Pengiriman gen adalah proses memperkenalkan materi genetik asing, seperti DNA atau RNA, ke sel inang.[1] Materi genetik harus mencapai inti sel inang untuk menginduksi ekspresi gen.[2] Pengiriman gen yang sukses membutuhkan materi genetik asing untuk tetap stabil di dalam sel inang dan dapat berintegrasi ke dalam genom atau menggandakannya secara independen.[3] Proses ini membutuhkan DNA asing untuk disintesis sebagai bagian dari vektor, yang dirancang untuk memasuki sel inang yang diinginkan dan mengirimkan transgen ke genom sel itu.[4] Vektor yang digunakan sebagai metode untuk pengiriman gen dapat dibagi menjadi dua kategori: virus rekombinan dan vektor sintetis (viral dan non-viral).[2][5]
Sejarah
Vektor berbasis virus muncul pada 1980-an sebagai alat untuk ekspresi transgen. Pada tahun 1983, Siegel menggambarkan penggunaan vektor virus dalam ekspresi transgen tanaman meskipun manipulasi virus melalui kloning cDNA masih belum ada.[6] Virus pertama yang digunakan sebagai vektor vaksin adalah virus vaccinia (penyakit cacar pada sapi) pada tahun 1984, sebagai cara untuk melindungi simpanse terhadap hepatitis B.[7] Pengiriman gen non-virus pertama kali dilaporkan pada tahun 1943 oleh Avery et al. yang menunjukkan perubahan fenotipe seluler melalui paparan eksogen DNA.[8]
^Pack DW, Hoffman AS, Pun S, Stayton PS (July 2005). "Design and development of polymers for gene delivery". Nature Reviews. Drug Discovery (dalam bahasa Inggris). 4 (7): 581–93. doi:10.1038/nrd1775. PMID16052241.
^Avery OT, MacLeod CM, McCarty M (2017). Die Entdeckung der Doppelhelix. Klassische Texte der Wissenschaft (dalam bahasa Jerman). Springer Spektrum, Berlin, Heidelberg. hlm. 97–120. doi:10.1007/978-3-662-47150-0_2. ISBN9783662471494.