Perjanjian Tartu (Rusia-Estonia)
Perjanjian Perdamaian Tartu (bahasa Estonia: Tartu rahu, secara harfiah "perdamaian Tartu") atau singkatnya Perjanjian Tartu saja, adalah suatu perjanjian damai antara Estonia dan Soviet Rusia yang ditandatangani pada 2 Februari 1920, yang mengakhiri Perang Kemerdekaan Estonia. Pada perjanjian terdapat pernyataan yang menyatakan bahwa "Rusia tanpa syarat mengakui" kemerdekaan Republik Estonia secara de jure dan meninggalkan selamanya semua hak atas wilayah Estonia. Ratifikasi perjanjian dipertukarkan di Moskwa pada 30 Maret 1920. Perjanjian ini terdaftar di Seri Perjanjian Liga Bangsa-Bangsa pada 12 Juli 1922.[1] Estonia sebelum perjanjianEstonia telah menjadi provinsi Kekaisaran Rusia sejak tahun 1710, dan telah berada di bawah hegemoni asing sejak abad ke-13.[2] Dengan pecahnya Perang Dunia I, Kekaisaran Rusia jatuh ke dalam kancah revolusi dan perang sipil. Sebagai bagian dari konflik yang lebih besar, bangsa Estonia menyatakan kemerdekaan mereka dari Rusia dan berhasil memperoleh kebebasan mereka dalam Perang Kemerdekaan Estonia. Sebagai simbol atas kemerdekaan Estonia, Yuryev/Dorpat secara resmi dikembalikan ke nama Estonianya, yaitu Tartu. Pemerintahan Komunis Rusia yang baru mengakui kemerdekaan Estonia pada tahun 1920 melalui Perjanjian Tartu.[3] Ketentuan-ketentuan perjanjianPerjanjian itu menetapkan perbatasan antara Estonia dan Rusia, menegaskan hak orang-orang Estonia untuk kembali ke Estonia dan orang-orang Rusia untuk kembali ke Rusia dan mengharuskan harta bergerak Estonia yang dievakuasi ke Rusia dalam masa Perang Dunia I untuk dikembalikan ke Estonia. Rusia juga sepakat untuk membebaskan semua utang dari zaman Tsar, dan akan membayar Estonia sebanyak 15 juta emas rubel, yaitu pembagian proporsional dari cadangan emas dari bekas Kekaisaran Rusia. Selain itu, Rusia juga setuju untuk memberikan konsesi untuk mengeksploitasi satu juta hektar hutan Rusia dan lahan untuk membangun jalur kereta api dari perbatasan Estonia ke Moskwa. Sebagai imbalannya, Estonia melakukan persiapan untuk memungkinkan Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia (RSFSR) untuk membangun pelabuhan bebas di Tallinn atau beberapa pelabuhan lain, dan mendirikan pembangkit listrik di Sungai Narva.[4] PenandatanganPerjanjian itu ditandatangani oleh Jaan Poska dari pihak Estonia dan Adolf Joffe dari pihak Soviet Rusia, serta para perwakilan lainnya dari kedua belah pihak. Arti pentingPerjanjian Damai Tartu telah dianggap sebagai akta kelahiran Republik Estonia karena ia adalah pengakuan de jure pertama kalinya atas negara itu.[5] Perjanjian ini juga sangat penting untuk Soviet Rusia yang terisolasi secara diplomatik, Lenin bahkan mengekspresikan kepuasan atas perjanjian ini sebagai "suatu kemenangan yang tak tertandingi atas imperialisme Barat". Beberapa anggota Entente menentang perjanjian ini, dengan maksud untuk menjaga Soviet Rusia tetap berada dalam situasi terisolasi secara internasional. Kejadian sesudahnyaSetelah penandatanganan, Soviet Rusia tidak memenuhi beberapa butir perjanjian, misalnya koleksi museologi dari Universitas Tartu belum juga dikembalikan sampai hari ini dari Voronezh,[6] serta migrasi orang-orang Estonia yang terhambat.[7] Kemudian, Estonia diserbu, diduduki, dan dianeksasi oleh Uni Soviet selama Perang Dunia II, sebagai bagian dari Perjanjian Molotov-Ribbentrop. Perbatasan Estonia-Rusia saat ini tidak mencakup beberapa area yang diberikan kepada Estonia menurut Perjanjian Tartu, yang tetap berada di bawah kendali Rusia. Lihat pula
Referensi
Link luar
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Treaty of Tartu (Russo–Estonian treaty). |