Flavius Ricimer[1] (lahir sek. tahun 405 – meninggal 18 Agustus 472) pengucapan Latin: [ˈrɪkɪmɛr]) merupakan seorang Jenderal Romanisasi Jermanik yang berkuasa disisa wilayah Kekaisaran Romawi Barat dari tahun 456 sampai kematiannya pada tahun 472. Mendapatkan kekuasaannya dari jabatannya sebagai magister militum Kekaisaran Barat, Ricimer mengendalikan politik melalui serial kaisar boneka.
Kantor militer Ricimer dan wilayahnya di Kekaisaran membuat para sejarawan seperti J.B. Bury menyimpulkan bahwa ia ada hubungannya dengan magistri militum sebelumnya, seperti Vandal Stilicho, dan Raja Jermanik Italia, Odoacer.[2] Odoacer menggulingkan Kaisar Barat Romulus Augustulus pada tahun 476, di dalam aksinya kerap dianggap menandai jatuhnya Kekaisaran Romawi.
Garis Keturunan
Ricimer memiliki seorang putra yang bernama Rechila, Raja Galicia Suevi. Ibundanya adalah putri Wallia, Raja Visigoth. Diduga bahwa aliansi di antara Suevi dan Visigoth telah dibuat sebelum kematian Wallia pada tahun 418, setelah penerus Wallia bermusuhan dengan anggota keluarga almarhum raja. Seperti masuk kemiliter Kekaisaran Barat adalah pilihan yang sering digunakan untuk "pecundang perjuangan untuk kepemimpinan kaum barbar",[3] Ricimer's family would have thus entered the service of Rome.[4]
Ricimer sendiri kemudian menikahi saudari Gondioc, Raja Burgundian.
Berkuasa
Menurut Sidonius Apollinaris, Ricimer bekerja sebagai magister militum Flavius Aetius bersama dengan comes domesticorum Majorianus, yang menjadi sahabatnya.[5]
Sebuah kekosongan kekuasaan dialami Kekaisaran Barat setelah kejadian-kejadian pada tahun 454 dan 455 dengan terjadinya serangkaian pembunuhan Aetius dan Kaisar Barat Valentinianus III yang bertanggung jawab atas pembunuhan magister militum. Setelah peristiwa tersebut, Senator Romawi Petronius Maximus mengumumkan dirinya sendiri sebagai kaisar. Namun Petronius tewas terbunuh oleh massa Romawi segera sebelum Vandal menjarah kota tersebut pada tahun 455. Setelah penjarahan tersebut, Raja Visigoth Theodoric II mengumumkan sebagai Kaisar Avitus, komandan militer Romawi di Gaul. Sebagai balasan dari dukungan Theodoric, Avitus setuju untuk mengizinkan Visigoth untuk memasuki Suevi Hispania yang dikendalikan. Theodoric menyetujui tawaran Avitus dan kaisar yang baru, dengan Visigoth dibawah kendalinya, berarak-arakan ke Romawi untuk mengamankan tahta. Avitus menamakan Visigoth Remistus sebagai magister militum, sebuah lowongan yang kosong setelah kematian Aetius.
Setelah Avitus tiba di Roma, Majorianus mendukungnya, meskipun enggan kepada kaisar yang baru. Avitus menunjuk Ricimer sebagai comes, atau bangsawan, sebuah posisi militer yang penting. Pada titik ini Kekaisaran Barat telah mencakup Semenanjung Italia dan bagian selatan Gaul, yang fraksinya hanya dari wilayah yang dipegang oleh Roma pada abad sebelumnya.
Ricimer menambah tentara bayaran dan angkatan laut dari Jermanik yang tersedia baginya, dan memulai kampanye yang ditujukan melawan suku bangsa "barbar" yang bertentangan dengan kekaisaran. Ricimer mencapai kemenangan pertamanya pada tahun 456, ketika ia mengalahkan Vandal di dalam pertempuran laut. Meskipun Priscus menulis bahwa Avitus mengirimnya ke Sisilia untuk berhadapan dengan suku Vandal, Hydatius menyatakan ia mengalahkan suku Vandal didekat Korsika.[6] Setelah kemenangannya di Mediterania, Ricimer diangkat oleh Avitus sebagai magister militum praesentalis, komandan pasukan Kekaisaran Barat di Italia dan merupakan jabatan tertinggi kedua yang ada.
