Revolusi Aster
Revolusi Aster atau Revolusi Chrysanthemum (bahasa Hungaria: Őszirózsás forradalom) adalah sebuah revolusi yang terjadi di Hungaria, dipimpin oleh Count Mihály Karolyi setelah Perang Dunia I yang menyebabkan berdirinya Republik Demokratik Hungaria.[1][2] Dinamakan Revolusi Aster dikarenakan warga dan tentara yang mulai didemobilisasi di Budapest menempatkan bunga aster ( őszirózsa : secara harfiah berari mawar musim gugur, musim gugur = ősz dan mawar = rózsa ) di topi dan penutup kepala mereka untuk melambangkan dukungan untuk Demokrasi sosial Dewan Nasional Hungaria (HNC) dan Count Karolyi. Károlyi telah membantu mendirikan Dewan Nasional Hungaria yang menuntut pemisahan Hungaria dari Kekaisaran Austria-Hungaria. Pada dini hari tanggal 31 Oktober 1918, dengan dukungan tentara dari Angkatan Darat Kerajaan Hungaria, pengunjuk rasa HNC yang mengenakan aster membantu merebut gedung-gedung umum di seluruh Budapest. Perdana Menteri Sándor Wekerle mengundurkan diri dan mantan Perdana Menteri István Tisza dibunuh. Pada penghujung hari, Raja Karl IV dipaksa untuk menerima kudeta dan Károlyi menjadi Perdana Menteri baru Hungaria. Károlyi kemudian menghentikan Kompromi tahun 1867, sehingga secara resmi membubarkan Dwimonarki Austria-Hungaria. Pada 13 November, Karl mengeluarkan proklamasi yang mengakui hak Hungaria untuk menentukan bentuk negara dan menarik diri dari urusan negara Hungaria. Pemerintahan sementara Károlyi memproklamasikan Republik Demokratik Hungaria (Republik Rakyat Hungaria) pada 16 November 1918, dengan Károlyi ditunjuk sebagai presiden sementara. TimelineLihat pula
|