Taman Makam Xu Guangqi
Taman Makam Xu Guangqi (Hanzi sederhana: 徐光启墓; Hanzi tradisional: 徐光啟墓; Pinyin: Xú Guāngqǐ mù) adalah sebuah makam milik Xu Guangqi (24 April 1562 - 10 November 1633), seorang pejabat pada masa akhir dinasti Ming, peneliti, serta pemimpin dan penganut agama Katolik. Makam ini terletak di Taman Guangqi, daerah Xujiahui, Shanghai, Republik Rakyat Tiongkok dengan luas sekitar 3.000 meter persegi, tinggi 2,2 meter, dan berbentuk lonjong. Pada masa pemerintahan Kaisar Chongzhen (1628-1644) tahun ke-7 (1634), tanah makam ini merupakan makam pejabat tingkat pertama yang dikembalikan ke Shanghai. Namun akibat kondisi politik yang kurang stabil, makam ini dipindahkan ke vila Shuangyuan di luar gerbang selatan daerah Shanghai. Pada masa pemerintahan Chongzhen tahun ke-14 (1641), terjadi prosesi pemakaman di pojok barat daya kanton ke-6, bao ke-28, desa Gaochang, daerah Shanghai, prefektur Songjiang. Pada masa pemerintahan Guangxu (nama rezim satu kaisar sebelum rezim terakhir dinasti Qing, 1875-1908) tahun ke-29 (1903), makam Katolik di Jiangnan ini kembali didirikan.[1]:210 Sempat ditinggalkan selama beberapa waktu, bahkan hingga berubah menjadi kebun sayur; namun pada tahun 1957 dibangun kembali. Di zaman Revolusi Kebudayaan, taman ini berubah menjadi gudang luar ruangan dan mengalami kerusakan serius. Pada tahun 1983, taman ini dibangun kembali. Pada tahun 2003, dengan berpaut pada pembangunan tahun 1903, makam ini mencapai ulang tahun pembangunan kembalinya yang keseratus dalam kondisi baik. Sejak 26 Mei 1959 hingga 7 Desember 1977, makam termasuk dimasukkan dalam daftar kerja perlindungan barang budaya di Shanghai.[2] Pada tanggal 13 Januari 1988, makam ini ditetapkan sebagai Barang Budaya dan Sejarah Penting Nasional oleh Sekretaris Negara Republik Rakyat Tiongkok.[3] SejarahZaman KunoXu Guangqi adalah seseorang dari Shanghai, provinsi Zhili Selatan (masih ada ketika zaman Ming), di Tiongkok Dinasti Ming akhir. Ia lulus Ujian Kenegaraan pada masa pemerintahan Wanli (nama rezim kaisar Ming, 1573-1619) tahun ke-32. Gelar tertinggi yang dipegangnya adalah Menteri Ritus (Konfusianis), serta sarjana di Sekolah Wenyuan'ge (文渊阁). Ia mempelajari astronomi, sistem kalender, matematika, dan senjata api dari Matteo Ricci,[4] pernah belajar kepada Ming Sizong, tempatnya berkontribusi banyak untuk penelitian ilmu kalender dan matematika.[5] Selain itu, ia juga meneliti tentang ilmu militer, ilmu tentang garam, persawahan, serta irigasi.[6] Karena kontribusinya yang besar terhadap keilmuan baik di Barat dan Timur, oleh Profesor Mao Peiqi ia disebut sebagai "orang pertama di dunia yang melihat Tiongkok dengan mata terbuka".[7] Pada masa pemerintahan Chongzhen tahun ke-6 (1633) bulan kesepuluh, Xu Guangqi tutup usia di umur 72.[8] Kekaisaran Ming mengirimkan pasukan ke rumahnya untuk mengembalikan peti jenazah Xu kembali ke Shanghai, dan tiba pada Chongzhen tahun ke-7 (1634).[9]:70 Ia dimakamkan di pertemuan antara kedua sungai Zhaojia dan Fahua. Keluarga dan keturunannya kemudian juga dimakamkan di tanah ini, yang selanjutnya dikenal sebagai Xujiahui.[10]:65 Pra-1949Taman Makam Xu Guangqi pada awalnya sebesar 20 mu (1,3 hektare), di depannya terdapat dua tiang yang terbuat dari granit serta sebuah prasasti; di sisi kiri dan kanan jalan menuju makamnya terdapat patung-patung domba, kuda, dan orang tua dari batu. Pada masa pemerintahan Guangxu tahun ke-29 (1903), prasasti menuju makam Xu Guangqi telah diabaikan dan karena ia seorang Katolik. Gereja Katolik mendirikan sebuah salib untuk menandai makamnya pada ulang tahun kematiannya yang ke-270.[11]:62 Di dasar salib tersebut dituliskan nama Xu Guangqi dan kontribusinya dalam bahasa Latin dan Mandarin. Pada tahun 1933, untuk memperingati ulang tahun kematiannya yang ke-300, para ilmuwan mengumpulkan uang untuk membangun pagar besi di dasar salib, pagar batu, kemudian jalan semen. Setelah Perang Tiongkok-Jepang Kedua, pohon-pohon yang tumbuh sekitarnya sudah banyak ditebang, dan area ini berubah menjadi kebun sayur.[9]:71 KontemporerPada tahun 1956, para keturunan Xu Guangqi beserta anggota marga Xu mengirimkan surat kepada Komite Rakyat Shanghai, meminta agar taman makam Xu Guangqi mendapatkan perlindungan pemerintah dan dilindungi oleh Kantor Budaya Shanghai.[9]:71 Pada tahun 1957, taman makam ini diubah sepenuhnya.