Ricimer menggunakan jabatan barunya untuk membantu rekannya Majorianus melawan Avitus, yang belum diakui sebagai Kaisar Barat oleh Marcianus, Kaisar Timur. Ricimer dan Majorianus meyakinkan Senat Romawi untuk mengizinkan ekspedisi militer melawan Avitus, yang telah menguasai ibu kota kekaisaran di Ravenna. Keduanya memimpin pasukan melawan pasukan kekaisaran yang dipimpin oleh magister militum Remistus dan mengalahkannya di Piacenza pada tanggal 16 Oktober 456. Mereka kemudian mengepung Avitus di Ravenna. Avitus tertangkap dan dipaksa untuk menjadi keuskupan Piacenza, dan akhirnya dieksekusi.[7] Dengan tahta Barat yang lowong, Kaisar Barat yang baru, Leo I, memberikan Ricimer gelar patrician dan gelar magister militum pada 28 Februari 457. Leo menunjuk Majorianus menggantikan Ricimer di dalam komando Italianya. Tanpa Kaisar Barat, Leo berharap dapat menggunakan Ricimer sebagai khalifah yang efektif di Barat.
Magister militum
Majorian (457-461)
Sebagai orang Jermanik, Ricimer sendiri tidak dapat naik tahta, tetapi sebagai magister militum ia berkuasa atas bangsa Jermanik yang menjajah Gaul, Hispania, dan Afrika Utara. Ia ditinggalkan dengan pilihan larut dengan Kekaisaran Barat dan memimpin sebagai wakil Kaisar Leo yang resmi di Konstantinopel atau mengerahkan kekuasaannya atas Barat melalui kaisar boneka. Meskipun ia berharap dengan pilihan yang pertama, para bangsawan Romawi menolak untuk menyetujui hal tersebut dan Ricimer terpaksa mengambil pilihan yang kedua.
Dengan kekosongan tahta Barat, Suku Alemanni menyerang Italia. Mereka pindah dari Raetia dan berhasil menyusup ke Italia, mencapai Danau Maggiore. Majorianus memimpin pasukan utaranya untuk memerangi Alamanni dan mengalahkan mereka. Majorianus diumumkan sebagai kaisar oleh pasukannya dilokasi yang disebut ad Columellas pada tanggal 1 April 457.[8] Menyadari potensi Majorianus sebagai boneka, Ricimer membujuk Leo untuk menyetujui pengaturan ini.
Meskipun Ricimer berharap untuk dapat mengendalikan sahabatnya, Majorianus terbukti sebagai pemimpin yang cakap dan segera menjauhkan dirinya dari sahabatnya magister militum itu. Majorianus menunjukkan keterampilan militernya melalui penaklukkan kembali Gaul dan kampanye-kampanyenya di Hispania. Kampanye Majorianus dengan efektif menundukkan Visigoth dan mengembalikan mereka ke status pra-Avitus foederati, sangat meningkatkan dirinya di antara senat dan tentara. Majorianus kemudian mempersiapkan kampanyenya melawan Vandal di Geiseric.
Majorianus dikalahkan oleh Geiseric, kemungkinan melalui pengkhianatan, didekat yang skearang Valencia, ketika mengorganisir tentara bayarannya. Selama kepergiannya, Ricimer meyakinkan senat untuk berbalik melawan kaisar, yang segera membubarkan pasukannya dan kembali ke Italia. Mengetahui bahwa kaisar berada di Tortona, Ricimer memimpin pasukannya dan menangkapnya. Majorianus digulingkan pada tanggal 3 Agustus 461, Ricimer membuat kaisar disiksa dan akhirnya dihukum penggal pada tanggal 7 Agustus.[9]
Libius Severus (461-465)
Pembunuhan Ricimer terhadap Majorianus tidak berjalas mulus dengan beberapa porsi pendirian militer, terutama jenderal yang memimpin di Gaul, Aegidius, dan jenderal yang memimpin di Dalmatia, Marcellinus, yang mengendalikan wilayah mereka secara terpisah dari otoritas kekaisaran. Kedua jenderal tersebut membenci Ricimer dan tidak ingin mengakui kekuasaan Ricimer. Ricimer menguasai Barat tanpa kaisar selama tiga bulan. Mendapat tekanan dari senat dan bangsawan Italia, Ricimer menunjuk Senator istimewa Libius Severus sebagai kaisar bonekanya. Meskipun Severus diakui oleh senat, Kaisar Timur Leo I menolak untuk mengakuinya sebagai rekannya di Barat. Meskipun ia menghadapi oposisi militer terbuka dari para jenderal Barat, dengan Severus yang jinak sebagai kaisar, Ricimer menjadi tuan di Roma.
