Perompakan di Indonesia tidak hanya dianggap dikenal saja, tetapi menurut survei yang dilakukan oleh Biro Maritim Internasional, bahwa negara tersebut memiliki tingkat serangan perompakan tertinggi pada tahun 2004, yang kemudian turun ke peringkat kedua sebagai negara terburuk dalam serangan perompakan di dunia pada tahun 2008, di bawah Nigeria.[1] Namun, Indonesia masih dianggap sebagai wilayah perairan yang paling berbahaya di dunia yang disebabkan oleh tingginya tingkat perompakan.[2] Dengan lebih dari separuh kejahatan perompakan yang ada di dunia terjadi di wilayah perairan Asia Tenggara, kekacauan yang disebabkan oleh perompakan membuat Selat Malaka sebagai tempat yang khas untuk laporan kasus sebagian besar perompakan di Indonesia, yang sekaligus membuat kapal yang berlayar di sekitar wilayah ini sangat rawan akan kejadian tersebut sejak kedatangan bangsa Eropa.[1][3] Istilah 'Perompakan di Indonesia' meliputi kasus seperti perompakan kapal barang dan tanker oleh perompak Indonesia, serta tingkat tingginya perompakan di dalam negaranya sendiri. Selat Malaka dianggap sebagai salah satu jalur pelayaran di dunia yang telah menyumbang lebih dari dua puluh lima persen dari barang barter dunia yang sebagian besar berasal dari Tiongkok dan Jepang.[1] Sekitar 50.000 kapal yang bernilai perdagangan dunia melintasi selat tersebut secara tahunan, yang meliputi sumber daya minyak dari Teluk Persia dan barang produksi dari Timur Tengah dan Terusan Suez. Kesuksesan dari jalur perdagangan selat tersebut membuat Selat tersebut sebagai tempat yang ideal untuk serangan perompakan.[4]
Lihat pula
Referensi