Protes Penduduk asli Republik Tiongkok di Adimarga Ketagalan merupakan protes yang dilakukan oleh penduduk asli Republik Tiongkok yang dilakukan pertama kali di Adimarga Ketagalan di Kota Taipei oleh penduduk asli Taiwan pada bulan Februari 2017 untuk meminta pengakuan resmi atas tanah yang menjadi tempat tinggal mereka sebagai tanah adat yang lebih resmi atas tanah yang menjadi tempat tinggal mereka sebagai tanah adat.[1] khususnya untuk wilayah milik pribadi yang dikecualikan untuk juga ditunjuk sebagai wilayah adat berdasarkan peraturan yang diajukan oleh Dewan Masyarakat Adat pada bulan Februari 2017.[2]
Beberapa tokoh yang memimpin protes adalah aktivis Panay Kusui (巴奈·庫穗) bersama suaminya Nabu Husungan Istanda (那布)[3] serta sutradara film dokumenter, Mayaw Biho (馬躍·比吼).[1] Salah satu slogan gerakan ini adalah "Tidak ada orang luar" ( Hanzi: 沒有人是局外人) .[4][5]
Sejarah
Pada tanggal 14 Februari 2017, Dewan Penduduk Asli mengadakan konferensi pers terkait "Peraturan Pembatasan Wilayah Tanah Adat" ( Hanzi: 原住民族土地或部落範圍土地劃設辦法 ) yang dilanjutkan pada 18 Februari 2017 dengan secara resmi mengumumkan peraturan tersebut. Dikarenakan peraturan ini mengecualikan tanah pribadi sebagai bagian dari tanah adat sesuai dalam rancangan proposal peraturan, hanya sekitar delapan ratus ribu hektar tanah yang akan bisa diakui sebagai tanah adat dari sekitar 1,8 juta hektar lahan yang ditemukan dari survei yang dilakukan pada tahun 2007.[6] Hal ini lah yang menjadi alsan dimulainya protes pada tanggal 23 Februari 2017 di Adimarga Ketagalan .[1]
Pada tanggal 4 Juni 2017, perlengkapan tempat tinggal serta fasilitas dirobohkan oleh 100 pasukan polisi bersama Environmental Protection Administration (EPA). para aktivis memindahkan aksi protes ke Stasiun Rumah Sakit Taipei Metro Universitas Nasional Republik Tiongkok di tengah hujan lebat.[7]
Dukungan dari aktivis
Pemimpin Gerakan Mahasiswa Bunga Matahari, Lin Fei-fan (林飛帆) bergabung pada hari pertama protes.[6] Kemudian pada tanggal 28 Februari 2017 yang juga bertepatan dengan pada Hari Peringatan Perdamaian ( Hanzi: 228和平紀念日 ) untuk mengenang Peristiwa 228, Lin Fei-fan kembali bergabung dalam protes dan menerbitkan semua esai yang menyatakan bahwa "berdiri bersama dengan Penduduk Asli Tiongkok".[8]
Keterlibatan tokoh internasional
Joss Stone bernyanyi bersama dengan Panay Kusy di lokasi protes sebagai bentuk dukungan terhadap protes ini.[9]