Pertempuran Zaoyang–Yichang juga dinamakan Pertempuran Zaoyi, adalah salah satu dari 22 petempuran antara Tentara Revolusi Nasional dan Tentara Kekaisaran Jepang selama Perang Sino-Jepang Kedua.
Latar Belakang
Jepang sedang mencari solusi yang lebih cepat untuk membuat Tiongkok menyerah, akhirnya diputuskan untuk langsung menuju Chongqing yang saat itu menjadi ibu kota sementara Tiongkok melalui Sungai Yangtze. Untuk mewujudkannya, Jepang perlu merebut kota penting Yichang terlebih dahulu yang terletak di provinsi Hubei barat.
Serangan Jepang tidak mengerahkan terlalu banyak pasukan maupun material sehingga Li Zongren, komandan utama Tiongkok yang sebelumnya telah membuat frustrasi Jepang, berhasil mengusir tentara Jepang.
Pertempuran
Pada 1 Mei 1940, tiga divisi Tentara ke-11 di bawah komando Jenderal Waichiro Sonobe memulai perjalanan menuju Zaoyang. Mereka menggempur zona perang benteng ke-5 di sekitar wilayah pegunungan Tongbai dan Dahong. Tentara Jepang terus berusaha mengepung dan menghancurkan Kelompok Tentara ke-31 Tiongkok di bawah pimpinan Jenderal Tang Enbo dengan strategi gerakan menjepit. Di lain pihak, strategi Tiongkok adalah membiarkan pasukan Jepang kehabisan pasokan, setelah itu baru melakukan serangan balik seperti yang telah berhasil dilakukan dalam Pertempuran Changsha. Ketika Jepang berhasil mengalahkan pasukan Tang, Jenderal Zhang Zizhong datang untuk membantunya dengan Kelompok Tentara ke-33 Tiongkok. Kelompok pasukan Jepang bersatu dan memukul mundur pasukan Tiongkok dan Jenderal Zhang Zizhong terluka parah karena terkena ledakan senjata mesin ketika dia menolak mundur dari garis depan. Dia merupakan komandan Tiongkok paling senior yang tewas dalam pertempuran ini.[6]
Kesudahannya
Menurut catatan Jepang, korban jiwa di pihak Jepang sebanyak 2.700 tentara tewas dan 7.800 lainnya terluka. Catatan Tiongkok menunjukkan bahwa 11.000 tentara Jepang tewas.[9] Zona perang benteng ke-5 Tiongkok bisa dibilang membuat keputusan yang taktis dalam rencana pertempurannya dengan hanya mengandalkan senjata ringan untuk menghadapi serangan udara, laut, artileri dan kekuatan serangan lapis baja Jepang. Pada akhirnya, wilayah itu dikuasai oleh kekuatan senjata gabungan Jepang yang sangat kuat.[9] Seperti yang diperkirakan oleh komandan-komandan Tiongkok, pasukan Jepang terlalu berbeban berat dan tidak dalam posisi untuk mengejar kemenangan. Namun, Angkatan Laut Kekaisaran Jepang sangat mendorong pendudukan kota Yichang yang terletak di tepi Sichuan dan menghubungkan zona perang ke-5 dengan ke-9. Angkatan Laut Jepang merasa bahwa kota itu sangat dibutuhkan sebagai pangkalan untuk melakukan serangan udara ke Chongqing. Setelah melalui banyak perdebatan, Angkatan Darat Jepang akhirnya setuju untuk menduduki Yichang.[6] Hal ini merupakan pukulan besar bagi moral dan kapasitas tempur Tiongkok karena tidak ada serangan skala besar yang dilakukan setelah operasi ini.[7]
Referensi