Pengeboman presisi mengacu pada usaha pengeboman udara terhadap target dengan tingkat akurasi tertentu, dengan tujuan untuk memaksimalkan kerusakan target atau membatasi kerusakan tambahan.[1] Misalnya, pengeboman satu bangunan di daerah perkotaan yang padat penduduk diusahakan hanya menyebabkan kerusakan minimal terhadap lingkungan di sekitarnya. Pengeboman presisi pada awalnya dilakukan baik oleh pihak Sekutu maupun Poros selama Perang Dunia I, namun ternyata tidak efektif karena teknologinya pada saat itu belum mumpuni untuk mencapai keakuratan seperti yang diinginkan. Oleh karena itu, angkatan udara beralih ke pengeboman wilayah yang menewaskan banyak warga sipil.[2]
Sejak masa perang, pengembangan dan adopsi amunisi berpandu presisi telah sangat meningkatkan keakuratan pengeboman udara. Karena akurasi yang dicapai dalam pengeboman tergantung pada teknologi yang tersedia, maka tingkat "keakuratan" pengeboman presisi relatif terhadap periode waktu.
Presisi selalu diakui sebagai atribut penting dalam pengembangan senjata. Ahli teori militer, ahli strategi, dan sejarawan terkenal Mayor JenderalJ. F. C. Fuller, menganggap "ketepatan sasaran" sebagai salah satu dari lima atribut persenjataan yang dapat dikenali, bersama dengan berbagai aksi, kekuatan serangan, volume tembakan, dan portabilitas.