Pengepungan Dammaj berawal pada bulan October 2011 ketika Hutsi, sebuah sekte Syiah Zaidiyyah Jarudiyah melakukan pemberontakan dan berhasil menguasai sebagian besar Kegubernuran Sa'adah, menuding kelompok Sunni Salafis yang setia pada pemerintah Yaman dipersenjatai oleh Pemerintah Yaman dan menjadikan pusat pendidikan islam dikota Dammaj sebagai pusat pelatihan militer. Kelompom Hutsi menuntut Salafiyun Dammaj menyerahkan senjata dan posisi-posisi strategis disekitaran Dammaj.[4] Hal tersebut tentu saja ditolak pihak Salafiyun di Darul Hadist, sehingga Pemberontak Hutsi mengepung dan memblokade semua jalan menuju Dammaj.[6] Saat sebagian posisi penting didalam kota Dammaj jatuh ketangan Pemberontak Hutsi, pertempuran berlangsung disekitaran pusat pendidikan islam Darul Hadits,[7] yang didirikan oleh Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi'i dan dilanjutkan oleh sahabatnya Syaikh Yahya Hajjuri.
Pada Desember 2011, sebuah genjatan senjata disepakati kedua belah pihak yang berisi pembongkaran semua pos pemeriksaan dan blokade disekitaran Dammaj. Sementara untuk pengawasan akan dilakukan oleh milisi dari suku Hashid dan Bakil, dan akan disebar menjaga seluruh sisi kota untuk memastikan semua pihak menaati kesepakatan genjatan senjata.[1] Akan tetapi bentrokan kembali pecah pada bulan oktober 2013, saat pemberontak hutsi membombardir Darul Hadits Dammaj dan menguasai Markas kitaf.
Genjatan senjata kedua yang dimediasi Pemerintah Yaman pimpinan presiden Abdrabbuh Mansur Hadi terjadi pada bulan Januari 2014. Butir kesepakatan kali ini menyatakan tentara yaman akan ditempatkan untuk menjaga kota Dammaj dan mengevakuasi seluruh santri (termasuk santri mancanegara) dan keluarga mereka keluar darul hadits dammaj menuju Al Hudaydah dan Sana'a. Akan tetapi pasca terusirnya salafiyun dari dammaj tentara yaman dihalangi oleh milisi hutsi untuk memasuki dammaj sehingga dammaj secara penuh dikuasai pemberontak hutsi. Darul Hadits sendiri kemudian dirobohkan oleh pemberontak hutsi sebagai simbol kemenangan mereka.[5]
Catatan kaki