Suplir adalah tumbuhan paku populer untuk penghias ruangan atau taman yang termasuk dalam genusAdiantum, yang tergolong dalam anaksuku Vittarioideae, sukuPteridaceae.[1] Nama "suplir" merupakan adaptasi dari chevelure (dibaca \ʃəv.lyʁ\ dari bahasa Prancis,[2] yang berarti "seluruh rambut di kepala"), nama yang diperkenalkan orang Belanda sewaktu masa penjajahan.
Pertelaan umum
Suplir memiliki penampilan ental yang khas, yang membuatnya mudah dibedakan dari jenis paku-pakuan lain.
Semua jenisnya tumbuh sebagai terna, dengan rimpang (rizoma) yang menjalar lambat di media tumbuh. Rimpang tumbuh di sela-sela batuan yang berhumus. Tumbuhan ini jarang dijumpai tumbuh di tanah datar, karena biasanya menyukai tumbuh di sela-sela tebing, tembok, atau batang pohon.
Akarnya serabut dan tumbuh dari rimpang. Akar ini mencari hara dari humus, dan terkadang cukup dalam menembus tebing atau tembok.
Sebagaimana paku-pakuan lain, ental tumbuh dari rimpang dalam bentuk gulungan ke dalam (bahasa Jawa: mlungker) seperti tangkai biola (disebut circinate vernation) dan perlahan-lahan membuka. Tangkai ental cenderung berwarna hitam, mengeras ketika dewasa, dan mengkilap. Warna hitam dan mengkilap seperti rambut inilah yang mendasari nama chevelure (berarti "rambut" dalam bahasa Prancis).
Helai daunnya (pinnae) khas berbeda dari banyak paku-pakuan karena tidak berbentuk memanjang simetris, tetapi cenderung tidak simetris dengan variasi membulat, segitiga (deltoid), atau segiempat. Daunnya ini tidak dapat dibasahi air karena di permukaannya tertutupi rambut-rambut halus. Dari sinilah nama ilmiah Adiantum dibentuk, karena berarti "tidak terbasahi" dalam bahasa Yunani.
Spora berada di dalam sporangium. Kumpulan sporangia (sorus) berada di sisi bawah pada bagian tepi daun fertil, agak terlindung oleh lipatan tepi helai daun. Tangkai entalnya khas karena berwarna hitam dan mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa.
Tanaman ini memperbanyak diri secara generatif dengan spora yang terletak pada bagian tepi sisi bawah daun yang sudah dewasa. Selain itu, perbanyakan vegetatif mungkin dilakukan ketika rimpangnya sudah cukup besar sehingga bisa dipecah menjadi dua atau tiga bagian (stek rimpang).
Persebaran
Ada sebanyak lebih dari 200 jenis Adiantum yang menyebar di seluruh dunia (220 - 230 jenis). Pusat keragaman ada di Amerika Selatan, khususnya di kawasan Pegunungan Andes (tercatat 229 spesies dan 5 hibrida alami).[3] Anggota marga ini menyukai daerah-daerah lembap di tebing atau rekahan batu atau tembok yang lembap, dekat aliran air dan teduh. Kebanyakan ditemukan di kawasan basah di perbukitan.[3]
Di Asia Tenggara sendiri diperkirakan ada 10–20 jenis Adiantum.[4] Di kawasan Papuasia ditemukan 12 jenis Adiantum.[4]
Melalui perdagangan dan pemuliaan tanaman hias, jenis-jenis asal Amerika dibawa ke kawasan lain dan kawin silang, seleksi, serta mutasi menyebabkan munculnya berbagai kultivar baru dengan ciri-ciri yang baru.
Taksonomi
Dalam klasifikasi yang klasik, berdasarkan sebaran geografis, anggota-anggota Adiantum dimasukkan dalam suku Adiantaceae.
Serangkaian penelitian mengenai Pteridaceae menggunakan sekuens DNA dari plastid menunjukkan indikasi bahwa Adiantumspp. tidak sepenuhnya terpisah dari jenis-jenis vittarioid anggota Pteridaceae.[5] Ini mendukung pilihan yang diambil Christenhusz et al. (2006) yang memasukkan Adiantum dalam anaksuku Vittarioideae, suku Pteridaceae.[1] Namun, hasil ini tidak didukung oleh penelitian lanjutan yang lebih spesifik, yang menunjukkan kalau Adiantum adalah marga yang monofiletik.[6]
Pemanfaatan
Suplir tidak memiliki nilai ekonomi penting selain sebagai tanaman hias yang bisa ditanam di dalam ataupun di luar ruang. Tumbuhan ini tidak tahan penyinaran matahari langsung. Suplir menyukai media tumbuh yang gembur, kaya bahan organik (humus), dan selalu lembap, namun tidak toleran terhadap genangan. Pemupukan dengan kadar nitrogen lebih tinggi disukainya. Pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor dan kalium.
Pemeliharaan suplir sebagai tanaman hias harus memperhatikan penyiraman. Kekeringan yang dialami suplir menyebabkan daun mengering dan menggulung. Hal ini tidak bisa diatasi dengan penyiraman karena daun yang kering tidak bisa pulih. Penanganannya adalah dengan membuang seluruh ental yang kering hingga dekat rimpang dan mengganti media tumbuh. Dalam waktu beberapa hari tunas baru akan muncul apabila perawatan dilakukan dengan benar.
Daftar spesies
Daftar ini mungkin tidak lengkap atau menyebut nama spesies yang merupakan sinonim nama spesies lain, tergantung dari versi klasifikasi dan pembaharuan karena studi yang lebih baru.
^ abHassler, Michael; Schmidt, Bernd. "Adiantum L". World Ferns: Checklist of Ferns and Lycophytes of the World. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-09-02. Diakses tanggal 15 Februari 2020.
^ abLestari, Wenni S. (2010). "Konservasi Adiantum spp. (Pteridaceae, Pteridophyta) di Kebun Raya Bali". Prosiding Seminar Nasional Hortikultura Indonesia 2010: Reorientasi Riset untuk Mengoptimalkan Produksi dan Rantai Nilai Hortikultura. Perhimpunan Hortikultura Indonesia: 792–798.
^Schuettpelz, E.; Pryer, K.M. (2008). "Fern phylogeny inferred from 400 leptosporangiate species and three plastid genes". Taxon. International Association for Plant Taxonomy. 56 (4): 1037–1050. doi:10.2307/25065903.
^Lu, Jin-Mei; Wen, Jun; Lutz, Sue; Wang, Yi-Ping; Li, De-Zhu (2012). "Phylogenetic relationships of Chinese Adiantum based on fiveplastid markers". Journal of Plant Research. 125 (2): 237–249. doi:10.1007/s10265-011-0441-y.