Raden Adipati TirtokoesoemoRaden Adipati Ario Tirtokoesoemo adalah salah satu tokoh nasional yang berasal dari kaum santri. Leluhurnya berasal dari dinasti Mataram Islam kuno, yang keturunannya telah memegang beberapa posisi penting di pemerintahan Hindia-Belanda. Kaum santri tersebut disebut sebagai keturunan dari Kiai Sewulan,[1] yang merupakan ayah (leluhur) dari Raden Adipati Ario Tirtokoesoemo. Raden Adipati Ario Tirtokoesoemo lahir pada tahun 1851 di Madiun, ia merupakan putra Bupati Madiun saat itu. Sebagai putra Bupati, ia mendapatkan pendidikan yang layak pada masanya. Kesenangannya dibidang pertanian dan peternakan mengantarkannya sebagai siswa sekolah pertanian di Bogor. Setelah lulus kemudian ia pernah menjabat sebagai Pegawai Birokrasi pelaksana, naik menjadi Asisten Wedana Borobudur di Magelang. Ia pernah pula sebagai Wakil Kepala Jaksa di Magelang, kemudian naik sebagai Kepala Jaksa di Magelang, dan Patih Magelang. Pada 19 Oktober 1902, pemerintah Hindia Belanda menunjuk RAA Tirtokoesoemo sebagai Bupati Karanganyar ke-3. Dedikasinya sebagai bupati yang menonjol dalam bidang pertanian dan peternakan, membuahkan hasil. Ia mendapatkan penghargaan sebagai Officer in de Oranje Nassau-Orde. Pada tahun 1908 ia bergabung dalam Organisasi Boedi Oetomo. Pemilihan ketua organisasi Boedi Oetomo diselenggarakan saat kongres pertama Boedi Oetomo di Yogyakarta pada 03-05 Oktober 1908. Salah satu keputusan kongres adalah terpilihnya Bupati Karanganyar sebagai ketua pertamanya, yaitu Raden Adipati Ario Tirtokoesoemo. Tanggal 20 Mei secara resmi dijadikan sebagai hari besar nasional Indonesia, yaitu Hari Kebangkitan Nasional, berawal dari lahirnya organisasi Boedi Oetomo yang kemudian menginspirasi lahirnya organisasi-organisasi pergerakan Nasional di Indonesia. Raden Adipati Ario Tirtokoesoemo pernah mendirikan Javaansche Meisjesschool (sekolah perempuan jawa) di Karanganyar. Adapun yang menjadi kepala sekolah adalah anak perempuannya, Raden Ajeng Suhita. Pada April tahun 1912 Raden Adipati Ario Tirtokoesoemo mengundurkan diri sebagai Bupati Karanganyar, adapun pengganti yang ditunjuk Pemerintah Hindia-Belanda adalah putra sulungnya, Raden Adipati Ario Iskandar Tirtokoesoemo. Kegiatan Ario Tirtokoesoemo setelah pensiun adalah mendedikasikan dirinya dalam bidang pertanian dan peternakan di lahannya yang berada di Kabupaten Cilacap. Hingga akhirnya ia wafat di usia 73 tahun, pada Kamis Pahing, 01 Maulud 1855 tahun Jawa, atau pada 02 Oktober 1924.
|