Si Penakluk Rajawali adalah salah satu cerita rakyat yang berasal dari Sulawesi Selatan. Cerita rakyat tersebut menawarkan alur yang cukup menarik, sehingga menjadi salah satu cerita rakyat yang dikenal di Indonesia. Lebih dalamnya lagi, alur yang ditawarkan menceritakan kisah tentang seorang penakluk rajawali, seorang putri raja dan juga seekor rajawali. Tidak hanya itu, cerita rakyat yang sedang kita bahas ini juga mengandung berbagai macam pesan moral yang dapat dipetik, dijadikan contoh, bahkan sampai dijadikan panutan hidup.
Pada zaman dahulu kala, di suatu tempat yang berada di Sulawesi Selatan. Terdapat sebuah wilayah yang diperintah oleh seorang raja yang memiliki tujuh putri.
Menurut tradisi wilayah tersebut, jika sang Raja memiliki lebih dari enam anak perempuan, maka ia harus mengorbankan salah satunya untuk diberikan kepada rajawali yang ganas. Karena sang Raja memiliki tujuh putri, berarti ia harus merelakan salah satu anak perempuannya. Hal tersebut dipercaya dapat menghindari segala kemalangan yang akan menimpa keluarga kerajaan.
Namun, sebagai seorang ayah, sang Raja sangat mencintai putri-putrinya dan ia pun belum siap dan tidak rela kehilangan satupun dari mereka. Dengan segala cara, ia mencoba untuk mencari solusi agar ketujuh putrinya dapat tetap hidup. Dikarenakan tak kunjung menemukan solusi, sang Raja merasa cemas, bahkan sampai tidak makan dengan baik dan tidak dapat tidur dengan nyenyak karena berbagai macam pikiran yang muncul dibenaknya. Sampai pada suatu hari, tiba-tiba muncul sebuah solusi brilian dibenaknya yang dapat membantunya melindungi dan menyelamatkan ketujuh putrinya.
“Aku harus menyelenggarakan suatu kompetisi untuk melindungi putriku. Semoga di antara rakyatku, ada yang memiliki kekuatan dan kesaktian untuk menaklukan rajawali tersebut,” pikir sang Raja. Setelah itu, ia langsung memberi tahu idenya kepada penasihat kerjaan dan meminta opini mereka. Semua penasehat istana pun setuju bahwa ide sang Raja adalah cara yang terbaik untuk melindungi putri-putrinya.
Pada keesokan harinya, sang Raja menyuruh seluruh rakyatnya untuk berkumpul di istana. Lalu, setelah semuanya berkumpul, raja mengumumkan sesuatu, “Aku mengumpulkan semua orang disini karena aku memiliki pengumuman yang penting. Aku akan menyelenggarakan sebuah kompetisi untuk melumpuhkan rajawali ganas tersebut. Aku akan menikahkan putriku dengan seorang pria yang dapat membunuh rajawali itu. Tetapi jika yang membunuh rajawali tersebut merupakan perempuan, dia akan menjadi bagian dari keluarga istana sejak saat itu!”
“Oh Yang Mulia, kapan kompetisi ini akan berlangsung?” tanya salah satu rakyat raja.
“Menurut Dewan Penasihat Istana, seminggu lagi rajawali itu akan tiba di kota ini. Sebelum itu, kalian semua dapat berlatih dan mengasah ilmu kesaktian kalian,” kata sang Raja.
Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh sang Raja, seluruh rakyat langsung kembali ke rumah masing-masing untuk berlatih. Mereka pun berlatih dengan giat dan mempersiapkan diri sematang-matangnya untuk menghadapi rajawali yang ganas itu. Dikarenakan, para lelaki ingin menjadi istri sang Putri, sedangkan yang perempuan ingin menjadi bagian dari keluarga istana.
Di suatu tempat yang jauh dari istana, para penjaga kerajaan terlihat sedang sibuk membangun sebuah ‘pendhapa’, tempat dimana sang Putri akan tinggal sebelum ia akan dipersembahkan kepada rajawali. ‘Pendhapa’ ini sengaja dibangun sebagai umpan agar rajawali raksasa itu datang ke tempat tersebut. Berbagai macam kue dan minuman juga disediakan untuk menarik perhatian rajawali.
