Song Zhenzhong
Song Zhenzhong (Hanzi: 宋振中; Pinyin: Sòng Zhènzhōng; 15 Maret 1941 – 6 September 1949), dikenal sebagai Kepala Lobak Kecil (小蘿蔔頭; Xiǎo Luóbo Tóu), adalah putra dari anggota Partai Komunis Tiongkok Song Qiyun dan Xu Linxia. Ditahan oleh Kuomintang hampir sepanjang hidupnya, ia dieksekusi bersama orang tuanya sebagai bagian dari pembunuhan massal terhadap para tahanan. Dia telah dikenal sebagai "martir termuda Tiongkok",[1] dan ditampilkan secara luas dalam film dan sastra. Dia juga telah diperingati dengan banyak monumen. BiografiSong lahir pada 15 Maret 1941 di Xi'an, Shaanxi, dari pasangan Song Qiyun dan Xu Linxia,[2] dua anggota Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang menikah pada 1928.[3] Sebagai seorang mantan wartawan yang melaporkan untuk Jenderal Yang Hucheng, Song Qiyun menyunting Northwest Cultural Daily dan bersuara menentang pengarahan pemerintah Kuomintang (KMT) di bawah naungan Generalissimo Chiang Kai-shek. Sementara itu, Xu Linxia memimpin cabang wanita dari PKT di Kabupaten Pi, Jiangsu.[4] Di tengah-tengah ketegangan sepanjang Perang Saudara Tiongkok dan Perang Tiongkok-Jepang Kedua, keluarga tersebut mengirim dua putri untuk tinggal dengan keluarga di Pi, sementara Xu dan lima anak lainnya pindah ke Desa Puyang di luar Xi'an.[3] Setelah dua bulan tanpa komunikasi dari Song Qiyun, pada November 1941 Xu Linxia membawa Song Zhenzhong yang berusia delapan bulan ke Chongqing usai mendengar bahwa ia menunggu mereka di kota tersebut.[5] Disana, keduanya ditangkap oleh KMT. Sepanajng tujuh tahun berikutnya, ibu dan putra tersebut dipindahkan antara kamp penahanan.[3] Di kamp konsentrasi Xifeng di Kabupaten Xifeng, Guizhou, mereka terhubung lagi dengan Song Qiyun. Ia juga ditangkap, dan Direktur Zhou Yanghao mengajukan petisi untuk memperkenankan kontak keluarga oleh sel PKT rahasia di bawah naungan Luo Shiwen.[6] Mogok makan kemudian memperkenankan pendidikan bagi Song, dengan Huang Xiansheng bertugas sebagai gurunya.[3] Kala beranjak dewasa, Song dijuluki "Kepala Lobak Kecil" karena kepala besarnya dan tubuhnya yang kecil.[7] Kamp konsentrasi Xifeng ditutup pada 1946, dan Song dipindahkan dengan keluarganya ke Chongqing. Disana, karena usianya yang muda, ia diperkenankan untuk menjalani mobilitas tingkat tinggi. Kemudian, rekan tahanan Mei Hanzhang menuturkan bahwa ia sering dipercayakan untuk mengantarkan pesan antar tahanan.[3] Dalam memoirnya, Han Zidong menuliskan bahwa Song membawakannya tas dan busana yang dirajut oleh Xu, yang kemudian dipakai oleh han pada masa pelariannya.[4] Dalam wawancara dengan China News Service, kakak sulung Song Zhenzhong, Zhenhua, menuturkan bahwa perhubungan pertama saudara-saudaranya dengan keluarga mereka yang ditahan terjadi melalui surat yang diterima pada 1947, kala keluarga Song dipindahkan ke Ciqikou, Chongqing. Perhubungan berlanjut sampai Tahun Baru Imlek 1949, dengan satu surat meliputi kata "saudara laki-laki" dan "saudara perempuan" yang ditulis oleh Song Zhenzhong. Dalam surat terakhirnya, Xu Linxia menyatakan bahwa Song Qiyun dan Yang Hucheng telah pergi ke Guiyang, dan bahwa ia dan adik bungsu Song akan menyusul.[3] Menjelang akhir Perang Saudara Tiongkok, Song Qiyun, Wu Linxia, dan Song Zhenzhong dieksekusi oleh KMT di Geleshan pada 6 September 1949. Peristiwa tersebut diumumkan oleh Komite Pusat PKT dalam surat bela sungkawa yang diterbitkan dalam surat-surat kabar pada dua bulan kemudian.