Pisang cavendish
Pisang Cavendish merupakan komoditas buah tropis yang sangat popular di dunia, di Indonesia, pisang ini lebih dikenal dengan sebutan Pisang Ambon Putih.[1] Pisang Cavendish banyak dikembang biakan menggunakan metode kultur jaringan.[2] Keunggulan bibit pisang hasil kultur jaringan dibandingkan dengan bibit dari anakan adalah bibit kultur jaringan terbebas dari penyakit seperti layu moko akibat Pseudomonas solanacearum dan layu panama akibat Fusarium oxysporum cubense.[2] Dalam kultur jaringan pisang, sampai saat ini yang banyak dikenal adalah kultur dengan eksplan bonggol[3].[1] KarakteristikPohon Pisang Cavendish mempunyai tinggi batang 2,5 – 3 m dengan warna hijau kehitaman.[2] Daunnya berwarna hijau tua. Panjang Tandan 60 – 100 cm dengan berat 15 – 30 kg.[2] Setiap tandan terdiri dari 8 - 13 sisiran dan setiap sisiran ada 12 - 22 buah.[2] Daging buah dari pisang ini putih kekuningan, rasanya manis agak asam, dan lunak.[2] Kulit buah agak tebal berwarna hijau kekuningan sampai kuning muda halus.[2] Kondisi pertumbuhanSuhu merupakan faktor utama untuk pertumbuhan tanaman Pisang Cavendish.[4] Suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah sekitar 27 °C, dan suhu maksimumnya 38 °C.[4] Tanaman ini tumbuh di daerah tropis dan subtropis, pisang ini tidak dapat tumbuh di dataran tinggi, ketinggian di atas 1600 m dpl. Kebanyakan pisang tumbuh baik di lahan terbuka, tetapi kelebihan penyinaran akan menyebabkan terbakar-matahati (sunburn).[4] Tanaman ini juga sangat sensitif terhadap angin kencang karena dapat menyebabkan daunnya rusak dan robek, distorsi tajuk dan merobohkan pohonnya. Untuk pertumbuhan yang optimal, curah hujan yang diperlukan sekitar 200–220 mm, dan kelembapan tanahnya tidak kurang dari 60-70% dari kapasitas lapangan.[4] Tanah yang paling baik untuk pertumbuhan Pisang Cavendish adalah tanah liat yang dalam dan gembur serta yang memiliki pengeringan dan aerasi yang baik.[4] Tanaman ini toleran terhadap pH 4,5-7,5.[4] PenyakitSalah satu jenis penyakit yang kerap menyerang tanaman Pisang Cavendish adalah layu panama atau sering dikenal dengan nama layu fusarium.[4] Penyakit ini membuat daun pisang menjadi layu dan mudah putus. Jamur penyebab penyakit ini adalah Fusarium oxysporum f.sp. cubense, yang mampu bertahan lama di dalam tanah sebagai klamidospora sehingga sulit untuk dikendalikan.[5] Sejumlah cara pengendaliannya telah diteliti, namun belum memberikan hasil yang memuaskan.[6] Contohnya adalah pengendalian hayati patogen yang ditularkan melalui tanah dan penggunaan jenis bakteri tertentu untuk mengendalikan patogen yang ditularkan melalui tanah tersebut.[6] Selain layu panama, tanaman Pisang Cavendish juga dapat terkena penyakit Mycosphaerella Leaf Disease Complex (MLDC). Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah perkembangan tanaman yang buruk, daun-daun menjadi layu dengan cepat, jumlah daun-daun yang sehat semakin berkurang, timbulnya tandan yang buruk, buah-buah yang dihasilkan tidak baik, dan perkembangan buahnya menjadi prematur.[7] Sedangkan, contoh penyakit-penyakit lain dari Pisang Cavendish adalah Yellow Sigatoka yang disebabkan oleh M. musicola dan Black Leaf Streak atau Black Sigatoka yang disebabkan oleh M. fijiensis.[8] ReferensiWikimedia Commons memiliki media mengenai Pisang cavendish.
|