[9]:71 Kebun sayur milik warga yang berada di tanah makam kemudian dipindahkan ke tempat lain, kecuali sebuah Kantor Iklim Shanghai, tanah makam ini telah kembali ke kondisi awalnya, dan pohon-pohon yang tadinya ditebang telah ditanam kembali.[12]:93 Tanah sekitarnya dibuka sebagai Taman Guangqi, disebut juga Taman Nandan.[2] Pada zaman Revolusi Kebudayaan, seluruh struktur di dalam taman makam ini hancur hampir seluruhnya; bunga-bunga, prasasti dan patung-patung batu yang baru dibuat semuanya mengalami kerusakan, dan tanah makam dijadikan gudang luar ruangan. Pada tahun 1975, taman makam ini dibangun kembali oleh Kantor Pertamanan Shanghai yang bekerja sama dengan Kantor Budaya Shanghai.[13][9]:71 Pada tahun 1980, matematikawan Su Buqing mendirikan sebuah epitaf di depan makam Xu. Pada tahun 1981, pagar di sekeliling makam dibangun kembali dan di sekitarnya ditanami pohon-pohon perindang.[14] Pada tahun 1983, taman makam ini kembali diperbaiki, dan sekitar 15 meter dari makam dibangun patung granit setengah dada Xu Guangqi, tingginya 1,2 meter (ditambah platform menjadi 1,6 meter) beserta sebuah plakat.[14][15][16] Di keliling makam seluas 150 meter persegi ini juga kemudian dibangunkan jalanan dan ditanami pohon-pohon, serta beberapa bangku batu.[10]:65[14] Pada bulan April 2012, 2 prasasti untuk mengenang Xu Guangqi kembali didirikan, demikian pula dengan 2 prasasti berisi obituari Xu dari Ruan Yuan (seorang ilmuwan pada zaman dinasti Qing) serta Zhu Kezhen, metereolog serta astronom Tiongkok (meninggal 1974). Selain itu, sebuah prasasti granit juga diselesaikan.[17] Struktur tamanTaman makam ini berada di sisi utara Taman Guangqi, dengan luas mencapai 3.000 meter persegi.[15][18] Di dalam taman makam terdapat 10 makam, dengan makam utama milik Xu Guangqi beserta istrinya, Wushi; dan dikelilingi oleh makam empat cucu laki-laki serta perempuannya.[15] Gundukan tanah makam mencapai tinggi 2.2 meter, dengan luas sebesar 300 meter persegi, berbentuk oval. Di sekelilingnya dibangun dinding granit, dan di atasnya ditumbuhi rumput hijau. Di bagian depan makam ditanami pohon-pohon cendana, aras, serta oleander.[14] Di depan makam terdapat nisan yang bertuliskan lima karakter Han (徐光启之暮), yang berarti "Makam Xu Guangqi", ditulis pribadi oleh Su Buqing.[15] Bagian kiri dan kanan makam terdapat bangku batu, di depannya terdapat dua ekor patung kuda batu dari dinasti Qing serta domba, gajah, dan anjing batu masing-masing sepasang dan sebuah salib besar.[19] Di bagian timur makam terdapat sebuah teras untuk beristirahat, di dalamnya terdapat prasasti berbentuk buku 12 buah, yang berisi gambar-gambar Xu Guangqi, koleksi catatan sejarah dari Dinasti Ming akhir dan Qing awal, "Catatan Xu Guangqi", manuskrip yang ditulis sendiri oleh Xu, "Menelisik Elements karya Euclid", serta tulisan pribadi dan surat-surat, serta puisi dinasti Tang oleh Li Qi. Di depan makam terdapat sebuah prasasti, 3 pasang di depan 4 pilar, yang berbaca: "Makam Ilmuwan Besar Dinasti Ming, Guru Pangeran, Menteri Ritus serta Ilmuwan Sekolah Wenyuan'ge". Di atas dan bawah prasasti ini terdapat kuplet yang bertulis "治历明农百世师经天纬地";[13] yang di bawah bertulis "出将入相一个臣奋武揆文".[20] KonservasiDari 26 Maret 1959 hingga 7 Desember 1977, Taman Makam Xu Guangqi berada di bawah daftar kerja konservasi Kantor Budaya Shanghai.[2] Pada tanggal 13 Januari 1988, taman makam ini dimasukkan ke dalam Daftar Konservasi Barang Budaya Nasional Edisi Ketiga oleh Sekretaris Negara Tiongkok.[3] Pada tahun 2003, taman makam ini dimasukkan ke dalam Situs Pendidikan Patriotisme oleh kota Shanghai.[21] Kemudian, kantor pendidikan dan budaya distrik Xuhui kota Shanghai[22] berkunjung ke sini setiap tahun pada hari Cheng Beng untuk merapikan makam, memberikan bunga,[23][24] serta memberikan pidato.[22][25][26] Pada tahun 2006, isi dari epitaf Latin Xu Guangqi yang hilang ditemukan kembali dan dibangun ulang berdasarkan foto di sebuah majalah tahun 1920-an. Ditemukan bahwa Xu Guangqi benar-benar pernah masuk Katolik serta bernama baptis Paulus.[27] Pada tahun 2007, nisan Xu Guangqi ditemukan kembali secara tidak sengaja di antara reruntuhan. Nisan tersebut besarnya satu meter persegi, dengan di sisinya sudah mulai hancur. Nisan ini kemudian diletakkan di antara bunga-bunga di taman.[28] Lihat jugaReferensi
Pranala luar
|