Perhatian: untuk penilai, halaman pembicaraan artikel ini telah diisi sehingga penilaian akan berkonflik dengan isi sebelumnya. Harap salin kode dibawah ini sebelum menilai.
Terdapat rumpun bahasa pendahulu dari rumpun bahasa Nostratik yang disebut dengan rumpun bahasa Proto-Nostratik.[1] Proto-Nostratik mungkin telah diucapkan antara tahun 15.000 dan 12.000 sebelum masehi, di periode Epipaleolitik, yang sangat dekat dengan periode glasial terakhir.[2]
Hipotesis Nostratik berasal dari
Holger Pedersen pada awal abad ke-20. Nama "Nostratik" diambil dari kata dalam bahasa Latin, yakni nostrates "orang-orang negaraku/tanah airku". Hipotesis ini kemudian diperluas pada tahun 1960-an oleh ahli bahasa Soviet, Vladislav Illich-Svitych fan Aharon Dolgopolsky, yang diberi julukan "Sekolah Moscovite" oleh Allan Bomhard (2008, 2011, dan 2014), dan telah menerima sorotan di akademi berbahasa Inggris sejak tahun 1990-an.
Hipotesis ini merupakan hipotesis yang diperdebatkan dan menerima beberapa tingkat persetujuan diantara ahli linguistik secara global yang banyak diantaranya menolak adanya Nostratik dan bayak hipotesis rumpun bahasa makro lainnya.
Di Rusia, hipotesis ini diterima boleh sedikit dari ahli bajasa, seperti Vladimir Dybo. Dan eberapa ahli bahasa mengambil pandangan agnostik.[3][4][5][6]
^seperti Philip Baldi: "Tidak ada sisi khusus dari masalah ini yang diambil dalam buku ini" (Baldi 2002:18).
^Salmons, Joseph C.; Joseph, Brian D. (1998). Nostratic: Sifting the Evidence (dalam bahasa Inggris). John Benjamins Publishing. ISBN978-90-272-3646-3. On the other hand, Comrie baldly states, in answer to his own question of the relatedness of Altaic, Uralic and Indo-European pronominal systems, "I do not know". Other agnostics represented in this volume, such as Ringe, Vine, Campbell, and even Hamp, demonstrate that the hypothesis is being taken seriously indeed by skeptics specializing in Indo-European and Uralic, at least. While these scholars seek to test the hypothesis, Nostratic has been around long enough and has been discussed widely enough that some regard the genetic affiliations as established. bahasa Indonesia: Di sisi lain, Comrie dengan terang-terangan menyatakan, sebagai jawaban atas pertanyaannya sendiri tentang keterkaitan sistem pronominal Altai, Ural, dan Indo-Eropa, "Saya tidak tahu". Agnostik lain yang diwakili dalam volume ini, seperti Ringe, Vine, Campbell, dan bahkan Hamp, menunjukkan bahwa hipotesis tersebut memang dianggap serius oleh para skeptis yang berspesialisasi dalam Indo-Eropa dan Ural, setidaknya. Sementara beberapa sarjana ini berusaha untuk menguji hipotesis ini, hipotesis Nostratik telah ada cukup lama dan telah dibahas cukup luas sehingga beberapa orang menganggapnya sebagai afiliasi genetik yang sudah baik.
^Manaster Ramer, Alexis; Michalove, Peter A. "Nostratic hypothesis | proposed language family". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). The Nostratic theory is among the most promising of the many currently controversial theories of linguistic classification. It remains the best-argued of all the solutions hitherto presented for the affiliations of the languages of northern Eurasia, a problem that goes back to the German Franz Bopp and the Dane Rasmus Rask, two of the founders of Indo-European studies. bahasa Indonesia: Teori Nostratik adalah salah satu yang paling menjanjikan dari banyak teori klasifikasi linguistik yang sedang diperdebatkan saat ini. Namun, hipotesis ini tetap menjadi yang terbaik dari semua solusi yang sampai sekarang disajikan untuk afiliasi bahasa Eurasia utara, masalah yang dipikirkan oleh Franz Bopp dari Jerman dan Dane Rasmus Rask, dua pendiri dari studi rumpun bahasa Indo-Eropa.
^Kallio, Petri; Koivulehto, Jorma (2017). "Beyond Proto-Indo-European". Dalam Klein, Jared; Joseph, Brian; Fritz, Matthias. Handbook of Comparative and Historical Indo-European Linguistics (dalam bahasa Inggris). 3. Walter de Gruyter. hlm. 2280–2291. ISBN978-3-11-054243-1. In general, Nostratic studies have failed to meet the same methodological standards as Indo-European studies, but then again so have most non-Indo-European studies. bahasa Indonesia: Secara umum, studi Nostratik telah gagal memenuhi standar metodologis yang sama dengan studi rumpun bahasa Indo-Eropa, dan demikian juga sebagian besar dari studi non-Indo-Eropa.