Stefan Uroš I (Abjad Kiril Serbia: Стефан Урош I; c. 1223 - 1 Mei 1277), atau dikenal sebagai Uroš yang Agung (Урош Велики) adalah Raja Serbia dari 1243 hingga 1276, menggantikan saudaranya Stefan Vladislav. Dia adalah salah satu penguasa terpenting dalam sejarah Serbia.[1]
Para ahli berpendapat bahwa pengaruh Bulgaria yang kuat selama pemerintahan Vladislav membuatnya dipaksa turun takhta setelah kematian Tsar Asen dari Bulgaria.[2] Para bangsawan yang memberontak memilih Uroš sebagai calon raja mereka; dari 1242 hingga musim semi 1243, perang perebutan takhta terjadi, yang berakhir dengan diserahkannya mahkota Vladislav kepada Uroš.[3] Uroš dengan cepat menangkap Vladislav dan menahannya di penjara. Perlawanan utama melawan Uroš dipimpin oleh istri Vladislav, Beloslava.[3] Permusuhan akhirnya tidak berlangsung lama,[3] dan Uroš tetap bersikap sopan terhadap Vladislav, memberinya kekuasaan di Zeta, dan mengizinkannya menggunakan gelar "raja".[3] Tidak diketahui secara pasti mengapa kaum bangsawan memberontak terhadap Vladislav, begitu pula detail konflik antara kedua saudara itu.[3]
Pemerintahan
Pada usia 25 tahun, dia merebut takhta dari saudaranya Vladislav, dan meskipun tidak mendapat dukungan dari mertua serta saudara-saudaranya, dia segera memerintah dengan cakap dan bertekad kuat.[1] Sebelum ia naik takhta, sebagian Serbia telah dijarah oleh suku Tatar dan konflik internal terus meluas;[1] Uroš berhasil menyelesaikan semua masalah penting di dalam negeri dan memulai kebijakan luar negerinya dalam waktu singkat.[4]
Situasi di Eropa dan di Balkan cukup menguntungkan bagi Serbia, yang Uroš gunakan dengan sangat cerdik demi keuntungan negaranya. Selama masa pemerintahannya, Serbia secara signifikan bertambah kuat dan berkembang dalam segala bidang.[4] Uroš berhasil memperluas kekuasaan ke selatan hingga Makedonia dan terlibat konflik dengan Hungaria di Podunavlje (lembah Donau).[4] Kedua wilayah itu secara politik dan militer dipersiapkan untuk membangun benteng dan melindungi orang Serbia di lembah Vardar dan Podunavlje.[4] Selain itu, Uroš juga menentukan dengan tepat sekutu perdagangan Serbia, karena dalam beberapa kesempatan ia melawan Republik Ragusa dan ingin menghilangkan pengaruh dan eksploitasi Ragusa di negaranya.[4]
Ciri khusus dalam politiknya di dalam negeri adalah bahwa dia sangat menekankan prinsip negara di atas segalanya, dan menundukkan gereja (baik Ortodoks maupun Katolik) untuk kepentingan negara.[4] Dia berperan penting dalam penyelesaian konflik antara Keuskupan Agung Bar dan Dubrovnik mengenai kekuasaan di Serbia.[4]
Uroš adalah orang pertama yang mulai memanfaatkan komoditas tambang, yang kemudian menjadi salah satu komoditas utama negara Serbia pada Abad Pertengahan. Hasil pertama dari pembukaan tambang adalah pembuatan mata uang koin Serbia, yang pertama kali dicetak dengan model Venesia.[4]
Dia melindungi dan membantu sastrawan dan penulis; yaitu memberi dorongan pada pembuatan biografi baru kakeknya Nemanja yang lebih komprehensif dan indah, sebagai sosok yang ia teladani.[4]
Menikah dengan Helen dari keluarga Kerajaan Prancis, ia menjalani kehidupan yang sederhana, bahagia dan bersahaja dalam keluarganya, berbeda dengan bangsawan Bizantium yang hidup bermegah-megahan.[4]
