Meskipun kebanyakan populasi Tuluva ditemukan di wilayah Tulu Nadu, populasi migran dapat ditemukan di seluruh dunia. Pada masa sekarang, periode migrasi pertama dimulai pada permulaan abad ke-20 untuk tempat-tempat seperti Mumbai (kemudian dikenal sebagai Bombay) dan Chennai (kemudian dikenal sebagai Madras) dan bagian-bagian lainnya di India Selatan. Orang Tulu yang menggunakan bahasa Brahmin Shivalli kebanyakan bermigrasi ke sebelah selatan wilayah Tulunadu seperti Madras, Bangalore, Tamil Nadu, Andhra Pradesh, Kerala, dan lain-lain. dan orang Tulu lainnya bermigrasi ke sebelah utara Tulunadu khususnya ke Mumbai dan wilayah-wilayah pesisir seperti Thane, Navi Mumbai dan Pune dimana mereka terlihat dalam berbagai bidang dari perbankan sampai Bollywood.[1]
Periode migrasi kedua dimulai pada Perang Dunia II untuk kaur dari perasioan makanan dibawah administrasi Britania. Periode migrasi ketiga dimulai setelah imposisi Undang-Undang Reformasi Lahan pada awal 1970an. Para migran dalam arus tersebut adalah orang-orang yang berkemampuan dan terdidik seperti fisikawan, ilmuwan dan teknisi. Terdapat dua arus migrasi lainnya: yang satu ke negara-negara Teluk yang kebanyakan bermigrasi pada 1980an dan 1990an. Periode migrasi lainnya ke Amerika Serikat setelah bom TI di India, sebagian di Bangalore
Tulu mengikuti sistem Aliya Kattu, dimana pewarisnya dari paman sampai keponakan, kecuali bagi para Brahmin dan Parivara dari subdivisi bunt dari komunitas bunt. Fitur distinsif lainnya meliputi ritual Bhuta Kola, Nagaradhane dan Yakshagana. Tahun Baru Tuluva disebut Bisu, yang jatuh pada hari yang sama dengan Baisakhi, Vishu dan Tahun Baru Thai.
Dari kemerdekaan India dan disusul dengan pengorganisasian ulang negara-negara bagiannya, orang-orang Tulu ingin mendapatkan status bahasa nasional untuk bahasa Tulu dan sebuah negara terpisah untuk diri mereka sendiri yang disebut Tulu Nadu, berdasarkan pada bahasa dan budaya mereka yang berbeda. Upaya ini menguat pada tahun-tahun terkini. Beberapa organisasi seperti Tulu Rajya Horata Samiti menarik perhatian orang-orang Tulu dan kemudian pertemuan-pertemuan dan demonstrasi-demonstrasi diadakan di jalanan kota Tulunadu (seperti Mangalore, Udupi, dan lain-lain) untuk menyuarakan keinginan pmereka.[2][3][4]