Penggurunan

Peta kerentanan penggurunan global
Penyusutan Danau Chad. Danau ini telah menyusut sampai 95% sejak tahun 1960.[1]

Penggurunan atau desertifikasi adalah jenis degradasi lahan ketika lahan yang relatif kering menjadi semakin gersang, kehilangan badan air, vegetasi, dan juga hewan liar.[2] Penggurunan umumnya disebabkan oleh berbagai faktor seperti perubahan iklim dan kegiatan manusia. Penggurunan adalah masalah lingkungan dan ekologis global yang signifikan.[3]

Definisi

Berbagai kontroversi hadir dalam menentukan definisi yang layak mengenai istilah penggurunan. Helmut Geist (2005) telah menemukan 100 definisi formal, namun definisi yang diterima lebih luas adalah definisi dari kampus Universitas Princeton yang mendefinisikan penggurunan sebagai "proses perubahan lahan yang subur menjadi gurun, umumnya merupakan hasil dari pengawahutanan, kekeringan, atau praktik pertanian yang tidak layak."[4]

Perbincangan paling awal dari topik ini muncul setelah penjajahan Prancis di Afrika Barat ketika sebuah komite kajian melakukan penelitian untuk mengetahui proses perluasan Gurun Sahara pada zaman prasejarah.[5]

Sejarah

Padang pasir yang diketahui saat ini terbentuk melalui proses alami dalam waktu yang sangat panjang. Selama waktu tersebut, padang pasir telah meluas dan menyusut tanpa peran campur tangan manusia. Padang pasir prasejarah berukuran lebih besar dibandingkan padang pasir terluas saat ini, yaitu Sahara, hingga dapat disebut sebagai lautan pasir, yang kini stabil karena vegetasi.[6]

Penggurunan memainkan peran penting dalam sejarah manusia, yang menyumbang pada keruntuhan beberapa kerajaan besar seperti Kartagena, Yunani, dan Romawi, dan menyebabkan perpindahan penduduk dalam skala besar.[3][7][8][9]

Lahan kering menutupi 40-41% luas lahan di bumi[10][11] dan menjadi rumah bagi 2 miliar penduduk.[11] Diperkirakan 10-20% lahan kering telah terdegradasi.[12][13] Hingga tahun 1998, perluasan ke arah selatan Padang Pasir Sahara tidak diketahui karena kurangnya pengukuran perluasan ketika itu.[14]

Tiga lokasi utama yang menjadi pusat peradaban pada zaman dahulu, yaitu Mediterania, Mesopotamia, dan dataran tinggi loessial di Tiongkok sebelumnya merupakan kawasan padat penduduk hingga penggurunan terjadi.[15]

Penyebab

Sekawanan kambing di Norte Chico, Cili. Penggembalaan hewan yang berlebihan merupakan salah satu penyebab utama penggurunan

Penyebab utama penggurunan adalah menghilangnya vegetasi yang terjadi karena berbagai hal seperti kekeringan, perubahan iklim, aktivitas pertanian, penggembalaan hewan berlebih, dan penggundulan hutan. Vegetasi memainkan peran penting dalam menentukan komposisi biologis dari tanah. Sebuah kajian menunjukan bahwa di berbagai lingkungan, laju pengikisan dan aliran air permukaan berkurang secara eksponensial dengan meningkatnya luas tutupan vegetasi.[16] Permukaan lahan kering yang tidak terlindungi akan tertiup oleh angin atau tersapu oleh banjir bandang, meninggalkan lapisan tanah yang tidak subur dan terpanggang oleh cahaya matahari dan tidak menjadi produktif. Namun, sebuah penelitian lain menunjukan bahwa pergerakan hewan ternak dan hewan liar menjadi faktor penentu utama dalam mempertahankan vegetasi dan kualitas tanah, dan menghilangnya hewan ternak dan hewan liar menjadi salah satu penyebab penggurunan.[17][18][19][20]

Mitigasi dan pencegahan

Pelindung antipasir di Sahara utara, Tunisia

Metode untuk mitigasi atau membalikkan efek penggurunan telah diusulkan, tetapi terdapat halangan dalam menerapkannya. Salah satunya adalah praktik pertanian berkelanjutan yang diketahui mampu mengurangkan penggurunan, terkadang membutuhkan biaya melebihi keuntungan petani. Masalah lainnya adalah rendahnya motivasi politik dan pembiayaan dalam reklamasi lahan dan program antipenggurunan.[21]

Penggurunan dikenal sebagai masalah utama terhadap keanekaragaman hayati. Beberapa negara telah mengembangkan Rencana Tindakan Keanekaragaman Hayati untuk mencegah efek tersebut, terutama demi melindungi spesies flora dan fauna yang terancam.[22][23]

