bertembok ditemukan di Tutuala, Lori Lata, Lopomalai, Ili Mimiraka, Mua Mimiraka, dan Tutun (Tutunca'u). Hutan dataran rendah yang lembap dan hutan evergreen yang terdapat di area perbukitan adalah jenis vegetasi di taman tersebut, terpisah dari tanah berawa di Danau Ira Lalaro. Daun kering yang berguguran, hutan rawa dan vegetasi pantai juga menggambarkan keberagaman flora di taman nasional ini.[5] Referensi
Bibliografi
|