Sri Parmini
Brigadir Jenderal TNI (Purn.) Dra. Sri Parmini, M.M. (lahir 12 September 1956) adalah seorang purnawirawan perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD). Jabatan struktural terakhirnya adalah sebagai Kepala Sekretariat Umum (Kasetum) TNI dari bulan Februari hingga Desember 2013. Ia merupakan wanita ketiga yang menyandang pangkat brigadir jenderal di TNI-AD. Lahir dari keluarga non-militer, Sri Parmini menghabiskan masa kecilnya di Kota Boyolali. Ia memulai kariernya sebagai perwira di Korps Wanita Angkatan Darat setelah lulus dari Universitas Negeri Sebelas Maret. Ia menjalani berbagai penugasan di lingkungan Pusat Pendidikan Korps Wanita TNI AD, Dinas Pengamanan dan Persandian, dan Komando Daerah Militer Jayakarta sebelum akhirnya ditugaskan sebagai perwira pembantu di Markas Besar TNI-AD pada tahun 2005. Empat tahun kemudian, ia dipromosikan menjadi staf ahli Panglima TNI dan memperoleh kenaikan pangkat menjadi brigadir jenderal. Ia lalu dimutasi menjadi Kasetum TNI dan menjabat dari bulan Februari hingga Desember 2013. Setelah masa jabatannya berakhir, ia bertugas sebagai staf khusus untuk Kepala Staf Angkatan Darat hingga pensiun. Masa kecil dan pendidikanSri Parmini lahir pada tanggal 12 September 1956 di Boyolali, Jawa Tengah[1] sebagai anak sulung dari empat bersaudara.[2] Ayahnya adalah seorang guru sekolah dasar, sedangkan ibunya merupakan seorang ibu rumah tangga dan menghidupi keluarganya dengan berdagang barang tambang.[3] Ia dibesarkan dan menempuh pendidikan dasar hingga menengah atas di kota kelahirannya tersebut.[4] Setelah lulus SMA, Sri menempuh pendidikan tinggi di Jurusan Pendidikan Sosial Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Sebelas Maret. Beberapa saat sebelum ia diwisuda dari universitas tersebut, Sri tidak sengaja melihat selebaran dari Komando Distrik Militer (Kodim) Surakarta mengenai kesempatan untuk bergabung dengan Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad) bagi wanita yang sudah lulus pendidikan tinggi.[5] Ketika Sri akan mendaftar menjadi calon anggota Kowad, proses pendaftaran telah ditutup. Seorang bintara bernama Peltu Koesnan kemudian membantu Sri untuk mendaftar. Sri lalu menjalani proses seleksi selama beberapa hari di Bandung dan diterima menjadi calon perwira Kowad setelah dinyatakan lulus seleksi.[5] Sri yang sudah menjadi calon perwira kemudian menemui orang tuanya dan memberitahukan mereka soal pendaftarannya. Kedua orang tuanya cemas karena mereka sebelumnya merencanakan Sri untuk menjadi guru ilmu pengetahuan sosial di Surakarta. Meskipun ayahnya semula menolak, ia berhasil meyakinkannya.[4] Sri kemudian kembali ke Bandung untuk menempuh pendidikan militer di Pusat Pendidikan Korps Wanita TNI AD (Pusdikkowad). Ia menyelesaikan pendidikannya di Pusdikkowad dan dilantik sebagai letnan satu pada tahun 1981.[5] Karier militerSri memulai dinasnya di Angkatan Darat pada tahun 1981 sebagai tenaga pengajar di Pusdikkowad.[6] Ia bertugas di Pusdikkowad selama kurang lebih empat tahun. Ia kemudian dipindahkan ke Dinas Pengamanan dan Persandian TNI Angkatan Darat (Dispamsanad) dengan pangkat letnan satu.[4] Selama bertugas di Dispamsanad, Sri memperoleh kenaikan pangkat menjadi kapten pada tahun 1987.[5] Setelah berkiprah di Dispamsanad hingga tahun 1991, Sri mengikuti kursus Pendidikan Lanjutan Perwira II untuk meningkatkan kemampuan militernya pada tahun 1992. Pangkatnya kembali mengalami kenaikan menjadi mayor pada tahun 1993.[6] Pada tahun 1995, Sri diperintahkan untuk menempuh pendidikan militer lanjutan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat.[2] Ia menjadi satu-satunya siswa wanita selama masa belajarnya di Seskoad.[5] Setelah lulus pada tahun 1996, ia dipindahtugaskan ke Komando Daerah Militer Jayakarta (Kodam Jaya) sebagai Wakil Kepala di Ajudan Jenderal Kodam Jaya,[4] sebuah badan pelaksana yang menangani masalah personil, administrasi, dan kesejahteraan prajurit di lingkungan Kodam Jaya.