Masalah utama yang dihadapi Ricimer selama pemerintahan Severus adalah oposisi militer dari Vandal dan oposisi politik dari Kekaisaran Romawi Timur. Suku Vandal terus-menerus menyerbu pantai Italia sejak pembunuhan Valentinianus III pada tahun 455 yang mengakibatkan malapetaka perekonomian di Italia. Disaat yang sama, Kaisar Leo di Timur mengakui Severus sebagai Kaisar Barat yang sah dan sebagai akibatnya menolak untuk memberikan bantuan kepada pemerintahan Barat. Konstantinopel berdamai dengan Geiseric pada tahun 462, tetapi menolak untuk campur tangan di dalam penggerebekan Vandal. Karena pendapatan pajak berkurang dan dengan tentara kunci dari Barat dibawah kendali oposisi, Ricimer membutuhkan bantuan dari Timur dalam rangka untuk menjaga ketertiban di Barat. Dengan demikian, Severus meskipun sifatnya jinak juga menjadi hambatan bagi daya Ricimer. Dikabarkan setelah kematian Severus pada tahun 465, yang menurut Cassiodorus telah diracuni oleh Ricimer. Ricimer melanjutkan memerintah Barat selama delapan belas bulan tanpa seorang kaisar sambil menunggu Leo mencari pengganti Severus.
Anthemius (467-472)
Suku Vandal yang melihat tahta Barat kosong menggunakan kesempatan itu untuk meningkatkan peran mereka di dalam politik kekaisaran. Geiseric mendukung pencalonan Olybrius sebagai kaisar. Geiseric memiliki hubungan keluarga dengan Olybrius karena baik putra Olybrius dan putra Geiseric, Huneric menikah dengan kedua putri Valentinianus III. Dengan Olybrius diatas tahta, Geiseric akan memiliki kekuasaan di belakang tahta di Barat menggantikan Ricimer. Untuk mengekang Leo, Vandal memperluas serangan mereka atas Sisilia dan Italia ke wilayah-wilayah Kekaisaran bagian Timur, menjarah dan memperbudak rakyat yang tinggal di Illyricum dan bagian lain Yunani.
Menghadapi penjarahan Vandal yang meningkat, pada tahun 467 Leo menunjuk seorang jenderal komandan di pasukan Illyrian yang bernama Anthemius sebagai Kaisar Barat. Leo mengirim Anthemius ke Italia dengan pasukan Dalmatian yang dipimpin oleh Marcellinus yang sebelumnya memberontak melawan Ricimer, untuk mengamankan tahta Barat dan memenangkan kembali Afrika Utara dari Vandal. Ricimer pada awalnya menganggap penunjukan Anthemius sebagai ancaman atas posisinya. Tidak seperti Libius Severus, Anthemius memiliki prestasi militer dan memiliki hubungan kekeluargaan dengan Wangsa Theodosia. Namun karena memerlukan dukungan dari Kekaisaran Timur, Ricimer terpaksa menerimanya. Untuk memperkuat koneksinya dengan kaisar yang baru, Ricimer secara diplomasi menikahi putri Anthemius Alypia (putri Anthemius), dan untuk sementara hidup di dalam perdamaian dengan Anthemius.
Segera setelah naik tahta Barat, Anthemius memberikan Marcellinus ranking Patrician dalam upayanya untuk mengimbangi otoritas Ricimer. Di Timur, terdapat dua komandan tinggi di mana di Barat umumnya hanya memiliki satu. Dengan pengalaman struktur militer Timur, kemungkinan ini merupakan upaya Anthemius untuk memperkenalkan struktur Timur dan memerintah seperti Kaisar Timur dengan menggunakan Marcellinus yang sukses dan dapat dipercaya sebagai wakil komandan tinggi dengan Ricimer. Baik Kaisar Timur Leo dan Anthemius telah menyaksikan kesulitan yang dimiliki Kaisar Barat di dalam mengendalikan militer dengan adanya seorang panglima tertinggi.
