Ia berimigrasi ke AS pada umur 8 tahun bersama dengan keluarganya dan tinggal dengan status residen tetap (kartu hijau).
Riwayat hidup
Cho Seung-Hui lahir di Korea Selatan. Keluarganya tinggal di Seoul, di sebuah apartemen kontrakan. Pemilik rumah Lim Bong-Ae menyatakan bahwa ia tidak tahu ayah Cho Seung-Hui dulu bekerja sebagai apa. Yang ia ketahui ialah bahwa mereka merupakan keluarga miskin. Oleh karena itu mereka merantau ke Amerika Serikat untuk mengadu nasib. Latar belakang kemiskinan ini kelak akan menjadi salah satu alasannya melakukan pembantaian di Virginia Tech tersebut.
Cho Seung-Hui berhijrah ke Amerika Serikat pada usia 8 tahun bersama kakak perempuan dan kedua orangtuanya. Ia tetap berwarga negara Korea Selatan.
Kakak perempuannya, Cho Sun-Kyung, berkuliah di Universitas Princeton dan menjadi seorang pengacara sukses.
Kemungkinan motif pembantaian di Virginia Tech
Hingga 17 April2007, motif Cho untuk melakukan pembunuhan ini tetap tidak jelas.
Ketika polisi menyelidiki kamar Cho, mereka menemukan sebuah catatan yang melukiskan betapa hidupnya sangat menderita dan rencananya untuk bunuh diri. Dalam sebuah catatan yang ditinggalkannya di pintu kamar asramanya, ia menguraikan daftar keluhannya; di situ ia mengecam "anak-anak kaya", "pembual" yang "jahat" dan "penipu" di kampus itu. Kalimat lainnya dalam catatan itu berbunyi "kalian yang membuat aku melakukan semua ini".[4] Kata-kata "Ismail Ax" ditemukan tertulis di lengannya dengan tinta merah.[5] Teman sekamarnya menceritakan kepada wartawan bahwa Cho kelihatan normal wajahnya dua jam sebelum penembakan liar itu.
Lucinda Roy, mantan dosen penulisan kreatif Cho, dan mantan ketua departemen bahasa Inggris, mengatakan bahwa ia merasa terganggu oleh kelakuan dan tulisan mahasiswa itu hingga ia memperingatkan polisi kampus dan para pejabat lainnya tentang Cho, tetapi mereka mengatakan tidak dapat berbuat banyak karena ia tidak menimbulkan ancaman langsung dan mereka tidak dapat melanggar hak kebebasan berbicaranya.[6] Roy mengatakan kepada ABC News bahwa Cho tampaknya "luar biasa kesepian - orang yang paling kesepian yang pernah saya jumpai dalam hidup saya." Ia mengatakan bahwa Cho selalu mengenakan kacamata hitam dan sebuah topi di dalam ruangan, berbicara seperti berbisik dan mengambil foto-fotonya dengan telepon genggam. Karena sangat prihatin, ia mengatur untuk membantu Cho secara pribadi, dan memintanya pergi mengikuti konseling, tetapi tampaknya Cho tidak pernah pergi.[7]
Situs The Smoking Gun telah memperoleh sebuah salinan drama karya Cho yang berjudul "Richard McBeef." Drama singkat ini menyebutkan topik-topik yang sangat grafik seperti misalnya pedofilia, kekerasan dengan gergaji listrik, dan berakhir dengan si tokoh memberikan "pukulan yang mematikan" kepada anak tirinya yang berusia 13 tahun.[8] Cho juga menulis drama kedua, yang berjudul "Mr. Brownstone"; drama ini diberinya nama sesuai dengan judul lagu karya Guns N' Roses, dan memuat kata-kata yang disalinnya langsung dari lagu itu.[9]
Seorang profesor yang tak disebutkan namanya, yang mengajar Cho mencirikan karyanya sebagai "sangat kekanak-kanakan" dan "konyol", dengan upaya melakukan "komedi kasar" dan "unsur-unsur kekerasan."[10]
Dalam sebuah paket yang dikirim Cho ke stasiun televisi swasta NBC, di New York, ia menceritakan pemikirannya dalam suatu dokumen yang berisikan 1800 kata.[11][12][13]