[7] Pengangkatannya sebagai Waka Ajendam menaikkan pangkatnya menjadi letnan kolonel.[5] Jabatan Waka Ajendam dipegangnya hingga tahun 1998.[4] Sri ditunjuk sebagai Komandan Pusdikkowad pada bulan November 2000 setelah dua tahun menjadi perwira tanpa jabatan.[8] Bersamaan dengan itu, ia memperoleh kenaikan pangkat menjadi kolonel. Selama menjabat sebagai Komandan Pusdikkowad, ia menjalani pendidikan inti militer pada tahun 2002 yang melibatkan simulasi perang sungguhan seperti menembak menggunakan senjata M16, melempar granat, dan merayap di lumpur sambil ditembaki. Ia juga terlibat dalam penanganan seorang pelatih di Pusdikkowad yang tertembak karena peluru salah sasaran.[5] Sri ditarik ke Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (Mabes TNI) pada tahun 2005 usai menjadi orang nomor satu di Pusdikkowad.[4] Di sana, ia bekerja sebagai perwira pembantu untuk urusan pemisahan dan penyaluran cadangan dan veteran di Staf Personalia TNI. Ia lalu dimutasi menjadi staf ahli Panglima TNI dengan lingkup bidang kawasan Eropa dan Amerika Serikat pada tanggal 23 Desember 2009.[9][10] Jabatannya sebagai staf ahli yang mengurusi bidang internasional mengharuskannya untuk berkoordinasi dan mencari informasi ke berbagai instansi seperti Badan Intelijen Strategis, Kementerian Politik, Hukum dan Keamanan, dan kantor Atase Pertahanan.[6] Penetapannya tersebut digambarkan oleh pihak TNI sebagai "kado khusus untuk Kowad" yang sehari sebelumnya baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-48.[11] Pangkatnya kemudian dinaikkan menjadi brigadir jenderal pada tanggal 15 Februari 2010.[12] Hal tersebut menjadikannya sebagai wanita ketiga yang menjadi perwira tinggi di lingkungan angkatan darat setelah Kartini Hermanus dan Hermawati.[11] Sri menjabat sebagai staf ahli untuk Panglima TNI selama tiga tahun. Pada tanggal 23 Januari 2013, ia dipindahtugaskan untuk menjabat sebagai Kepala Sekretariat Umum TNI.[13] Ia dilantik untuk jabatan tersebut pada tanggal 25 Februari 2013. Pengangkatannya tersebut menjadikannya sebagai wanita pertama yang memegang jabatan pimpinan di lingkungan Mabes TNI.[14] Selama masa kepemimpinannya, Sekretariat Umum TNI menghasilkan sejumlah petunjuk untuk digunakan di lingkungan TNI seperti petunjuk administrasi umum[15] dan petunjuk penggunaan bahasa dalam tulisan-tulisan dinas di lingkungan TNI.[16] Hanya sembilan bulan setelah dilantik, pada tanggal 18 November 2013, Panglima TNI mengeluarkan surat keputusan yang memindahkan Sri Parmini dari jabatannya menjadi Staf Khusus Kepala Staf Angkatan Darat.[a][18][19] Keputusan tersebut dilaksanakan setelah Sri menyerahkan jabatannya kepada Brigjen Hasan Saleh pada hari terakhir pada tahun 2013.[20] Sri pensiun dari militer pada tahun 2014[21] dan bergabung dengan Paguyuban Purnawirawan Kowad Jabodetabek sebagai ketua pada tahun 2017.[22] Kehidupan pribadiSri pertama kali bertemu dengan suaminya, Achmad Kaelani, pada saat ia berdinas di Pusdikkowad sebagai tenaga pengajar. Achmad memiliki latar belakang keluarga yang berkarier di angkatan udara dan seringkali mengunjungi barak Pusdikkowad untuk bertemu saudaranya yang tinggal di barak tersebut. Sri dan Achmad Kaelani menikah pada tahun 1984 dan memiliki seorang putri dan seorang putra.[2] Putri mereka, Ratih Pujiati, lahir pada pertengahan 1980-an, sedangkan putra mereka, Arif Widyatmoko, lahir pada awal tahun 1990-an.[4] Pekerjaan Sri sebagai perwira angkatan darat membuatnya hidup berjauhan dengan keluarga. Ia hanya bisa bertemu langsung dengan keluarganya setiap akhir pekan. Mereka baru bisa berkumpul kembali pada tahun 2008 setelah Sri dimutasi ke Jakarta.[2] Tanda jasaSumber:[23] (Per-tanggal 31 Desember 2013)
KeteranganReferensi
|