Penghutanan kembali mampu mencegah penggurunan dari akar permasalahannya, yaitu pengawahutanan. Berbagai organisasi lingkungan seperti Eden Reforestation Projects[24] bekerja pada ruang lingkup tempat pengawahutanan dan penggurunan menyumbang pada kemiskinan. Mereka fokus pada pembinaan masyarakat setempat mengenai pengawahutanan dan memberdayakan mereka untuk menumbuhkan bibit yang ditanam pada musim hujan di lahan yang telah ditebang habis.[25]

Mitigasi dan pencegahan umumnya fokus pada dua aspek dasar, yaitu penyediaan air dan menyuburkan tanah. Penumbuhan vegetasi rintisan sedikit membantu kedua hal tersebut, yang pada akhirnya akan diikuti oleh vegetasi lain yang lebih besar dan memberikan manfaat lebih.

Memperbaiki kondisi tanah dapat dilakukan dengan penggunaan vegetasi pemecah angin. Pemecah angin dibangun dari tegakkan pepohonan dan semak yang digunakan untuk mencegah pengikisan dan evapotranspirasi tanah yang tinggi.

Beberapa jenis tanah seperti tanah liat akan terkonsolidasi (tersatukan) (penurunan volume curah tanah) akibat minimnya keberadaan air. Pembajakan mampu mengembalikan keporosan dan volume tanah.[26]

Lihat pula

Erosi tanah di Leuchars

Mitigasi:

Rujukan

  1. ^ Mayell, Hillary (April 26, 2001). "Shrinking African Lake Offers Lesson on Finite Resources". National Geographic News. Diakses tanggal 20 June 2011. 
  2. ^ Geist (2005), p. 2
  3. ^ a b Geist (2005), p. 4
  4. ^ Google Dictionary (2012)
  5. ^ Mortimore, Michael (1989). Adapting to drought: farmers, famines, and desertification in west Africa. Cambridge University Press. hlm. 12. ISBN 978-0-521-32312-3. 
  6. ^ United States Geological Survey, "Desertification", 1997
  7. ^ Whitford, Walter G. (2002). Ecology of desert systems. Academic Press. hlm. 277. ISBN 978-0-12-747261-4. 
  8. ^ Bogumil Terminski (2011), Towards Recognition and Protection of Forced Environmental Migrants in the Public International Law: Refugee or IDPs Umbrella, Policy Studies Organization (PSO), Washington.
  9. ^ Geist, Helmut. "The causes and progression of desertification". Antony Rowe Ltd. Ashgate publishing limited. Diakses tanggal 6 Juli 2013. 
  10. ^ Bauer (2007), p. 78
  11. ^ a b Johnson et al (2006), p. 1
  12. ^ "Holtz (2007)" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-05-09. Diakses tanggal 2013-11-09. 
  13. ^ World Bank (2009). Gender in agriculture sourcebook. World Bank Publications. hlm. 454. ISBN 978-0-8213-7587-7. 
  14. ^ IRI – International Research Institute for Climate and Society
  15. ^ Dregne, H.E. "Desertification of Arid Lands". Columbia University. Diakses tanggal 3 Desember 2013. 
  16. ^ Geeson, Nichola et al. (2002). Mediterranean desertification: a mosaic of processes and responses. John Wiley & Sons. hlm. 58. ISBN 978-0-470-84448-9. 
  17. ^ Savory, Allan. "Allan Savory: How to green the world's deserts and reverse climate change". 
  18. ^ Savory, Allan. "Holistic resource management: a conceptual framework for ecologically sound economic modelling" (PDF). Ecological Economics. Elsevier Science Publishers. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-05-23. Diakses tanggal 10 Maret 2013. 
  19. ^ Butterfield, Jody (2006). Holistic Management Handbook: Healthy Land, Healthy Profits, Second Edition. Island Press. ISBN 1559638850. 
  20. ^ Savory, Allan. "Response to request for information on the "science" and "methodology" underpinning Holistic Management and holistic planned grazing" (PDF). Savory Institute. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-05-23. Diakses tanggal 10 Maret 2013. 
  21. ^ Briassoulis, Helen (2005). Policy integration for complex environmental problems: the example of Mediterranean desertification. Ashgate Publishing. hlm. 237. ISBN 978-0-7546-4243-5. 
  22. ^ Techniques for Desert Reclamation by Andrew S. Goudie
  23. ^ "Desert reclamation projects". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-01-03. Diakses tanggal 2013-11-10. 
  24. ^ Eden Reforestation Projects.
  25. ^  Artikel ini berisi bahan berstatus domain umum dari Pemerintah Amerika Serikat dokumen "http://pubs.usgs.gov/gip/deserts/desertification/".
  26. ^ Arid sandy soils becoming consolidated; zai-system

Bahan bacaan terkait

Pranala luar

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 5

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 70

 

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Undefined index: HTTP_REFERER

Filename: controllers/ensiklopedia.php

Line Number: 41