Pada tahun 468, Kaisar Timur Leo mengadakan sebuah kampanye besar-besaran melawan Vandal di Afrika Utara, di mana Timur dan Barat membuat komitmen pasukan besar. Jenderal yang memimpin pasukan Trakia Basiliscus, saudara ipar Leo memegang komando tertinggi atas sendi serangan Barat-Timur, dengan Marcellinus yang memerintah langsung pasukan dari Barat. Keseluruhan rencana yang disebut serangan tiga cabang di antara Basiliscus, Marcellinus dan Adipati militer Mesir Heraclius dari Edessa. Basiliscus mendarat jauh dari Carthage dengan pasukan utama (diangkut oleh armada lebih dari 1000 kapal) dan kemudian bergabung dengan Heraclius menuju Tripolitania. Marcellinus mengamankan Sisilia dan Sardinia dan kemudian maju ke Carthage.
Ricimer dibawah komando Marcellinus yang memerintah sebagian besar pasukan Barat di dalam ekspedisi tersebut. Perilaku Ricimer ini menimbulkan kecurigaan bahwa ia diam-diam ingin agar ekspedisi tersebut gagal, yang akhirnya tidak mengikuti tragedi di dalam pertempuran Cape Bon. Sebagian besar armada gabungan dihancurkan, dengan Marcellinus mati terbunuh oleh tentaranya sendiri ketika berada di Sisilia, yang kemungkinan terjadi atas dorongan Ricimer.
Ekspedisi gabungan yang gagal melawan Vandal merugikan Kekaisaran Barat dan Timur dan sangat mengurangi kekuatan militer mereka. Setelah mendengar bencana kekalahan itu, Visigoth melanjutkan perang mereka melawan Barat dan Vandal juga melanjutkan serangan mereka di Italia. Selain itu dengan kematian Marcellinus, hanya tersisa Ricimer sebagai panglima tinggi satu-satunya di Barat. Marcellinus adalah jenderal kesayangan Anthemius di antara kedua jenderalnya, dan kematiannya berfungsi untuk memperluas kesenjangan di antara kaisar dan Ricimer. Titik kritis dari hubungan mereka adalah lewat pengadilan Romanus, kanselir kekaisaran (magister officiorum) dan pendukung Ricimer, yang dituduh Anthemius sebagai penghianat dan dieksekusi mati pada tahun 470. Setelah eksekusi Romanus oleh Anthemius, Ricimer pindah keutara ke Mediolanum dengan beberapa ribu pasukan. Hubungan antara keduanya jadi memburuk ketitik bahwa Epiphanius dari Pavia, uskup Milan diminta untuk mendamaikan keduanya.
Meskipun uskup berupaya keras perang terbuka tetap terjadi di antara Ricimer dan Anthemius pada tahun 472. Ricimer bersama dengan unit tentara barbarnya (termasuk tentara Odoacer) menuju ke Roma. Karena terkepung, Anthemius mengungsi ke Basilika Santo Petrus. Kaisar Timur Leo mengirim Olybrius untuk menegahi gencatan senjata di antara Ricimer dan Anthemius, tetapi menurut John Malalas mengirim surat rahasia kepada Anthemius, mendesaknya untuk membunuh Olybrius. Ricimer mencegat surat itu dan menunjukkannya kepada Olybrius dan menunjuknya sebagai kaisar. Pengepungan berlangsung selama lima bulan. Ricimer akhirnya memasuki kota dan berhasil memisahkan pelabuhan Tiber dari Palatine, dan membuat kelaparan para pendukung kaisar. Kedua belah pihak mengajukan banding kepasukan lapangan di Gaul, tetapi Jenderal Komandan Burgundia dari Gaul Gundobad mendukung pamandanya Ricimer.
Anthemius bertahan sampai pendukungnya meninggalkannya. Ia menyamar sebagai pengemis dan kaisar tersebut tertangkap ketika berusaha untuk melarikan diri keluar kota di Gereja Santa Maria di Trastevere, di mana ia dihukum penggal pada tanggal 11 Juli 472. Ricimer kemudian mengumumkan Olybrius sebagai kaisar, yang merupakan calon kaisar yang disukai olehnya dan Geiseric.
Kematian
"Pemerintahan" Ricimer berlangsung sampai kematiannya dari suatu pendarahan pada tanggal 18 Agustus 472, enam bulan setelah menggulingkan Anthemius. Gelarnya sebagai patrician dan posisinya sebagai panglima tinggi diberikan kepada keponakannya Gundobad.
