Samuel Alexander adalah seorang filsuf pada abad 18-19 di Australia dan Inggris.[1] Karya yang paling tekenal berjudul Space, Time and Diety yang diterbitkan 1920.[1] Di sini dia berpendapat bahwa waktu dan ruang tidak dapat dipisahkan.[1] Begitu ada ruang bisa dialami, maka waktu dengan otomatis ada.[1] Inilah dasar dari perkiraan semua realitas, acuan dari terjadinya evolusi.[1] Tetapi dia menulis bahwa Aristoteles dan Henri Bergson betul dalam mempertahankan bahwa ada prasangka lain yang dibutuhkan untuk menjelaskan pergerakan evolusi.[1] Dia menyebutnya nicus, sebuah dorongan untuk menuju kepada bentuk yang semakin rumit dari realitas.[1] Inilah bentuk superior kepada bentuk sebelumnya dan dalam perbandingan dengan pembentuknya yang lebih ilahi (bersifat ilahi).,[1]
Ada tiga konsep dasar, ruang, waktu dan nicus yang adalah dasar untuk perjalanan alam melalui seluruh keabadian.[1] Waktu dan nicus sangat dekat terhubung sebagai proses yang kreatif.[1] Kualitas baru yang muncul pada setiap ketentuan menuju tahap tertentu tidak dapat ditebak pada dasar dari masa lalu. Realitas bersifat kreatif dan bentuk barunya menjadi unik.[1] Tatanan ini sangat menarik untuk dinikmati oleh Alexander, proses yang terjadi itu disebutnya emergent evolution.[1] Dari semua itu dia berpandangan bahwa Tuhan selamanya dalam pembuatan dan akan selalu lebih dari yang bisa dijelaskan atau komprehensif.[1]
Tiga hal yang selalu ada dalam setiap perbuatan adalah kebenaran kebaikan, dan keindahan.[2] Dia termasuk dalam pragmatisme karena dia mementingkan objek yang harus dicapai dalam setiap proses.[2] Setiap benda yang terbatas adalah unsur dalam proses dan akan memiliki arti dalam perannya ketika dimainkan dalam sejarah alam universal.[2]
Alexander dilahirkan pada tahun 1859 dan meninggal pada 1938.[1]
referensi
^ abcdefghijklmn(Inggris)Albert E. Avey., Handbook in The History of Philosophy, New York: Barnes & Noble, Inc, 1954
^ abc(Inggris)Samuel Alexander., Collected works of Samuel Alexander, Volume 4, USA: Thoemmes Press, 2000