Perkiraan Rusia: 581,000 terbunuh, hilang, terluka, dan ditangkap.[14]
Pertahanan Moskwa:[15] (30 September 1941 to 5 November 1942)
514.338 tewas atau hilang
143.941 terluka
Serangan Moskwa:[15] (5 December 1941 to 7 January 1942)
139,586 terbunuh atau hilang
231.369 terluka
Total: 1,029,234
Pertempuran Moskwa merujuk kepada upaya pertahanan ibu kota Soviet, Moskwa dan serangan balik terhadap pasukan Jerman yang berlangsung antara Oktober 1941 dan Januari 1942 di Front Timur pada Perang Dunia II.
Invasi Jerman
Pada tanggal 22 Juni 1941, Jerman bersama sekutunya menyerang Uni Soviet secara mendadak. Setelah berhasil menghancurkan sebagian besar kekuatan udara Uni Soviet pada saat masih berada di daratan, pasukan Jerman berhasil masuk jauh ke dalam wilayah Soviet dengan menggunakan taktik perang kilat atau blitzkrieg. Divisi lapis baja dengan memakai taktik gerakan menjepit berhasil memerangkap dan menghancurkan hampir keseluruhan tentara Soviet yang tersisa. Pasukan Jerman sendiri terbagi menjadi tiga kelompok yaitu Kelompok Pasukan Utara yang bertugas untuk menguasai Leningrad, Kelompok Pasukan Tengah yang bertugas merebut Moskwa, dan Kelompok Pasukan Selatan yang bertugas merebut Ukraina dan Pegunungan Kaukasus.[butuh rujukan]
Pertahanan tentara Soviet sudah berada diujung tanduk, korban yang jatuh begitu banyak. Tinggal menunggu waktu saja kejatuhan dari Moskwa. Pada awal Agustus 1941, Jerman berhasil merebut Smolensk, sebuah kota strategis pada arah menuju Moskwa. Namun, pertempuran di Smolensk sendiri telah mengakibatkan Jerman harus menunda serangan ke Moskwa sampai akhir September 1941. Keterlambatan ini sedikit banyak mengganggu strategi perang blitzkrieg yang mengutamakan kecepatan gerak, dan keterlambatan ini juga yang memberikan waktu cukup banyak bagi tentara Soviet untuk mengonsolidasikan diri lagi. Setelah melakukan persiapan, pada tanggal 2 Oktober 1941, Kelompok Pasukan Tengah di bawah Marsekal Fedor von Bock menyerang Moskwa dengan kode Operasi Topan.[butuh rujukan]
Tentara Merah di front Barat, front cadangan, front Bryansk, dan front Kalinin mempertahankan wilayah Moskwa. Meski menderita korban jiwa yang tidak sedikit, tetapi mereka tetap bertempur mati-matian. Tanggal 10 Oktober 1941, Marsekal Georgy Zhukov mengambil alih pimpinan front Barat dan pertahanan Moskwa.[butuh rujukan]
Pertahanan Moskwa
Kota Moskwa sekarang telah menjadi sasaran bagi serangan udara. Penduduk telah diperintahkan untuk membangun barikade di jalanan, bahkan pertahanan dibangun sampai ke wilayah Kremlin sebagai pusat pemerintahan. Pejabat-pejabat pemerintahan Uni Soviet, kecuali Stalin, telah pindah ke kota Kuibyshev (Samara, nama saat ini). Tujuan Stalin untuk tetap tinggal di Moskwa adalah untuk memberi contoh dan meningkatkan moral pasukan serta penduduk. Untuk menunjukkan keinginan kuat dari tentara Soviet, Stalin memerintahkan Tentara Merah pada perayaan Revolusi Oktober, 7 November 1941, untuk tetap melakukan parade di Lapangan Merah, dimana pasukan yang berbaris langsung diberangkatkan ke garis depan.[16]
Di lain pihak, gerak maju Jerman telah mengalami penurunan. Pergerakan tentara Jerman sempat lumpuh sebagian akibat hujan turun, mengakibatkan jalan-jalan yang dilalui menjadi kubangan lumpur. Pada bulan November 1941, salju mulai turun di Rusia. Masalah jalanan memang dapat teratasi karena jalanan kembali mengeras. Namun, pada saat musim dingin tersebut, tentara Jerman tidak dilengkapi dengan pakaian musim dingin, sebagai akibat prediksi Hitler yang menganggap Uni Soviet dapat jatuh di musim panas atau dalam waktu 2 bulan dari saat invasi awal dilakukan. Tidak hanya pakaian musim dingin yang kurang, peralatan Jerman seperti tank, persenjataan, dan kendaran-kendaraaan lainnya juga mogok akibat cuaca dingin di bawah 0° celcius. Bahkan musim dingin yang terjadi pada saat itu, dianggap oleh orang Rusia sendiri sebagai yang paling dingin dari yang pernah terjadi sebelumnya.[16]
