ShishōsetsuShishōsetsu atau watakushi shōsetsu (私小説 ) (bahasa Inggris: I Novel) adalah genre sastra Jepang untuk salah satu jenis sastra pengakuan yang ceritanya berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan pengarangnya.[1] Genre ini tercipta berdasarkan pemahaman Jepang mengenai naturalisme semasa zaman Meiji. Sebagian besar pengarang zaman itu percaya bahwa genre ini mencerminkan individualisme yang lebih besar dan metode penulisan yang lebih bebas. Dari awalnya, shishōsetsu adalah genre yang juga dimaksudkan untuk mengungkap sisi gelap masyarakat atau sisi gelap dalam kehidupan pengarang. Di antara pengarang yang sering menulis shishōsetsu adalah Naoya Shiga, Osamu Dazai, dan Zenzō Kasai. Ada beberapa aturan umum dalam penulisan shishōsetsu. Aturan pertama dan paling penting adalah bahwa cerita sering ditulis dari sudut pandang orang pertama. Maka dari itu, genre ini disebut watakushi shōsetsu atau novel tentang pengarangnya sendiri.[2] Cerita umumnya mencoba menggambarkan dunia secara realistis (genre ini berkaitan erat dengan naturalisme). Tujuannya untuk membuktikan bahwa pengalaman sebenarnya dapat secara lengkap digambarkan dengan kata-kata. Dua konsep ini begitu penting bagi pengarang sehingga mereka menggunakan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan mereka sebagai pokok bahasan. Sebagian dari mereka juga berpendidikan dalam bidang sastra. Oleh karena itu karya-karya mereka mencerminkan pengetahuan yang luas dalam sastra. Selain itu, genre ini menggunakan bahasa yang lebih santai bila dibandingkan dengan gaya menulis formal yang terpengaruh sastra Tionghoa. Hakai (Perintah yang Dilanggar) yang ditulis pada tahun 1906 oleh Shimazaki Toson dan Futon oleh Tayama Katai (1907) sering dianggap sebagai novel genre shishōsetsu yang pertama. Dalam Hakai, Toson bercerita tentang seorang laki-laki yang lahir di tengah komunitas burakumin. Dia akhirnya mengambil keputusan untuk melanggar perintah ayahnya untuk tidak memberitahukan kepada orang lain bahwa dirinya lahir sebagai burakumin. Dalam Futon, protagonis mengaku bahwa dia jatuh cinta kepada seorang siswi. Referensi
|