Tanpa adanya tokoh kuat yang memandu, Kekaisaran Romawi Barat mengalami suksesi kaisar-kaisar yang lebih cepat, tidak ada yang mampu secara efektif mengkonsolidasikan kekuasaan. Garis kekaisaran Romawi Barat berakhir dengan penggulingan Odoacer terhadap Romulus Augustulus (diragukan baik tahun 476 atau 480), yang menggabungkan kekuatan kekaisaran di Konstantinopel yang jauh.
Kemunculan di dalam Opera
Kehidupan Ricimer digunakan sebagai sebuah peran di dalam opera libretti pada abad ke-17 dan 18, yang menghias biografinya dengan intrik romantis dan politik. Permainan terawal adalah Matteo Noris dalam Ricimero re de' Vandali (dimainkan oleh Carlo Pallavicino, 1684), yang berfokus pada instalasi Arthemius di Roma dan perjanjian pernikahan putrinya Domizia. Yang lebih terkenal adalah Apostolo Zeno dan Pietro Pariati libretto Flavio Anicio Olibrio, yang diatur oleh Francesco Gasparini (1708), Nicola Porpora (1711), Leonardo Vinci (1728), dan Niccolò Jommelli (1740). Libretto didasarkan oleh penepungan Ricimer di Roma dan hubungannya dengan Olybrius dan kekasih-kekasihnya.[10]
Literatur Kedua
- Friedrich Anders: Flavius Ricimer: Macht und Ohnmacht des weströmischen Heermeisters in der zweiten Hälfte des 5. Jahrhunderts. Frankfurt a. M. 2010.
- John B. Bury: History of the Later Roman Empire. From the death of Theodosius I. to the death of Justinian. Vol. 1, New York 1923).
- Max Flomen: The Original Godfather. Ricimer and the Fall of Rome. In: Hirundo 8, 2009, pp. 9ff.
- Andrew Gillett, "The Birth of Ricimer," Historia 44, 1995, pp. 380ff.
- Penny MacGeorge: Late Roman Warlords. Oxford 2002, pp. 167ff.
- John M. O'Flynn: Generalissimos of the Western Roman Empire. Edmonton 1983.
- Guy Lacam: Ricimer. Un Barbare au service de Rome. Paris 1986.
- Julian Reynolds. "Defending Rome: The Masters of the Soldiers" Xlibris 2012.
- L. Robert Scott: Antibarbarian Sentiment and the "Barbarian" General in Roman Imperial Service: The Case of Ricimer. In: J. Harmatta (ed.): Proceedings of the 7th Congress of the International Federation of the Societies of Classical Studies Bd. 2, Budapest 1984, pp. 23ff.
Catatan
- ^ Michael Frassetto, "Encyclopedia of Barbarian Europe, Society in Transformation", p. 305; Cambridge Medieval History, vol. 1 (1967:420ff.
- ^ J. B. Bury, History of the Later Roman Empire (London: Macmillan, 1889), vol. 1 p. 241
- ^ Gillett, "The Birth of Ricimer", Historia: Zeitschrift für Alte Geschichte, 44 (1995), p. 382
- ^ Sister: Herwig Wolfram, History of the Goths, (1979) 1988:33, following Martindale, Prosopography, 2:524f; daughter: Wolfram 1988:202.
- ^ Sidonius, Carmen V, 266-268; translated by W.B. Anderson, Sidonius: Poems and Letters (Harvard: Loeb Classical Library), 1980), vol. 1 p. 83
- ^ Priscus, fragment 24; translated by C.D. Gordon, The Age of Attila: Fifth Century Byzantium and the Barbarians (Ann Arbor: University of Michigan, 1966), p. 115. Bury, History of the Later Roman Empire, vol. 1 p. 236
- ^ John of Antioch, fragment 202; translated by C.D. Gordon, Age of Attila, p. 116
- ^ Sidonius Apollinaris, Carmina; Letters. Translation: Anderson, W.B., Sidonius. Poems and Letters, 2 vols. (Loeb, 1936–1965)
- ^ Priscus, fragment 27, John of Antioch, fragment 203; both translated by C.D. Gordon, Age of Attila, pp. 116f
- ^ In L. Root, Deane. Grove Music Online. Oxford Music Online. Oxford University Press. (perlu berlangganan)
Referensi