Poetri Rimba |
---|
Sutradara | Inoe Perbatasari |
---|
Produser | The Teng Chun |
---|
Skenario | Soeska |
---|
Pemeran |
- Aisjah
- Loedi
- Ali Yugo
- Bissu
|
---|
Perusahaan produksi | Jacatra Film |
---|
Tanggal rilis |
- 1941 (1941) (Hindia Belanda)
|
---|
Negara | Hindia Belanda |
---|
Bahasa | Indonesia |
---|
Poetri Rimba ([puˈtri rɪmˈba]) adalah film Hindia Belanda (sekarang Indonesia) tahun 1941 yang disutradarai Inoe Perbatasari dan diproduseri The Teng Chun untuk Jacatra Film. Film ini mengisahkan seorang pria yang menyelamatkan seorang wanita dari sekelompok perampok dan kabur melintasi hutan.
Alur
Achmad dan teman-temannya pergi berburu di sebuah pulau. Setelah mereka berpencar, Achmad berkelana melintasi hutan rimba sampai ditangkap sekelompok perampok yang dipimpin Kumis Panjang dan tangan kanannya, Perbada. Ketika Perbada bersiap membakar Achmad hidup-hidup, diketahui bahwa Achmad pernah menyelamatkan nyawa putri Kumis Panjang, Bidasari. Karena itu, ia tidak jadi dieksekusi. Meski Bidasari dijodohkan dengan Perbada, ia dan Achmad mulai saling jatuh cinta. Karena berang, Perbada menculik Kumis Panjang dan Bidasari yang kemudian diselamatkan Achmad.
Produksi
Poetri Rimba diproduseri The Teng Chun untuk Jacatra Film Company, anak perusahaan Java Industrial Film miliknya. Film ini disutradarai mantan jurnalis Inoe Perbatasari yang mengawali karier sutradaranya di film Elang Darat (1941).[2] Soeska menangani tugas penulisan naskah yang didasarkan pada film-film Tarzan ternama.
Film hitam putih ini dibintangi Aisjah, Loedi, Ali Yugo, Bissu, dan Soetiati. Formulanya secara keseluruhan mirip film-film kontemporer lain: lagu keroncong, aksi, dan romansa.
Rilis
Poetri Rimba dirilis tahun 1941. Ini adalah film terakhir Perbatasari dengan Jacatra, meski ia kemudian menyutradarai tiga film lain untuk perusahaan lain.
Film ini bisa jadi tergolong film hilang. Antropolog visual Amerika Serikat Karl G. Heider menulis bahwa semua film Indonesia yang dibuat sebelum 1950 tidak diketahui lagi keberadaan salinannya. Akan tetapi, Katalog Film Indonesia yang disusun JB Kristanto menyebutkan beberapa film masih disimpan di Sinematek Indonesia dan Biran menulis bahwa sejumlah film propaganda Jepang masih ada di Dinas Informasi Pemerintah Belanda.
Referensi
Kutipan