Rosalía Arteaga (nama lahir Rosalía Arteaga Serrano de Córdova) merupakan politikus asal Ekuador yang menjabat sebagai presiden Ekuador pada tahun 1997, lahir pada 5 Desember 1956 di Cuenca, Ekuador.[1] Ia menjadi presiden wanita pertama di Ekuador. Sebelum menjabat sebagai presiden, Rosalía mengawali kariernya menjadi wakil presiden dari Presiden Abdala Bucaram pada tahun 1996 hingga 1997.[1]
Pendidikan dan karier
Rosalía Arteaga menempuh pendidikan di University of Cuenca dengan mengambil jurusan jurnalisme. Setelah lulus, beliau kemudian menjadi seorang pengacara dan pendidik sebelum memasuki dunia politik di tahun 1986 sebagai anggota parlemen di Cuenca sampai tahun 1987. Pada tahun 1996, Arteaga menjadi wakil presiden dibawah pemerintahan Presiden Abdala Bucaram. Namun, pada tahun 1997, Kongres Nasional Ekuador menuduh bahwa Bucaram melakukan tindakan korupsi dan nepotisme. Akibat tuduhan tersebut, Presiden Bucaram dinyatakan tidak layak secara mental untuk memerintah.[1] Akan tetapi, Arteaga tidak langsung diangkat menjadi presiden pengganti atas Bucaram, melainkan Kongres Nasional pada waktu itu mengangkat Fabián Alarcón selaku Presiden Kongres untuk menjabat sebagai presiden sementara. Keputusan tersebut, bagaimanapun juga ditentang oleh Arteaga yang mengklaim bahwa konstitusi Ekuador memberinya hak untuk menjadi presiden. Kejadian ini menimbulkan berbagai protes jalanan, dan pada akhirnya Arteaga berhasil dinobatkan sebagai presiden wanita pertama di Ekuador.[1]
Rosalía Arteaga hanya menjabat sebagai presiden selama 2 hari. Hal ini dikarenakan Kongres Nasional menulis ulang konstitusi dan mengizinkan pelantikan Fabián Alarcón sebagai presiden. Kondisi ini dapat terjadi karena ada dukungan dari kongres dan militer untuk Fabián Alarcón, sehingga memaksa Arteaga menyerahkan jabatannya dan kembali menjadi wakil presiden Ekuador. Dengan demikian, Rosalía Arteaga dikenal sebagai salah satu presiden yang memiliki masa jabatan tersingkat.[1]
Sepak terjang kariernya yang terbaru pada tahun 2021 yakni pada saat pemilihan sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam pemilihan tersebut, tercatat tujuh orang mengajukan aplikasi tanpa dukungan pemerintah manapun, termasuk Rosalía Arteaga.[2] Meskipun Antonio Guterres terpilih kembali menjadi sekretaris jenderal PBB, langkah dan keberanian dari Arteaga perlu diapresiasi. Selama konferensi pers, Arteaga menyatakan kebahagiaan atas semua dukungan yang telah ia terima dari pemerintah di negara asalnya.[3]