Sesar Naik Busur Belakang Flores (bahasa Inggris: Flores Back Arc Thrust) adalah sesar atau patahan naik aktif yang memanjang dari Laut Utara Flores sampai Laut Utara Lombok dan Bali sepanjang 800km. Patahan ini dibagi beberapa segmen di antaranya segmen Lombok-Sumbawa sepanjang 310 km, segmen Bali sepanjang 84 kilometer, segmen Nusa Tenggara Timur sepanjang 236 kilometer, segmen Wetar sepanjang 216 kilometer, segmen Nusa Tenggara Barat sepanjang 217 kilometer, dan segmen Nusa Tenggara Tengah sepanjang 173 kilometer.[1]
Setting tektonik
Berdasarkan dari Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017, Sesar Flores terdiri dari beberapa segmen. Di antaranya adalah segmen Lombok-Sumbawa sepanjang 310 km, segmen Bali sepanjang 84 kilometer, segmen Nusa Tenggara Timur sepanjang 236 kilometer, segmen Wetar sepanjang 216 kilometer, segmen Nusa Tenggara Barat sepanjang 217 kilometer, dan segmen Nusa Tenggara Tengah sepanjang 173 kilometer.
Patahan ini menyumbang sekitar 90% dari total gempa bumi yang terjadi di Kepulauan Nusa Tenggara. Beberapa peristiwa besar terjadi pada tahun 1815, 1820, 1857, 1917, 1976, 1992, dan 2018. Sesar Naik Flores menjadi salah satu patahan aktif yang paling berbahaya di Indonesia, bersamaan dengan Sesar Semangko dan Sesar Palu-Koro.[2]
Catatan gempa bumi
Patahan ini menyebabkan gempa bumi di Lombok pada bulan Juli dan Agustus 2018, dan gempa bumi di Karangasem pada Desember 2022.[3] Sesar ini juga menyebabkan Gempa bumi Flores pada tahun 1992 dengan magnitudo 7.2 yang disusul tsunami, Gempa di Bali pada 14 Juli 1976 dengan magnitudo 6.6, Gempa bumi bermagnitudo 7 yang mengguncang Bali dan Nusa Tenggara pada 18 Mei1857, Gempa merusak di Bima pada 28 November 1836 dengan magnitudo 7.5, dan Gempa tertua yang tercatat dari Sesar Naik Flores terjadi pada 22 November 1815, Gempa tersebut mengguncang Bali dan Nusa Tenggara dengan magnitudo 7 yang disusul tsunami.[4]