Soekonto atau Sukonto (5 Agustus 1889 – 5 November 1969)[1] adalah seorang pejuang hak wanita Indonesia. Sewaktu kecil, ia bernama Siti Aminah. Dia dilahirkan di Klegen, Temanggung, Jawa Tengah.[2] Ayahnya bernama R. Ng. Duryat Sastromijoyo dan ibunya bernama Kustiyah. Siti Aminah adalah anak keempat dari sembilan bersaudara.[1]
Sewaktu Siti Aminah tinggal bersama orang tuanya, ia belum dapat membaca dan menulis huruf latin. Waktu kecil, Siti Aminah tidak mengikuti pendidikan secara formal di sekolah seperti kakak-kakaknya. Lain halnya adik-adik Siti Aminah yang berkesempatan sekolah. Pada waktu Siti Aminah kecil, orang pada umumnya berpendapat bahwa anak perempuan cukup diberi pendidikan di rumah saja yaitu mengaji, sembahyang, membaca Al Qur'an, dan membaca serta menulis huruf Jawa.[1] Baru setelah menikah dia belajar membaca dan menulis huruf latin.[2]
Siti Aminah mengahiri masa mudanya dan menikah dengan dokter Soekonto pada 7 September 1907. Soekonto adalah seorang dokter lulusan STOVIA (School Ter Opleiding van Inlandsche Arsten) Batavia (Jakarta).[2] Mereka dikaruniai tujuh orang anak, empat laki-laki dan tiga wanita dan berhasil menyelesaikan pendidikan pada AMS-A, AMS-B, HBS, PAMS/Sekolah Guru Menengah, dan salah satunya tamat AMS juga tamat Sekolah Analis Kimia di Bandung, pada zaman Belanda.[1]
Waktu pertama kali keluarga Soekonto menetap di Yogyakarta, Ny. Soekonto baru dapat menggabungkan diri pada salah satu organisasi yang ada di Yogyakarta·waktu itu. Organisasi pertama yang dimasuki ialah Wanito Utomo, suatu perkumpulan non politis yang didirikan ibu-ibu rumah tangga yang mula-mula hanya berkecimpung dalam urusan kesejahteraan wanita dan sosial.
Berhubung Ny. Soekonto tergolong orang yang aktif dan lancar bicaranya, maka dia terpilih menjadi ketua Wanito Utomo. Suatu peristiwa penting dan bersejarah bagi bangsa Indonesia adalah diselenggarakannya Kongres Perempuan Pertama 22-25 Desember 1928 di Dalem Joyodipuran Yogyakarta.
Pemrakarsa kongres bersejarah itu ialah Ny. Soekonto yang kemudian didapuk menjadi Ketua Kongres, Nyi Hajar Dewantoro dan Nona Sujatien (Alm. lbu Kartiwiyono) dan didukung oleh 7 organisasi wanita.[2]