Dalam kebijakan luar negeri, Uroš dengan terampil memanfaatkan konflik antara Kedespotan Epirus dan Kekaisaran Nicea, dua negara Yunani, yang keduanya berusaha untuk mewarisi Kekaisaran Bizantium dan merebut Konstantinopel dari Kekaisaran Latin.[4] Tetapi ketika Kekaisaran Latin jatuh, dan Kaisar Mikhael Palaiologos dari Nicaea merebut Konstantinopel, Uroš mulai berkoalisi dengan sepupu istrinya, Charles dari Anjou, yang ingin merebut kembali Konstantinopel, dan melalui aliansi itu ia mencaplok teritori Bizantium sebanyak mungkin.[4] Melalui Charles yang memiliki hubungan keluarga dengan raja-raja Hungaria, Uroš pada akhir masa pemerintahannya juga mendekati Hungaria, yang telah lama menjalin hubungan buruk dengannya, dan menikahkan putra sulung dan ahli warisnya, Stefan Dragutin, dengan Katalin, putri Raja Hungaria István V.[4]
Dragutin, yang tidak puas karena tak banyak dilibatkan dalam urusan pemerintahan, memberontak melawan ayahnya dengan bantuan tentara dari Hungaria, hingga akhirnya berhasil merebut takhta.[4] Uroš mundur bersama para loyalisnya ke Hum, dengan rasa kecewa, tidak puas dan marah, lalu meninggal tak lama setelah itu.[4]
Pertumbuhan ekonomi
Pertambangan
Di masa kekuasaan Stefan Uroš I, Serbia menjadi kekuatan penting di Balkan, terutama karena perkembangan ekonomi melalui dibukanya pertambangan.[5] Tambang tersebut dikembangkan oleh "Sasi" (Sakson), yang berpengalaman dalam mengolah bijih.[5] Permukiman Sakson yang terletak di dekat tambang, memiliki status istimewa - mereka hidup di bawah hukum mereka sendiri dan diizinkan untuk tetap menganut Katolik dan membangun gereja sendiri. Tambang penting terletak di Novo Brdo, Brskovo dan Rudnik.
Perdagangan
Kemakmuran ekonomi juga didorong oleh perdagangan di kota-kota pesisir Dalmasia di Dubrovnik dan Kotor. Meningkatnya pertambangan perak dan perdagangan mendorong penggunaan koin kerajaan yang lebih marak, dengan meniru standar Venesia.
Operasi militer
Perang dengan Ragusa
Pada tahun 1252–1253, pasukan Uroš I yang dipimpin oleh saudaranya, Radoslav Andrijić berperang dengan Republik Ragusa, yang berbatasan dengan Hum. Radoslav bersumpah untuk melawan Ragusa selama Ragusa berkonflik dengan Serbia. Pada waktu itu, Ragusa menjalin aliansi dengan Bulgaria. Perdamaian antara Serbia dan Ragusa disepakati dalam piagam tertanggal 22 Mei 1254.
Selama paruh kedua tahun 1260-an, perang baru pecah dengan Ragusa. Sebuah perjanjian ditandatangani pada tahun 1268, yang menyebutkan jumlah uang perlindungan yang harus dibayar Ragusa setiap tahun kepada raja Serbia. Pembayaran tersebut hampir tidak terputus selama beberapa abad berikutnya.
Perang dengan Hungaria
Pada 1268, raja Serbia menginvasi wilayah Hungaria di selatan Donau di Mačva, yang sekarang menjadi Serbia tengah bagian barat. Meski awalnya Serbia menang, Stefan Uroš berhasil ditawan oleh Hungaria dan terpaksa membayar tebusan. Sebuah perjanjian damai ditandatangani antara kedua kerajaan, dan putra Uroš yang bernama Stefan Dragutin dari Serbia menikah dengan Katalin, putri raja István V dari Hungaria.
Konflik dengan Dragutin
Pada akhir masa pemerintahannya, Stefan Uroš tampaknya berhasil membatasi hak otonomi Zahumlje. Dalam upayanya untuk mencapai sentralisasi, raja tampaknya telah mengasingkan putra tertuanya dengan menolak memberinya penghargaan. Konflik antara ayah dan anak semakin memuncak, ketika raja ingin menjadikan putranya yang lebih muda, Stefan Milutin sebagai calon pewarisnya.
Khawatir akan kekuasaan dan keselamatannya, Stefan Dragutin akhirnya menuntut takhta pada tahun 1276. Ketika Stefan Uroš menolak, Dragutin memberontak dan menerima bantuan dari mertuanya di Hungaria. Raja Serbia akhirnya kalah dan Stefan Uroš dipaksa turun takhta dan menyingkir ke sebuah biara tak dikenal di Hum di mana dia meninggal satu atau dua tahun kemudian. Jenazahnya kemudian dipindahkan ke biara Sopoćani.
Stanojević, Stanoje (1989) [1927]. Сви српски владари: биографије српских (са црногорским и босанским) и преглед хрватских владара. Opovo: Simbol. ISBN86-81299-04-2.