Pulau Coron adalah pulau terbesar ketiga di Kepulauan Calamian di utara Palawan di Filipina. Pulau ini adalah bagian dari munisipalitas dengan nama yang sama yang lebih besar wilayahnya. Pulau ini berada sekitar 170 mil laut (310 km) sebelah barat daya Manila dan dikenal karena adanya beberapa rongsokan kapal Jepang peninggalan dari Perang Dunia II. Karena bentuk ekologisnya yang unik, pulau ini sepenuhnya dilindungi oleh beberapa ketentuan hukum.[1]
Pulau Coron dan wilayah penangkapan ikan di sekitarnya adalah bagian dari wilayah leluhur orang-orang Tagbanwa yang merupakan penghuni asli. Hal itu resmi ditetapkan pada tanggal 5 Juni 1998.[1] Pulau ini dikenal dengan nama Calis di antara orang-orang Tagbanwa dan Coron.
Pulau ini terdiri atas dua barangay sebagai bagian dari Munisipalitas Coron, yaitu Banuang Daan dan Cabugao.[1]
Geografi
Sebagian dari Pulau Coron berada di di antara Pulau Busuanga dan Culion yang menghadap Laut Sulu dan membentuk sisi timur Teluk Coron. Pulau Coron memiliki ukuran panjang sekitar 20 kilometer (12 mi) dari utara ke selatan dan titik terlebar 9 kilometer (5,6 mi).
Pulau Coron memiliki permukaan bergunung-gunung berbentuk baji yang didominasi oleh tebing-tebing curam dan formasi batuan Karst yang terbuat dari batu kapur dari periode Permian yang menutupi sekitar 70% dari luas wilayahnya. Sisa wilayahnya 25% adalah bukit-bukit dan hanya 5% yang relatif datar. Ada 11 danau yang terletak di medan yang berat dan 3 di antaranya terhubung ke laut melalui bawah tanah. Terdapat beberapa hutan bakau di daerah pesisir.[1]
Daerah penyelaman
Daerah sekitar bangkai kapal memiliki formasi batuan yang indah yang memungkinkan untuk menjadi tempat selam permukaan (snorkeling) dengan jarak pandang di bawah laut membentang hingga 80 kaki (24 m). Pada umumnya, air di sini tenang. Pulau Coron adalah salah satu destinasi yang paling sering dikunjungi untuk penyelaman di antara puing kapal (wreck diving) di Filipina. Situs penyelaman ditemukan pada kedalaman seperti 10–30 kaki (3,0–9,1 m) dan 120–140 kaki (37–43 m). Sebagian besar berada di kisaran sekitar 60–80 kaki (18–24 m).
Lokasi penyelaman di sekitar Coron mencakup banyak situs penyelaman batu karang dan "Gua Günter", juga dikenal sebagai Gua Katedral karena pada saat tertentu siang hari, seberkas cahaya matahari masuk melalui sebuah lubang di langit-langit gua yang menerangi bagian dalam. Para penyelam dimungkinkan untuk muncul di permukaan di dalam gua karena lubang di langit gua memungkinkan udara segar masuk.
Nama gua ini berasal dari Günther Bernert, seseorang yang menjadi bagian dari kelompok penyelam pertama yang menjelajahi gua. Ia memperoleh informasi mengenai keberadaan gua dari nelayan setempat.
Situs penyelaman rongsokan kapal di Teluk Coron meliputi Irako, Okikawa Maru, Akitsushima, Kogyo Maru, Olympia Maru, Kyokuzan Maru, Tangat Timur (nama kapal ini sebenarnya adalah Terukaze Maru. Kapal ini baru ditemukan oleh sekelompok penyelam Belanda yang menghabiskan sekitar dua hari menggali ke bawah pasir di sekitar buritan kapal), Nanshin Maru, Lusong, dan Skeleton ("Kerangka").
Pemandangan air dari kapal-kapal Jepang yang tenggelam di pantai Pulau Coron masuk dalam 10 situs selam scuba terbaik di dunia versi Majalah Pelancong Forbes.[3][4]
Galeri
-
Danau Kayangan, dijuluki sebagai danau terbersih di Asia.
[5][6]
-
Pulau Coron dikelilingi oleh pulau-pulau dengan formasi batuan besar
-
Formasi batuan granit yang besar membentuk sebagian besar pulau-pulau di sekitar Coron
-
Sebuah pantai dekat Pulau Coron
-
Formasi batuan Pulau Coron
-
Pulau batu kecil dekat Pulau Coron
-
Pemandangan Pulau Coron
-
Danau Kayangan
Referensi
Pranala luar
- Media tentang Coron Island di Wikimedia Commons
- Panduan perjalanan Coron di Wikiwisata