Seminggu telah berlalu, dan hari yang sang Raja cemaskan pun telah tiba.
Salah satu putri raja yang dipilih menjadi umpan telah dikawal oleh keluarga istana dan para pengawal kerajaan menuju ’pendhapa’. Para warga di kota tersebut juga sangat mengkhawatirkan sang Putri karena ia mungkin akan menjadi makanan rajawali jika diantara mereka tidak ada yang bisa mengalahkan rajawali ganas tersebut.
“Maafkan Ayah anakku, Ayah terpaksa harus mentaati tradisi negeri ini. Ayah akan memastikan untuk menyelamatkanmu. Jangan khawatir. Mudah-mudahan salah seorang warga bisa membunuh rajawali itu,” ucap sang Raja yang sedang berusaha menenangkan putrinya yang penuh dengan kecemasan.
Setelah menenangkan putrinya, sang Raja memilih untuk kembali ke istana bersama pengawal kerajaan. Rasa ketidaktenangan tentu saja muncul dalam pikiran sang Raja.
Pada saat yang sama, sang Putri sedang berada sendirian di ‘pendhapa’ beserta peserta-peserta lomba yang berdiri di sekitar ‘pendhapa’ tersebut dengan membawa berbagai macam peralatan dan senjata untuk membunuh rajawali tersebut.
Beberapa waktu kemudian, terlihat seorang pemuda yang melewati tempat tersebut. Ia melihat sang Putri yang sedang duduk sendirian di ‘pendhapa’. Pemuda tersebut kemudian mendekati tempat tersebut untuk mendatangi sang Putri.
“Halo gadis cantik, mengapa anda duduk disini sendirian? Anda juga terlihat sedih,” tanya pemuda itu.
“Aku sedang menunggu kematian,” jawab sang Putri dengan suara yang rendah. Raut wajah sang Putri sudah jelas sekali menunjukkan bahwa ia sudah berpasrah.
Pria itu pun penasaran dan bertanya, “Apa maksudmu?”
“Ayahku adalah raja yang memerintah negeri ini. Ia memiliki tujuh anak perempuan, dan jika harus mengikuti tradisi negeri ini, raja harus merelakan salah satu putrinya untuk diberikan kepada rajawali,” ucap sang Putri.
“Tetapi karena ayahku tidak ingin kehilangan putri-putrinya, baginda mengadakan kompetisi untuk membunuh rajawali tersebut. Raja akan menikahkan pria yang berhasil membunuh rajawali itu denganku,” jelas sang Putri.
“Maafkan saya, Tuan Putri. Tetapi apa boleh saya menemani Yang Mulia di sini,” kata pemuda itu.
“Jangan! Kamu mungkin juga akan menjadi santapan rajawali itu,” jawab sang Putri.
“Sang Putri jangan khawatir, saya akan melindungi Yang Mulia dari segala serangan rajawali tersebut,” kata pemuda itu.
Pemuda tersebut akhirnya memutuskan untuk menemani sang Putri di ‘pendhapa’ sambil menunggu kedatangan rajawali. Selagi menunggu kedatangan rajawali, tiba-tiba pemuda tersebut merasa mengantuk dan tertidur di samping Tuan Putri. Sang Putri sadar bahwa pemuda tersebut sedang tertidur dan ia terus memperhatikannya, dengan pikiran, “Pria ini sangat baik. Aku harap ia dapat menaklukkan rajawali tersebut dan menjadi suamiku.”
Tidak lama kemudian, ketika hari mulai siang, terdengar suara angin topan yang sangat berisik dan kencang. Dari jarak yang jauh, terlihat seekor rajawali raksasa mengepakkan sayapnya dan terbang menuju ‘pendhapa’ dimana tempat sang Putri berada. Rajawali itu mengepakkan sayapnya dengan kecepatan penuh, sehingga membuat sang Putri kaget dan cemas. Alhasil, sang Putri pun langsung membangunkan pemuda yang berada di sampingnya.
