Persatoean Ra'jat
SejarahKemunculan surat kabar ini berawal dari pecahnya sentral sarekat islam pada 1923. Saat itu, sarekat islam Semarang di bawah kepemimpinan Semaoen, Darsono, dan Alimin mengambil sikap dan memilih prinsip komunisme radikal. Sehingga hubungan baik antar sarekat islam Semarang dengan cabang lainnya menjadi renggang. Pada akhirnya, sarekat islam semarang dicap sarekat islam merah.[1] Pada awal 1925, sarekat rakjat wirosari Semarang yang merupakan bagian dari sarekat islam merah menerbitkan Persatoean Ra'jat dengan tujuan kemerdekaan. Nama Persatoean Ra'jat dipilih agar rakyat yang saat ini berada di bawah penjajahan yang dikuasai petuanan dan permodalan agar bersatu untuk mencari kebebasan.[1] Surat kabar ini memilih berkantor di Sidomoel-jo karena menghindari basis-basis politik di Semarang, Jogjakarta, dan Solo yang saat itu di daerah tersebut sudah banyak tumbuh surat kabar.[1] Surat kabar ini mulai berkembang pesat dan berangsur-angsur membeli perangkat serta mengurus permasalah surat menyurat pada 31 April 1925. Kamudian mulai beraktifiatas secara masal pada 2 April 1925.[1] PenerbitanSurat kabar ini mulai terbit pertama kali pada Februari 1925 sebagai terbitan percobaan. Beberapa tulisan dimuat dalam surat kabar ini. Koran-koran terbitan pertama surat kabar ini mulai berada pada setiap Kamis dibulan Februari tersebut.[1] Setelah terbitan percobaan itu, surat kabar ini mulai melakukan penerbitan masal pada 1 April 1925. Namun sayang, pada penerbitan itu surat kabar ini dinilai membuat pernyataan yang bertentangan dengan kempanyenya dalam edisi percobaan, yaitu prinsip "mementingkan keperluan rakyat dengan sesungguh-sungguhnya".[1] Pada edisi 3 April 1925, surat kabar ini dinilai mulai menurunkan barita-berita berbau provokatif dan mobilisasi massa.[1] Terus berkembang, pada edisi 26 Februari 1926, Persatoean Ra'jat mulai menerbitkan surat kabar berbahasa Jawa dengan alasan kaum buruh, dan tani di desa-desa belum mampu membaca huruf latin. Pada terbitan itu, redaksi Persatoean Ra'jat juga mengubah tampilan pada surat kabarnya dengan menggati clic head kepalanya dengan dihiasi gambar matahari bersinar dan di tengahnya ditaruh gambar palu dan sabit (arit).[1] BisnisSetelah berjalan cukup lama, redaksi Persatoean Ra'jat mulai memberlakukan sistem berlangganan bagi pembacanya dengan tarif 1,50 sen untuk satu kwartal atau 0,50 sen satu bulan. Selain itu, redaksinya juga membuka peluang iklan di korannya dengan tarif yang disepakati berdua.[1] Selain itu, redaksi surat kabar ini juga mulai membuka peluang bagi penulis yang ingin menjadi korespondennya. Redaksi surat kabar ini menanamkan prinsip tulisan yang mudah diartikan oleh rakyat pada setiap penulis yang ingin menjadi koresponden.[1] TutupLantaran terlalu provokati dalam pemberiataan, redaktur Persatoean Ra'jat, Soewito diringkus polisi dan tanggung jawab redaksi beralih kepada Boediman. Di tanggung jawab Boediman lah Persatoean Ra'jat jatuh bangkrut dan pada akhir Februari 1926, Sarekat Rakjat Walikoen menanggung surat kabar ini.[1] Referensi |