[3] Pada 1950, mereka disemayamkan di Pemakaman Jenderal Yang Hucheng di Distrik Chang'an, Xi'an.[8] Makam mereka menduduki tiga tempat pada bagian bawah tempat dua tingkat tersebut. Tingkat atas diduduki oleh makam Yang Hucheng, istrinya Xie Baozhen dan putri mereka Yang Zhenggui (dikebumikan bersama), dan saudara mereka Yang Zhengzhong.[9] PeninggalanSong diidentifikasi sebagai martir termuda PKT. Ia adalah salah satu dari banyak pemuda yang diberi gelar martir. Lainnya meliputi Liu Hulan, yang menginspirasi slogan Mao Zedong, "Kehidupan agung, kematian berjaya";[a] Liu Wenxue , yang dibunuh oleh seorang tuan tanah yang memergokinya mencuri tanaman;[1] dan Wang Erxiao , seorang gembala sapi yang ditahan pasukan Jepang karena melarikan para rekannya.[10] Kisah Song dicantumkan dalam novel tahun 1961 buatan Luo Guangbin dan Yang Yiyan Red Crag.[1] Novel tersebut menampilkannya sebagai anak imut dan sigap yang hidup bebas usai dibesarkan di penjara.[11] Pada tahun-tahun berikutnya, "Kepala Lobak Besar" menjadi sebutan yang tenar.[1] Saudarinya yang bertahan hidup Song Zhensu menerbitkan sebuah kisah, My Brother, Little Radish Head (我的弟弟"小萝卜头"), pada 1964. mewakili Song sebagai tahanan kanak-kanak yang mempelajari nilai-nilai komunis dari tahanan lain, karya tersebut menggambarkannya diajarkan untuk membenci KMT dan ingin menyingkirkan mereka.[11] Pada tahun itu juga, novel Red Crag diadaptasi ke film dengan judul Eternity in Flames (烈火中永生). Song diperankan oleh seorang pemeran cilik Fang Shu, yang tetap dikenal dengan peran tersebut sampai 1990-an.[12] Novel Li Linying Little Radish Head (小蘿蔔頭) dan naskah film Zhou Mi Little Radish Fantasy Poem (小萝卜头幻想诗, 1984) keduanya menampilkan Song sebagai anak polos yang terjebak oleh penahanan represif.[11] Pada 1996, Xue Jiatai menerbitkan biografi Song yang ditujukan untuk pembaca muda. Ditujukan sebagai alat pendidikan politik, buku tersebut menampilkan penggambarannya terhadap penderitaan dan kematian Song sebagai peristiwa kelam sebelum Republik Rakyat Tiongkok terbit, Adaptasi sandiwara panggung karya Liu Qinglai, yang diambil dari Red Crag dan My Brother, Little Radish Head, diproduksi pada dasawarsa berikutnya.[11] Institut Seni Rupa Yunnan membuat musikal yang berdasarkan pada kehidupan Song pada 2019.[13] Sebuah dokumenter tiga bagian tentang kehidupan Song ditayangkan oleh CCTV-4 pada 30 Mei 2018 untuk memperingati Hari Anak Nasional.[14] Song diperingati dengan ayah dan ibunya dengan Balai Peringatan Xiaoluotou di Pizhou, Xuzhou, Jiangsu.[15] Dibangun antara 2003 dan 2005, balai tersebut dipakai untuk pendidikan politik, dengan para pelajar didorong untuk membandingkan kehidupan mereka dengan Song Zhenzhong.[16] Tempat tersebut memiliki luas 2.160 meter persegi (23.300 sq ft), dengan pameran meliputi foto serta artefak terkait keluarga tersebut.[7] Pemakaman Jenderal Yang Hucheng, sebuah tempat wisata yang menerima peringkat 3A, giat dikunjungi oleh anak-anak sekolah yang membersihkan makam tersebut. Di depan makam Song, terdapat pohon pomegranate besar, yang ditanam oleh saudarinya Song Zhenping pada 1984, tempat anak-anak menggantungkan syal merah mereka usai emlakukan penghormatan Pionir Muda. Surat kaabr terbitan negara People's Daily menyebutnya sebagai "hubungan antara generasi masa depan dan para martir."[b][8] Patung-patung keluarga Song didirikan di tempat eksekusi mereka, dengan patung Song Zhenzhong seringkali digantung dengan syal merah.[3] CatatanReferensi
Karya kutipan
|