Stasiun ini dibangun sebagai bagian dari jalur kereta api lintas Yogyakarta–Srandakan–Sewugalur.[3] Stasiun ini dibuka pada tanggal 21 Mei 1895 bersamaan dengan pembukaan segmen Yogyakarta–Srandakan.[4]
Bangunan stasiun ini kemudian direnovasi dengan arsitektur bergaya 1950-an seperti halnya stasiun-Yogyakarta-stasiun lainnya di Daop VI. Stasiun ini dulu ditutup sejak tahun 1973 untuk layanan PJKA karena jalan raya diperlebar dan mobil makin banyak, kemudian diubah menjadi stasiun untuk angkutan tetes tebu Pabrik Gula Madukismo hingga pertengahan dekade 1980-an.[5]
Stasiun ini pernah pula dicatat sebagai stasiun untuk pengangkutan abdi dalem dan alat upacara untuk Labuhan. Letaknya yang persis di dekat Pendopo Kabupaten Bantul membuat pergerakan abdi dalem ke tempat labuhan menjadi lebih cepat sejak kereta api hadir di Bantul.[6]
Letak stasiun ini ada di selatan seberang Pasar Bantul. Saat ini, stasiun Bantul telah berubah menjadi bengkel dan warung makan. Warung makan itu diberi nama "Stasiun" karena agar membuktikan bahwa warung itu dulunya merupakan sebuah stasiun. Meskipun demikian, di stasiun tersebut tidak tampak bekas rel, persinyalan, ataupun tiang telegraf (untuk komunikasi).[7][8]
Percabangan menuju PG Bantul
Dahulu, di sebelah selatan Stasiun Bantul terdapat percabangan jalur kereta api yang mengarah ke timur sampai ke Suikerfabriek Bantool (Pabrik Gula Bantul). Jalur relnya terletak di sebelah selatan jalan raya dan bersisian dengannya. Dalam peta Daerah Istimewa Yogyakarta tempo dulu koleksi Universiteit Leiden, jalur percabangan tersebut dimiliki oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij.[9]
Galeri
Bekas stasiun Pasar Bantul.
Bagian depan stasiun Pasar Bantul.
Referensi
^Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).
^Moertjipto; Marwito, Tirun (1995). Upacara tradisional Jumenengan: arti, fungsi, dan makna lambang : suatu studi tentang tradisi Kraton Yogyakarta. Yogyakarta: Media Widya Mandala.