Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah I atau Raja Sulaiman adalah Sultan Johor-Riau ke-13 yang memerintah pada 1722 hingga 1760.
Sultan Sulaiman Badrul Alam adalah anak dari Tun Abdul Jalil, sang Bendahara Kesultanan Riau-Johor dimasa pemerintahan Sultan Ibrahim Syah (1677-1685).
Pengganti Sultan Ibrahim Syah yaitu Sultan Mahmud Syah II meninggal dalam usia muda, 24 tahun, setelah dibunuh oleh Megat Sri Rama.
Terbunuhnya Sultan Mahmud Syah menyebabkan kekacauan dikalangan istana karena Sultan Mahmud Syah belum memiliki keturunan sebagai pewaris tahta. Dengan demikian yang menjadi Sultan Johor selanjutnya adalah Bendahara Tun Abdul Jalil yang bergelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah IV. Naiknya Bendahara sebagai Sultan menyebabkan konflik dikalangan Kesultanan Johor Riau dikemudian hari.
Hal ini dikarenakan munculnya seorang penuntut takhta Tun Abdul Jalil yang dikenal dengan nama Raja Kecik, seorang laki-laki muda yang mengaku sebagai putra kandung dari Sultan Mahmud Syah II .
Raja Kecik mendakwakan dirinya sebagai putra kandung dari Sultan Mahmud Syah II. Ketika masih berada didalam kandungan ibunya, Cik Pung, ia berhasil dilarikan oleh orang-orang Sultan Mahmud Syah pada hari pembunuhan ayahnya. Cik Pung, diselamatkan oleh orang-orang Sultan Mahmud Syah untuk menghindari konflik istana yang sedang berbahaya dengan mengembara dan singgah diberbagai tempat. Dari Johor ke Singapura lalu ke Jambi dan berakhir di Pagaruyung, Sumatera.
Klaim Raja Kecik sebagai penuntut tahta ayahnya mendapat dukungan kuat dari orang-orang Sultan Mahmud Syah dan masyarakat Melayu di Sumatera, serta dari kerajaan Pagaruyung, dimana Raja Pagaruyung telah menjadikannya sebagai anak angkat, serta yang telah menjaganya sejak kecil hingga dewasa.
Rujukan
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/jejak-sejarah-sultan-sulaiman-badrul-alamsyah-i-1722-1760/
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsumbar/makam-raja-kecil-buantan/
- https://riaukepri.com/2019/07/21/raja-kecik-sultan-benyali-besar/