“Bangun! Rajawali itu disini!” seru sang Putri.
Pemuda itu terbangun, dengan refleks ia mengusap matanya. Lalu, pandangannya terarah ke rajawali yang tampak makin dekat ke ‘pendhapa’. Ia pun segera mengeluarkan senjatanya yang berupa badik yang tajam dan juga tali ajaib yang dimilikinya. Sang Putri ketakutan, langsung bersembunyi di belakang lelaki muda tersebut. Saat rajawali itu mendarat di atas ‘pendhapa’, burung tersebut langsung menghabiskan kue dan cemilan-cemilan yang disediakan untuknya. Kemudian, ia kembali bersiap-siap untuk terbang menuju sang Putri.
Pemuda itu pun langsung memerintahkan tali ajaibnya untuk terbang dan pergi mengikat rajawali. Dengan cepat, tali tersebut pun meleset ke arah rajawali tersebut dan melilit tubuhnya. Rasa sakit pun mulai dirasakan rajawali saat tali tersebut terlilit di tubuhnya. Saat itu juga ia mencoba dengan sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya dari lilitan tersebut dengan mengepakkan kedua sayap yang dimilikinya.“Tolong! Saya tidak kuat menahan kepakan ini,” seru tali ajaib yang sudah tidak tahan dengan kepakkan rajawali.
Situasi sangat mengancam dan pemuda tersebut menyadari situasi itu. Ia segera menyuruh badiknya untuk menyerang rajawali itu, “Serang rajawali yang berada disitu!” serunya.
Dengan kecepatan kilat, badiknya terbang ke arah rajawali dan menikamnya sampai mati. Sang Putri yang masih memejamkan matanya dan hanya dapat mendengarkan suara memutuskan untuk membuka matanya. Ia merasa kaget dan perasaan aneh muncul. Dikarenakan, di ‘pendhapa’ hanya terdapat dirinya sendiri bersama dengan sang Pemuda.
Para rakyat yang tadinya bersiap-siap ingin menyerang rajawali baru menampakkan diri setelah mengetahui bahwa rajawali tersebut sudah dikalahkan. Mereka langsung berebutan dan menunjuk-nunjuk siapa yang akan membawa tubuh rajawali tersebut untuk dibawa ke istana dan diperlihatkan ke sang Raja. Hal tersebut dilakukan agar mereka mendapatkan pengakuan sebagai pahlawan yang menyelamatkan sang Putri. Beberapa dari mereka mengambil kepalanya, sebagian dari mereka mengambil pahanya, dan ada juga yang membawa kakinya, sedangkan pemuda yang berhasil melumpuhkan rajawali tersebut hanya mengucapkan selamat tinggal kepada sang Putri dan melanjutkan perjalanannya. Sang Putri merasa sangat amat berterima kasih kepada pemuda tersebut. Lantas, sang Putri menyuruhnya untuk menerima selendang yang diberikan oleh sang Putri kepadanya.
“Terima kasih banyak karena telah menyelamatkan hidupku. Ambillah selendang ini,” ucap sang Putri.
Setelah itu, sang Putri pun diantar oleh rakyat-rakyatnya untuk pulang ke kerajaan. Sang Raja menyambutnya dengan bahagia. Dengan rasa yang penasaran, ia menanyakan kepada sang Putri mengenai orang yang berhasil membunuh rajawali tersebut.
“Saya tidak mengenalnya, Ayah! Tetapi pemuda tersebut sepertinya tidak berasal dari wilayah ini,” balas sang Putri.
“Dengan apakah dia mengalahkan rajawali itu?” sang Raja kembali bertanya.
“Saat itu saya sangat ketakutan dan tidak berani membuka mata. Rajawali itu pun sudah tidak bernyawa saat saya membuka mata. Tetapi saya mendengar dengan jelas suara pemuda itu berseru: ‘Ikat dia! Bunuh dia!” jawab sang Putri.
