Situs Purbakala KokasSitus Purbakala Kokas adalah situs purbakala yang terletak di Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Lebih tepatnya tersebar di Pulau Ugar berupa Kampung Ugar dan Tebing Sarfa dan Pulau Arguni berupa situs Tebing Mampoga, Gua Dudumunir dan Tebing Risato.[1] Di sekitar Distrik Kokas, situs Tapurarang lain bisa dijumpai di beberapa tempat antara lain di Kampung Andamata, Fior, dan Furir di Distrik Arguni, lalu di Kampung Darembang dan Goras di Distrik Mbahamdandara.[2] Di tempat-tempat ini ditemukan berbagai seni cadas berupa cap tangan berwarna merah yang terlukis pada dinding-dinding batu di tebing dan gua yang terletak di pinggir laut. Objek arkeologi ini dikenal sebagai situs purbakala Kokas atau oleh masyarakat setempat biasa disebut dengan nama Tapurarang. Karena warna merah pada lukisan cap tangan di tebing tersebut menyerupai warna darah manusia, masyarakat setempat juga sering menyebut Tapurarang sebagai lukisan cap tangan darah.[3] Cap-cap tangan yang ditemukan di Kokas memiliki kemiripan dengan beberapa lukisan dinding seperti yang terdapat di berbagai kawasan di Kaimana, selain itu juga bisa ditemukan di Sangkulirang (Kutai Timur, Kalimantan Timur) atau di Gua Leangleang (Maros, Sulawesi Selatan). SejarahK.W. Galis dan Josef Roder, adalah dua orang arkeolog Belanda yang pernah melakukan penelitian di wilayah Papua lukisan goa di Kokas. Warna dan corak lukisannya berbeda dari yang ada di Kepulauan Kei, Maluku dan Pulau Batanta, Raja Ampat. Objek lukisan yang terdapat di Situs Purbakala Kokas dibuat dengan tekhnik Stilasi (Penyederhanaan bentuk). Warnanya terdiri dari merah, hitam, dan kuning. Seni cadas atau seni batu ini merupakan hasil karya lukisan manusia pada zaman Megalitikum, berusia ribuan tahun yang lalu, dan merupakan contoh pengaruh budaya Austronesia di Pulau Papua.[1] Lukisan lukisan tersebut dibuat sebagai pengingat peristiwa atau simbol simbol kepercayaan. Lukisan binatang atau Matuto dianggap sebagai pahlawan bagi nenek moyang. Simbolilasi tersebut tak hanya ada di lukisan, hingga saat ini dalam upacara adat simbol binatang tersebut masih dibawa. Telapak tangan berarti penolak bala, pelindung dari kekuatan jahat.[4] Lukisan gambar Tapurarang berupa telapak tangan manusia di dinding tebing yang terbuat dari bahan-bahan alami dan masih tetap terlihat jelas meski sudah berumur berabad-abad lamanya. Lukisan-lukisan berwarna merah darah pada dinding tebing batu karang dengan ketinggian sekitar 20 meter dari permukaan laut itu tidak hanya menampilkan motif telapak tangan manusia saja, tetapi juga gambar-gambar lain seperti tulang ikan, bentuk ikan, jari tangan manusia, kecoak, kalajengking, dan tengkorak manusia. Kuat dugaan bahwa permukaan air laut pada zaman dahulu sama datar dengan tebing batu karang, sehingga orang dengan mudah melukis pada dinding tebing. Tetapi, setelah mengalami proses selama ribuan tahun, air laut menyusut sehingga tebing itu tampak terletak di ketinggian.[5] Di sekitar tempat tersebut juga dapat ditemukan sejumlah tengkorak manusia yang berserakan di sekitar pantai, tidak jauh dari situs purbakala Tapurarang. Tengkorak-tengkorak manusia itu dipercaya merupakan kerangka leluhur atau nenek moyang masyarakat Kokas akibat perang Hongi. Selain itu pada masa lampau masyarakat Kokas memiliki kebiasaan meletakkan jasad leluhur yang meninggal di tebing batu, gua, tanjung ataupun di bawah pohon besar yang dianggap sakral. DeskripsiPulau ArguniUntuk mencapai lokasi Situs Purbakala Kokas yang terletak di Pulau Arguni, dari pusat Kota Fakfak harus menempuh perjalanan darat menuju Distrik Kokas sejauh 50 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Tiba di Kokas perjalanan masih harus dilanjutkan menggunakan longboat menuju Kampung Arguni di Pulau Arguni. Akses menuju situs juga menggunakan perahu speedboat, jika air sedang pasang, bisa naik ke tebing dan menyaksikan lukisan ini dari dekat. Namun jika air laut surut dapat ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri tepian pantai. Beberapa situs bersejarah berupa lukisan dinding di tebing karang, ceruk-ceruk karang yang berisi tengkorak manusia, rumah tinggal raja, makam keluarga raja, dan Gua Dudumunir.[1] Gua DudumunirGua Dudumunir terletak pada koordinat 2°39′17.4″S 132°32′55.1″E / 2.654833°S 132.548639°E. Posisi gua berada 15 m dari bibir pantai. Gua ini menghadap timur dengan pintu masuk gua sekitar 12 m dengan panjang gua 30 m. Selain ditemukan gerabah dan tulang manusia dan ikan, terdapat lukisan berwarna hitam pada dinding. Lukisan sudah tidak bisa teridentifikasi karena pudar dan coretan akibat vandalisme.[1] Tebing MampogaTebing ini terletak pada koordinat 2°39′17.4″S 132°33′43.1″E / 2.654833°S 132.561972°E. Tebing ini berbatasan dengan sebelah barat Kampung Arguni, sebelah barat Tanjung Fameta, sebelah selatan Kampung Fior, sebelah utara Teluk Berau. Ditemukan beberapa lukisan berbentuk tangan, jangkar, titik-titik, dan matahari. Warna lukisan tersebut kuning dan merah. Selain itu terdapat pula beberapa tengkorak manusia yang menurut masyarakat lokal peninggalan Perang Hongi.[1] Tebing RisatoTebing ini terletak pada koordinat 2°38′58.7″S 132°33′47.2″E / 2.649639°S 132.563111°E. Terdapat beberapa lukisan cadas berwarna kuning dan merah. Bentuk lukisan tersebut berupa abstrak, telapak tangan, dan ikan.[1] Pulau UgarLokasi situs bersejarah Kokas yang terletak di Pulau Ugar lebih tepatnya di Kampung Ugar dimana ditemukan fragmen gerabah, cangkang kerang, dan fragmen keramik.[1] Ekspedisi Leo Frobenius pada tahun 1937 menemukan kota perbentengan dengan berbagai kubu dan parit pertahanan dan menandakan penguasa (kerajaan) yang sempat ada di Kampung Ugar yang menurut legenda bisa merupakan leluhur Kerajaan Fatagar.[6] Tebing SarfaTebing ini terletak pada koordinat 2°37′31.8″S 132°27′56.9″E / 2.625500°S 132.465806°E. Pada tebing ini terdapat beberapa lukisan cap tangan yang besar dan kecil yang berwana merah. Lukisan tersebut berada pada ketinggin 7-8 m diatas permukaan air laut.[1] Catatan kaki
Pranala luar
|