Pertempuran Batèë Iliëk


Serangan ke benteng Batee Iliek pada tahun 1901, karya Jan Hoynck van Papendrecht.
Peta Batee Iliek dari Beschrijving van de Atjeh-oorlog karya Egbert Broer Kielstra (1883).

Pada tahun 1880, Samalanga berperang melawan Belanda. Pada tanggal 30 Juni 1880, sebuah detasemen yang dipimpin oleh LetDa. HJ. Berghuis van Woortman diserang secara mendadak. Karel van der Heijden harus mengirimkan ekspedisi ke sana yang dipimpin oleh May. WA. Schmilau, yang karena itulah tiba di Samalanga pada tanggal 14 Juli.[1]

Serangan ke benteng Batee Iliek, dekat gampong Aramameh, meminta korban 5 orang tewas dan 54 terluka. Van der Heijden tiba di Samalanga dan mencoba mengusir Pocut Meligoe, pimpinan pejuang, dari Batee Iliek. Usaha itu gagal hingga perlawanan bergeser - yang kembali hasilnya nihil dan menelan 19 pasukan yang tewas dan 56 terluka. Van der Heijden harus menghentikan usaha lebih lanjut untuk merebut pertahanan pejuang Aceh.[2]

Melalui tembakan artileri, musuh dihalau dari tempat itu dan dalam pertemuan para tetua Samalanga dan beberapa tetua dari Jangka Buya yang mulai bergolak, jenderal tersebut berharap agar masalah dapat diselesaikan secara damai, sehingga unjuk militer lanjutan tak terjadi lagi. Pada tanggal 10 Agustus, pasukan kembali ke Kutaraja (kini Banda Aceh).[3]

Hingga tahun 1901, Batee Iliek masih menjadi pusat perlawanan sengit. Pada tahun itu pula, Joannes Benedictus van Heutsz melancarkan ekspedisi baru ke Samalanga. Setelah membunuh banyak pejuang Aceh, ia menuju Batee Iliek. Pada tanggal 1 dan 2 Februari, pertahanan pejuang Aceh di Batee Iliek dan Asan Kumbang ditembaki oleh angkatan laut dan artileri dari bivak Nanggroe; setelah dimulainya serangan, 4 pertahanan pejuang Aceh ditaklukkan, yang setelah itu kedudukan musuh yang dipertahankan secara sengit diserbu oleh infanteri, maréchaussée, dan divisi pendaratan. Dalam memperkuat diri selama pertempuran sengit, pejuang Aceh melemparkan 1 tong mesiu, di mana Let. Verschuir dan 9 orang lainnya terkena luka bakar serius. Dengan serbuan ke Batee Iliek itu, beberapa pucuk senjata dirampas. Belanda kehilangan beberapa personel: 5 orang tewas dan 29 terluka.[4][5]

Galeri perang Aceh melawan Belanda di Batee Iliek

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ Oktorino, Nino (2018-02-26). Seri Nusantara Membara: Perang Terlama Belanda. Elex Media Komputindo. ISBN 978-602-04-5466-5. 
  2. ^ Nur, Arafat (2011-05-01). Lampuki. Serambi Ilmu Semesta. ISBN 978-979-024-354-5. 
  3. ^ "Samalanga dan Batee Iliek (VI): Agresi Belanda Pertama ke Batee Iliek - PORTALSATU.com". portalsatu.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-17. Diakses tanggal 2020-06-17. 
  4. ^ Bakri. "Batee Iliek, Benteng Terakhir Aceh Melawan Belanda". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2020-06-17. 
  5. ^ "De Atjeh-oorlog : Djihad en Koloniaal Machtsvertoon – 85". Konfrontasi. 2015-12-21. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-17. Diakses tanggal 2020-06-17. 

Bacaan Lanjutan

  • Terwogt WA. 1900. Het land van Jan Pieterszoon Coen: Geschiedenis van de Nederlanders in oost-Indië. Hoorn: P. Geerts.
  • Kepper G. 1902. Wapenfeiten van het Nederlands Indische Leger; 1816-1900. Den Haag: M.M. Cuvee.

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 5

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 70

 

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Undefined index: HTTP_REFERER

Filename: controllers/ensiklopedia.php

Line Number: 41