Pembangunan pertahanan Soviet di depan kota Moskwa sendiri dilakukan secara tergesa-gesa. Pemimpin Soviet mengirim ribuan sukarelawan dan rekrutmen ke medan perang, bahkan termasuk diantaranya batalyon wanita langsung menuju senapan mesin. Di front Moskwa-lah istilah Panfilovic menjadi istilah terkenal, mengambil nama dari duapuluh delapan anak buah Mayjen. I.V. Panfilov, komandan Divisi Senapan Ke 316, yang hampir seluruhnya tewas namun berhasil menghancurkan 18 buah tank Jerman. Hanya sedikit tentara Soviet yang selamat dalam pertempuran itu, tentu dengan meninggalkan korban tentara Jerman yang tidak sedikit pula.[16]
Pada 27 November 1942, Tentara Jerman sempat mencapai posisi paling timur dari invasi mereka ke Uni Soviet. Sebuah kelompok patroli tentara Jerman berhasil menguasai sebuah stasiun kereta api yang berjarak 27 kilometer di luar kota Moskwa, sebelum akhirnya berhasil diusir oleh tentara Soviet.[16]
Serangan balik Soviet
Pada 5 Desember 1941, setelah melihat gerak lambat pasukan Jerman dan mulai melemahnya semangat tempur mereka, Marsekal Zhukov kemudian melancarkan serangan balik terbesar terhadap tentara Jerman. Serangan balik dilakukan di semua sektor garis depan Moskwa pada tanggal 6 Desember 1941. Sepanjang musim gugur, Zhukov secara diam-diam memindahkan tentara Soviet dari Divisi Siberia yang masih segar dan bersenjata lengkap untuk mempertahankan Moskwa. Penggunaan Divisi Siberia ini berdasarkan logika bahwa orang Siberia adalah orang yang tahan, atau setidaknya, bisa bertahan dalam cuaca dingin. Keberadaan pasukan ini sengaja ditahan sampai tiba saatnya dilepas untuk melakukan serangan pada tanggal yang telah ditentukan. Zhukov mengandalkan informasi dari Richard Sorge, seorang mata-mata Soviet yang mengatakan bahwa Jepang tidak akan menyerang Uni Soviet. Informasi ini dipercaya, karena sebelumnya Sorge pernah memberikan informasi tepat mengenai invasi Jerman ke Uni Soviet (Operasi Barbarossa). Disaat tentara Jerman sudah terlalu dekat dengan pusat kota Moskwa, Zhukov langsung memerintahkan divisi Siberia tersebut untuk menghadapi Jerman. Divisi tersebut yang dilengkapi dengan tank T-34 dan peluncur roket Katyusha baru serta telah siap dengan musim dingin berhasil memukul mundur pasukan Jerman yang telah kehabisan tenaga, lelah dan mengalami demoralisasi akibat musim dingin dan terlalu lama di medan perang. Pasukan Jerman dalam serangan tersebut berhasil dipukul mundur hingga 100-250 kilometer dari kota Moskwa pada tanggal 7 Januari 1942.[16]
Pada bulan April 1942 tentara Soviet kembali mengonsolidasikan diri setelah berhasil memukul mundur pasukan Jerman. Setelah serangan balik itu, tentara Jerman tidak dapat lagi melakukan serangan dan malahan harus terus mundur. Mundurnya pasukan Jerman ini tidak akan mengancam kota Moskwa lagi. Kemenangan dalam pertempuran ini meningkatkan semangat tentara dan rakyat Soviet, sedangkan bagi Jerman, kekalahan tersebut pada akhirnya membuktikan bahwa tidak selamanya tentara Jerman tak terkalahkan dan kekalahan mereka dalam pertempuran ini menunjukan kegagalan dari taktik perang blitzkrieg. Setelah pertempuran ini, Jerman mau tak mau harus mempersiapkan diri dalam pertempuran panjang dan berdarah dalam menghadapi Uni Soviet.[16]
Menurut sumber tepercaya sources, sekitar 700.000 Tentara Merah terbunuh, luka atau hilang dalam fase pertahanan dan serangan balik dan sekitar 250.000 tentara poros terbunuh, hilang atau luka-luka sepanjang pertempuran berlangsung. Untuk mengenang kepahlawanan ini, Kota Moskwa dianugerahi penghargaan Kota Pahlawan pada tahun 1965, khusus untuk memperingati 20 tahun kemenangan Soviet atas Nazi Jerman pada tahun 1945.
^Both sources use Luftwaffe records. The often quoted figures of 900–1,300 do not correspond with recorded Luftwaffe strength returns. Sources: Prien, J.; Stremmer, G.; Rodeike, P.; Bock, W. Die Jagdfliegerverbande der Deutschen Luftwaffe 1934 bis 1945, parts 6/I and II; U.S National Archives, German Orders of Battle, Statistics of Quarter Years.