Sejarah umat Katolik Mangalore terdiri dari tiga masa utama. Masa yang pertama terdiri dari keturunan Arya dari leluhur mereka, yang sempat tinggal di wilayah yang sekarang berada di Sungai Saraswati, dan kemudian berpindah ke Goa yang dikarenakan sungai meluap dan/atau invasi Muslim. Masa kedua adalah warisan Lusitania, yang dikarenakan pemindahan agama leluhur Hindu mereka di Goa ke Katolik Roma oleh bangsa Portugis, dan masa yang terakhir adalah perpindahan penganut Katolik Goa ke Mangalore dan bagian Kanara Selatan lainnya antara pertengahan abad ke-16 dan pertengahan abad ke-18, membentuk identitas umat Katolik Mangalore yang baru, dan kemudian menjadi komunitas yang bertumbuh dan berkembang.[1] Selama beberapa abad tinggal di Kanara Selatan, mereka menjadikan Katolik sebagai identitas mereka sendiri.[2]
Penganut Katolik Roma dari Goa berpindah ke Mangalore dalam tiga arus utama, yang pertama setelah 1560, yang kedua setelah 1570, dan yang ketiga sekitar tahun 1683. Arus perpindahan pertama dikarenakan Inkuisisi Goa 1560. Arus kedua dan ketiga karena bencana kelaparan, epidemik, dan masalah politik seperti peperangan Portugis–Maratha.[3] Pada masa rezim Hyder Ali, komunitas tersebut berkembang. Setelah putranya Tippu Sultan mengambil alih jabatannya di Mangalore pada Januari 1784, ia mengeluarkan perintah untuk menangkapi penganut Kristen di Kanara, merampas tempat tinggal mereka, dan membuang mereka ke Seringapatam. Mereka mengalami penderitaan yang berat, penyiksaan, kematian dan penganiayaan pada masa pembuangan tersebut. Beberapa penganut Kristen dipaksa berpindah ke Islam. Dari 60,000-80,000 penganut Kristen yang dibuang, hanya 15,000-20,000 orang yang bertahan hidup sebagai penganut Kristen.[4] Pembuangan tersebut berakhir dengan kematian Tippu dalam Pertempuran Seringapatam (1799).
Referensi
^Machado 1999, hlm. xiii: "In fact the Aryan Inheritance and the Lusitanian Legacy may be regarded as the first two of the three major eras in the history of our community, the third and final era being the southward migration to Mangalore and other parts of Kanara between the mid 16th and mid 18th centuries, and the subsequent growth and development of the fledgling community."
^Farias 1999, hlm. 299: "Four centuries of living in South Kanara gave these Catholics an identity of their own. Thus they are commonly known as Mangalorean Catholics."
Ayyappapanicker, K. (1997). Medieval Indian Literature: An Anthology. Sahitya Akademi. ISBN81-260-0365-0.line feed character di |ref= pada posisi 4 (bantuan)
Baptista, Elsie Wilhelmina (1967). "The East Indians: Catholic Community of Bombay, Salsette and Bassein". Bombay East Indian Association.line feed character di |ref= pada posisi 4 (bantuan)
Forrest, George W. (1887). "Selections from the Letters, Despatches, and Other State Papers Preserved in the Bombay Secretariat". 2. Bombay: Government Central Press.line feed character di |ref= pada posisi 2 (bantuan)
Gupta, Anirudha (1991). Minorities on India's West Coast: History & Society. Kalinga Publications. ISBN81-85163-22-7.line feed character di |ref= pada posisi 4 (bantuan)
Heras Institute of Indian History and Culture (1983). "Indica". 20. St. Xavier's College (Bombay).line feed character di |ref= pada posisi 4 (bantuan)
Hunter, William Wilson; James Sutherland Cotton; Richard Burn; William Stevenson Meyer; Great Britain India Office (1909). "The Imperial Gazetteer of India". Clarendon Press. Diakses tanggal 2009-01-07.
Kelley, Gerald B.; Edward C. Dimock; Braj B. Kachru (1992). Dimensions of Sociolinguistics in South Asia: Papers in Memory of Gerald B. Kelley. Oxford & IBH Pub. Co.,. ISBN978-81-204-0573-8.line feed character di |ref= pada posisi 6 (bantuan)
Lobo, Michael (1999). Mangaloreans World-wide: An International Directory of the Mangalorean Catholic Community. Camelot Publishers. ISBN81-87609-00-1.line feed character di |ref= pada posisi 5 (bantuan)
Maffei, Angelus Francis Xavier (2003). A Konkani Grammar. Mangalore: Asian Educational Services. ISBN978-81-206-0087-4. Diakses tanggal 2009-01-22.line feed character di |ref= pada posisi 4 (bantuan)
Maffei, Angelus Francis Xavier (2001). English-konkani Dictionary. Mangalore: Asian Educational Services. ISBN81-206-0626-4. Diakses tanggal 2008-08-24.line feed character di |ref= pada posisi 3 (bantuan)
Nair, P. Thankappan (2004). South Indians in Kolkata: History of Kannadigas, Konkanis, Malayalees, Tamilians, Telugus, South Indian Dishes, and Tippoo Sultan's Heirs in Calcutta. Punthi Pustak. ISBN81-86791-50-7.line feed character di |ref= pada posisi 5 (bantuan)
Oddie, Geoffrey A. (1991). "Religion in South Asia: Religious Conversion and Revival Movements in South Asia in Medieval and Modern Times". Manohar.line feed character di |ref= pada posisi 4 (bantuan)
Pai, C. C. A.; Supriya (1981). "Konknni Huminnyom (Konkani Riddles): an Anthropological Analysis of the Konkany Riddles of Mangalore Catholics". Satabdi Prakasan.line feed character di |ref= pada posisi 4 (bantuan)
Silva, Severine (1961). "History of Christianity in Canara". I. Coompta, North Canara: Star of Kanara Press.Parameter |access-date= membutuhkan |url= (bantuan)