Sattar Khan merupakan salah satu tokoh pejuang pada masa revolusi konstitusional di Iran. Ia lahir di Tabriz, Iran Utara. Ia meninggalkan Tabriz pada masa mudanya akibat bentrokan yang terjadi antara pejuang revolusi dengan pasukan rezim Qajar. Ia kembali ke Tabriz setelah perjuangan revolusi mencapai puncaknya. Sattar Khan datang ke Teheran setelah Mohammad Ali Shah mundur dari jabatan sebagai penguasa. Ia meninggal beberapa saat setelah memasuki Teheran. Ia meninggal karena terluka akibat bentrokan dengan para pejabat rezim Qajar.[1]
Riwayat Hidup
Sattar Khan lahir pada tahun 1868. Ia lahir di desa Janali, yang terletak di provinsi Azerbaijan, Iran. Ia berasal dari keluarga pedagang.[2] Selama hidupnya, Sattar Khan menjabat sebagai jenderal besar selama berlangsungnya Revolusi Konstitusi Iran. Revolusi ini berlangsung 5 tahun, sejak tahun 1906 hingga tahun 1911.[2] Sattar Khan meninggal pada tanggal 9 November 1914.[3] Lokasi pemakaman Sattar Khan terletak di Shah Abdul Azim di Shahr-e Ray. Lokasi ini sangat dekat dengan Teheran. Kepahlwanan Sattar Khan telah diabadikan dalam bentuk puisi dan syair. Sebagian besar isinya membahas tentang pengabdiannya dalam mewujudkan Revolusi Konstitusi dan memperjuangkan hak rakyat Iran.[2]
Riwayat Perjuangan
Pada tahun 1907, Sattar Khan memimpin pemberontakan di distrik Amirkhiz di Tabriz dengan menyerang Majelis Nasional Iran. Serangan balasan dilancarkan oleh angkatan bersenjata Mohammad Ali Shah yang berjumlah 40 ribu orang. Setelah mengalami kemenangan, Sattar Khan melakukan pembentuk Dewan Militer. Pembentukan diadakan pada Juni 1908. Jabatan Panglima Dewan Militer diberikan kepada Sattar Khan, dan Bagher Khan sebagai wakilnya. Anggota dewan terdiri atas Ali Musyo, Haji Ali dan Seyed Hashem Khan. Kemenangan pasukan revolusi turut memengaruhi provinsi-provinsi lain di Iran. Kota Teheran, Rasht, Qazvin, dan Isfahan, mendirikan sebuah komite khusus yang diberi nama 'Sattar Khan'. Pada Oktober 1908 dilakukan pembebasan kota Azerbaijan dari pasukan pemerintah. Tidak lama setelah itu, Majelis Nasional diadakan kembali pada bulan Desember 1908. Para pasukan revolusi mulai berkurang sejak April 1909.[2]
Mohammad Ali Shah bersekutu dengan Rusia dan Inggris. Pemisahan Sattar Khan dan Bagher Khan dari para pengikutnya telah direncanakan. Duta Besar Inggris, George Birly, meminta pengiriman Sattar dan Bagher ke Teheran. Majelis Nasional ternyata juga meminta hal yang sama. Sattar, Bagher dan 300 pejuang lainnya berangkat ke Teeran pada bulan Maret 1910. Pada tanggal 3 April 1910, mereka tiba di Teheran. Para warga menyambut mereka dengan ramah. Ataabey Park menjadi tempat persinggahan Sattar Khan dan para pengikutnya selama di Teheran.[2]
Pada bulan Agustus 1910, pasukan polisi meminta agar Sattar Khan menyerahkan persenjataannya. Sattar menolaknya dan terjadilah pertempuran antara pasukan revolusi dan pasukan polisi. Kepala polisi bernama Yeprem Khan memimpin perlawanan melawan pasukan revolusi di malam hari. Pengepungan dan pelucutan senjata pasukan revolusi berhasil dilakukan pada tanggal 7 Agustus 1910. Kaki Sattar terluka akibat pertempuran yang berlangsung. Pada tanggal 9 November 1914, Sattar meninggal dunia akibat luka yang dideritanya.[2]
Motif Perjuangan
Sattar Khan cenderung menganut paham Shaikhi. Para ulama dan tokoh terkemuka setempat menggunakan keyakinan agama untuk mengamankan kepentingan politik dan ekonomi. Sattar Khan merupakan seorang penganut Syiah yang setia. Sebelum otonomi berlangsung, Sattar Khan telah menjadi tokoh terpandang di daerah Amirkiz. Pengaruhnya meluas setelah terjadi perang saudara pada bulan Juni 1908 hingga bulan Juli 1909. Namanya terkenal di dalam negeri dan di luar negeri.[3]
Sattar Khan tidak memahami secara utuh, fungsi dari penerapan konstitusi. Ia berjuang hanya untuk melawan tirani pemerintah dan mencari nilai keadilan. Kesempatan untuk melawan pemerintahan Qajar yang sewenang-wenang, telah lama dinantinya. Ia bergabung dalam pasukan revolusi konstitusional hanya untuk membuktikan keberanian dan keterampilan bertarungnya.[3]
Referensi
^Susilo, Taufik Adi (2010). Ensiklopedi Pengetahuan Abad 20. Yogyakarta: Javalitera. hlm. 56. ISBN978-979-25-4805-1.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)