Penyulaan atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata impalement adalah teknik penyiksaan dan hukuman mati dengan cara menusukkan batang vertikal yang ujungnya runcing ke dubur korban. Batang ini bisa berupa kayu, tombak, atau kait. Biasanya digunakan sebagai hukuman atas kejahatan atas negara. Hukuman ini dianggap salah satu hukuman mati yang paling kejam di dalam mitos dan karya seni. Penyulaan sering dipakai dalam suasana perang untuk memadamkan pemberontakan, menghukum pengkhianat, atau hukuman atas pelanggaran disiplin militer.
Pelanggaran yang bisa dikenai penyulaan antara lain penghinaan atas kewenangan negara dalam menjamin keamanan jalur dagang dengan melakukan perampokan di jalanan raya atau perampokan makam, melanggar kebijakan negara atau monopoli, atau pelanggaran standar dagang. Korban juga bisa disula atas alasan budaya, seksual, dan relijius.
Penyulaan dikenal dalam budaya Babilonia dan Neo Asiria pada abad 18. Hukuman ini juga dikenal dalam masa Kerajaan Utsmaniah. Namun yang sangat terkenal dalam legenda adalah penyulaan oleh Vlad III yang membuatnya mendapat gelar Vlad si Penyula.
Teknik penyulaan
Penyulaan biasa
Penyulaan longitudinal terdokumentasi dalam beberapa kasus. Pedagang Jean de Thevenot pernah memberi kesaksian penyulaan di Mesir pada abad 17, atas seorang pedagang yang mencurangi timbangan:
Mereka membaringkan korban di atas perutnya, mengikat tangannya di belakang, kemudian menyayat bokongnya dengan pisau cukur, lalu mengolesinya dengan pasta tertentu untuk menghentikan pendarahan. Setelah itu mereka menusukkan ke tubuhnya batang sebesar tangan, tajam di ujungnya, yang sudah diolesi pelumas sebelumnya. Setelah dipaksa masuk dengan palu, sampai keluar di dadanya atau kepala, atau bahunya, kemudian tubuhnya diangkat. Dan batang tersebut ditanam di tanah, membiarkannya menjadi tontonan dalam beberapa hari. Suatu masa, saya melihat seorang korban penyulaan yang dihukum untuk teknik ini selama tiga jam dalam keadaan hidup dan tidak mati begitu saja, batang sulanya menusuk tidak terlalu dalam sehingga tidak menembus badannya, mereka memberikan penahan agar berat tubuhnya tidak membuatnya jatuh ke bawah, yang seharusnya bisa langsung membunuhnya. Dalam kasus ini, dia dibiarkan menderita beberapa jam (selama ia berbicara) dan tubuhnya dibolak-balik, sehingga ia memohon kepada orang di sekitar agar dibunuh segera, menciptakan kengerian bagi orang di sekitarnya saat ia berputar-putar. Tapi setelah makan malam, sang Basha mengirimkan seseorang untuk mengakhiri hidupnya, yang dengan mudah dilakukan karena tinggal menembuskan batang sula tersebut ke dadanya. Kemudian ia ditinggalkan sampai pagi, di mana tubuhnya sudah sangat bau
Waktu bertahan saat penyulaan bervariasi, mulai dari beberapa detik hingga beberapa menit.[1] hingga berjam-jam [2] sampai dengan 1 hingga 3 hari.[3]
Pemimpin Belanda di Batavia, punya kebiasaan memperpanjang waktu siksaan penyulaan, hingga 6 hari [4] bahkan kesaksian dokter bedah setempat bisa sampai 8 hari atau lebih.[5] Lama waktu bertahan dalam penyulaan tergantung cara penusukan batang sula. Jika menusuk organ tubuh dalam, maka bagian vital akan dengan mudah rusak, sehingga langsung menyebabkan kematian. Sementara bila mengikuti tulang belakang, maka organ vital terhindarkan, korbannya bisa bertahan beberapa hari.[6]
Penyulaan terbalik
Penyulaan bisa dilakukan dari arah atas ke bawah. Misalnya dari dada ke arah bokong, melalui abdomen.[7]Dada[8] atau langsung melalui jantung[9]) ke belakang atau vice versa.[10]
Dalam kekuasaan Kerajaan Suci Roma (dan sekitar Eropa Timur dan Tengah), wanita yang membunuh bayinya bisa diikat di liang kubur, lalu ditusuk dengan batang sula di jantungnya. Kejadian ini tercatat pada abad 17 diKošice (saat ini Hungaria). Pelaksaanannya melibatkan satu eksekutor dan dua asisten.
Referensi
^2 died during impalement process, Blount (1636), p.529 minutes, 1773 case, Hungary: Korabinsky (1786) p.139
^For following the spine:von Taube (1777), footnote ** p. 70–71, Stavorinus (1798)p. 288–291 Another description, using a 15 cm thick stake, let it pass between the liver and the rib cage, Koller (2004), p.145
^von Meyer von Knonau (1855)p.176, column 2, Example of thrusting a roasting spit through the stomach on orders of 16th Central Asian ruler Mirza Abu Bakr Dughlat upon his own nephew, Elias, Ross (1898), p.227
^Contoh kasusnya adalah penyulaan pada abad 16 oleh di Varthema (1863) p. 147 See also wood block print in Wallachia subsection. In addition, the alleged "bamboo torture" seems to presume a dorsal-to-front impalement, see specific sub-section
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Impalement.