Songket Silungkang

Penenun Songket Silungkang

Songket Silungkang adalah songket buatan masyarakat Silungkang, Kota Sawahlunto.[1] Ilmu menenun songket Silungkang berasal dari Tiongkok Daratan yang kemudian menyebar ke Silungkang.[2] Menenun Songket Silungkang dilakukan oleh para gadis dan ibu rumah tangga untuk mengisi waktu luang.[3] Songket Silungkang dibuat dalam bentuk kain, sarung dan selendang untuk digunakan dalam acara-acara adat dan pernikahan masyarakat Minangkabau.[4]

Sejarah

Pengetahuan tentang pembuatan Songket Silungkang berasal dari pengetahuan menenun dari Daratan Tiongkok dan menyebar ke Kerajaan Siam di Thailand. Selanjutnya, pengetahuan ini menyebar lagi ke negeri-negeri di Semenanjung Malaya yaitu Selangor, Kelantan, Terengganu dan Brunei Darussalam.[2]

Motif

Motif itik pulang patang

Motif itik pulang patang berupa gambar itik yang berjalan berurutan dan beriringan untuk pulang pada petang hari. Itik melambangkan kehidupan masyarakat yang lemah tetapi hidup dengan kebersamaan, damai dan penuh kasih sayang.[4] Selain itu, itik juga melambangkan kerja keras dalam memperoleh rezeki sejak pagi dan mensyukurinya di petang hari. Perilaku ini merupakan sikap yang dijunjung tinggi dalam masyarakat Minangkabau.[5]

Motif pucuak rabuang

Motif pucuak rabuang berupa gambar pucuk rebung. Penggunaannya pada bagian atas kain sarung, bagian bawah sarung dan pada ujung selendang. Motif ini melambangkan bahwa kehidupan adalah sesuatu yang bermanfaat dan tidak patut disia-siakan. Pesan ini disimbolkan dari kehidupan bambu yang dimulai dari rebung.[5]

Lagu

Daerah Silingkang memiliki topografi berbukit-bukit sehingga tidak sesuai untuk bertani. Karenanya, para gadis dan ibu rumah tangga hanya melakukan pekerjaan rumah tangga, sedangkan waktu luangnya diisi dengan menenun songket.[3] Sambil menenun, mereka akan melantunkan lagu berikut:[6]

Turak didorong stkek dipantak (Turak didorong sisir dihentakkan)

Banang saute babantuak kain (Benang sehelai berbentuk kain)

Anak dtdendang nast dttanak (Anak dinyanyikan beras ditanak)

Banang saute babantuak katn (Benang sehelai berbentuk buat kain)

Payabada suku Malowe (Payabada salah satu suku Malowe)

Supanjang Dali mo Jao (Supanjang di Dalimo Jawa)

Banang dituriang sainggo lapeh (Benang dipintal sampai habis dari bundarannya)

Anak didendang lalok juo (Anak yang sedang dinyanyikan tertidur juga)

Referensi

  1. ^ Devi 2015, hlm. 19.
  2. ^ a b Devi 2015, hlm. 21–22.
  3. ^ a b Siburian 2000, hlm. 116.
  4. ^ a b Pebriyeni 2019, hlm. 218.
  5. ^ a b Pebriyeni 2019, hlm. 219.
  6. ^ Siburian 2000, hlm. 116–117.

Daftar pustaka