Terkenal karena tambang tembaganya, kota ini menjadi salah satu 2 kota pertambangan paling penting dengan aktivitas yang bermula pada abad ke-17 (lainnya ialah Kongsberg "kota perak".
Røros dan penduduknya menjadi terkenal di Norwegia pada abad ke-20 dengan pengarang Johan Falkberget, yang menceritakan masyarakat penambang dari sudut pandang penambang yang diuji berat di balik tangga sosial.
Pada 1718, selama Perang Utara Besar sekali lagi kota ini dikunjungi oleh Pasukan Swedia, yang dipimpin oleh Jenderal De la Barré yang kemudian menjamin tembagai sebagai bahan bakar usaha perang Swedia.
Saat Raja Carl XII terbunuh dekat Fredriksten30 November1718, De la Barré memerintahkan pasukannya kembali ke Swedia. Bagaimanapun, hal ini berakhir dengan tragedi, saat lebih dari 3.000 pasukan binasa akibat keadaan yang berat di pegunungan yang dingin di Røros.
Ada teater musik terbuka yang dimainkan di Røros untuk memperingati tragedi ini, yang telah dimainkan sejak 1994[1]
Karena sejumlah faktor iklim, Røros adalah salah satu tempat terdingin di Norwegia, (meskipun berada di garis lintang yang kurang mengesankan dengan -50,4 °C di awal Januari 1914, dan -50,1 °C pada 1 Januari 2001. Hal ini karena ketinggian kota ini 600 m dan beriklim kontinental (udara pesisir yang sejuk dihalangi oleh pegunungan).
Selama musim dingin, sebuah pasar tradisional yang disebut "Rørosmartnan" diorganisir, yang menarik banyak wisatawan, rata-rata 60.000-70.000 pengunjung tiap tahun. Pasar itu bermula di akhir Selasa di bulan Februari dan berlangsung selama 5 hari. [2]Diarsipkan 2006-12-25 di Wayback Machine.