“Akankah kamu mengenalnya nanti ketika melihatnya lagi?” tanya sang Raja kepada anak perempuannya.
“Iya! Saya memberikan selendang saya kepada pemuda itu,” ucap sang Putri.
Setelah sang Raja mendengarkan kisah putrinya, ia langsung sadar dan mengerti bahwa penakluk rajawali tersebut bukan berasal dari wilayah ini. Lantas, ia langsung menuju ke halaman istana untuk menemui rakyat-rakyat yang berada di sana.
“Oh, rakyatku! Setelah saya mendengarkan kisah putriku, saya sadar bahwa orang yang membunuh rajawali tersebut bukan berasal dari sini. Meskipun rajawali tersebut telah dikalahkan, tidak ada di antara kalian yang dapat menikahi putriku. Namun, saya akan menyelenggarakan pesta yang mewah dan meriah untuk merayakan hari yang indah ini,” ucap sang Raja dengan tegas.
Pesta tersebut diadakan keesokan harinya. Banyak sekali makanan dan minuman yang disajikan disana. Bahkan, sang Raja juga menyelenggarakan lomba sepak raga untuk merayakan hari bahagia itu.
Raja dan putri-putrinya sedang duduk dan bersiap untuk menonton pertandingan. Peserta yang berpartisipasi dalam lomba tersebut juga terlihat sedang memasuki arena satu per satu. Di antara kerumunan, seorang pemuda gagah dan tampan tiba-tiba berjalan dan memasuki tempat lomba. Ia mengambil bola takraw dan menunjukkan trik-triknya dengan kemampuannya yang hebat. Sang Putri sangat terkejut ketika ia melihat selendangnya terikat pada lengan pemuda tersebut.
“Ayah! Pemuda itulah yang menyelamatkan nyawaku! Ia adalah orang yang berhasil melumpuhkan rajawali yang ganas itu!” seru sang Putri sambil menunjuk ke arah pria itu.
Sang Raja tidak percaya dan sangat terkejut setelah mendengar ucapan sang Putri. Ia sangat kagum karena pemuda tersebut tidak hanya mampu membunuh rajawali raksasa, tetapi juga ahli dalam bermain sepak raga.
“Hei! Kemari ke sini sebentar!” panggil sang Raja
“Oh, Yang Mulia! Kenapa anda memanggil saya?” tanya pemuda itu dengan rasa ingin tahu.
“Apakah kamu orang yang berhasil membunuh rajawali itu?” tanya sang Raja
“Iya, Yang Mulia,” pemuda itu menjawab pertanyaan sang Raja.
“Apa yang kamu gunakan untuk membunuhnya?” tanya sang Raja
“Oh, Yang Mulia! Saya menggunakan tali ajaib dan badik yang akan menurut dan bergerak ketika di perintah,” ucap pemuda itu.
Saat mendengarkan apa yang pemuda itu katakan, seluruh rakyat merasa malu karena pernah mengaku sebagai pahlawan yang berhasil membunuh rajawali itu.
Tidak butuh waktu lama, sang Raja pun langsung menikahkan putrinya dengan pemuda tersebut. Pada akhirnya, si penakluk rajawali dan sang Putri hidup bahagia di kerajaan.[1]
Pesan Moral
- Sifat keberanian. Sifat ini terlihat di tingkah laku pemuda yang dengan berani dan sekuat tenaga berhasil mengalahkan rajawali ganas raksasa tersebut.
- Ketidakjujuran. Sifat ini harus dihindar. Hal ini dapat dilihat dalam perilaku rakyat yang berbohong dan mengaku sebagai penakluk rajawali. Alhasil, mereka merasa malu ketika sang Raja tahu bahwa yang menyelamatkan putrinya adalah pemuda pemberani tersebut.
Referensi
- ^ "Cerita Rakyat Sulawesi Selatan : Si Penakluk Rajawali". Cerita Rakyat Nusantara | Kumpulan Dongeng Anak Anak Sebelum Tidur. 2018-06-18. Diakses tanggal 2021-03-16.