Pengetahuan terbuka (atau pengetahuan bebas) adalah pengetahuan yang bebas untuk diperoleh, digunakan kembali, dan didistribusikan kembali tanpa batasan hukum, sosial, atau teknologi.[1] Organisasi dan aktivis pengetahuan terbuka telah mengusulkan prinsip dan metodologi yang terkait dengan produksi dan distribusi pengetahuan secara terbuka. Pengetahuan dimaknai secara luas meliputi data (data terbuka), konten (isi bebas), dan informasi, baik informasi umum maupun informasi ilmiah (akses terbuka).
Sejarah
Awal
Mirip dengan konsep "terbuka" lainnya, meskipun istilahnya agak baru, konsepnya sudah lama: Salah satu teks cetak paling awal yang masih ada, salinan Sutra Berlian Buddha yang diproduksi di Cina sekitar tahun 868 M, berisi dedikasi "untuk distribusi bebas menyeluruh".[2]
Abad keduapuluh
Pada awal abad kedua puluh, perdebatan tentang hak kekayaan intelektual berkembang di dalam Partai Sosial Demokrat Jerman. Pada tahun 1902, Karl Kautsky menjadi kontributor utama yang mencurahkan sebagian pamflet untuk "produksi intelektual", yang ia bedakan dari produksi material:
"Komunisme dalam produksi material, anarki dalam intelektual yang merupakan jenis cara produksi Sosialis, yang akan berkembang dari kekuasaan proletariat - dengan kata lain, dari Revolusi Sosial melalui logika ekonomi fakta, apa pun itu: keinginan, niat, dan teori proletariat.”[3]:40
Pandangan ini didasarkan pada analisis yang menyatakan bahwa hukum nilaiKarl Marx hanya mempengaruhi produksi material, bukan produksi intelektual.
Akhir 1990-an, internet publik berkembang sehingga menjadi jauh lebih mudah untuk menyalin dan berbagi informasi di seluruh dunia.[4] Ungkapan "informasi ingin bebas" menjadi seruan bagi orang-orang yang ingin membuat internet tanpa hambatan komersial yang mereka rasa menghambat ekspresi kreatif dalam produksi materi tradisional.[5]
Wikipedia didirikan pada tahun 2001 dengan etos penyediaan informasi yang dapat disunging dan dimodifikasi untuk meningkatkan kualitasnya. Keberhasilan Wikipedia menjadi alat dalam membuat pengetahuan terbuka menjadi sesuatu yang membuat jutaan orang berinteraksi dan berkontribusi.[6]
Kronologis
Dapat dikatakan bahwa konsep free/libre knowledge dan non-free knowledge sudah ada sejak perdebatan manusia dimulai.[7] Diskusi ilmiah tentang konsep-konsep ini bukanlah hal baru, atau belakangan ini perdebatan memanas dengan munculnya Internet dan berbagi pengetahuan yang lebih mudah.
Berikut adalah sejarahnya secara kronologis:
1909: Mahatma Gandhi: salah satu publikasi Gandhi yang paling awal, Hind Swaraj yang diterbitkan di Gujarat pada tahun 1909 dianggap sebagai cetak biru intelektual gerakan pembebasan India. Buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada tahun berikutnya, dengan tampilan hak cipta yang mengatakan, "No Rights Reserved".[8]
1954: Mark Van Doren menulis Man's right to knowledge and the free use thereof (Hak mendapatkan pengetahuan dan kebebasan menggunakannya)[9]
2001 Fle3 - "Fle3 - libre software for (libre) knowledge building" (Perangkat lunak bebas untuk membangun pengetahuan (bebas))[10]
2002: penerbit kumpulan esai Richard Stallman banyak mencerminkan filosofi di balik Pengetahuan Independen bahkan dalam pengertian perangkat lunak komputer.[12]
Pada awal milenium ini, penerbit akademis mulai memikirkan akses terbuka dan banyak yang telah merilis konten ilmu pengetahuan di bawah lisensi Creative Commons. Direktori Jurnal Akses Terbuka mencantumkan beberapa jurnal terbuka serta berbagai tingkat kebebasan.
Definisi pengetahuan bebas di atas terinspirasi oleh definisi Perangkat Lunak Bebas dan publikasi dari blog Jimmy Wales yang berjudul "Free Knowledge requires Free Software and Free File Formats".[13]
Lawrence Lessig menerbitkan beberapa buku yang membincangkan ketegangan antara budaya Internet yang bebas, tulis/baca dengan kawalan melalui kaedah-kaedah teknikal. Penerbitan-penerbitan ini termasuk Free Culture,[14]Code and Other Laws of Cyberspace,[15]Code: Version 2.0[16] dan The Future of Ideas.[17]
2004: Yochai Benkler menerbitkan "Coase's Penguin" yang memperkenalkan mode produksi baru untuk abad ke-21.[18]
2006: Yochai Benkler juga menerbitkan The Wealth of Networks[19] yang mengembangkan konsep manufaktur setara berbasis commons.
2007: Charlotte Hess dan Elinor Ostrom menyunting buku berjudul Understanding Knowledge as a Commons: from theory to practice yang mencerminatkan minat terhadap fenomena ini dan sedikit sejarah pengetahuan commons.[20]
2007: Kim Tucker mempublikasikan esai Say "Libre" (Katakan "Libre"/"Bebas") yang menjelaskan penggunaan preferensial istilah ini daripada "terbuka" di tempat-tempat tertentu.[21]
^Doren, Mark Van (1954). Read the Declaration. www.budapestopenaccessinitiative.org (dalam bahasa Inggris). Columbia University. Diakses tanggal 7[pranala nonaktif permanen] Desember 2021.Periksa nilai tanggal di: |access-date= (bantuan)